Anda di halaman 1dari 6

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

KELOMPOK STAF MEDIS (KSM)


ILMU KESEHATAN ANAK
TAHUN 2021

PNEUMONIA
1. Pengertian Pneumonia adalah inflamasi akut parenkim paru yang
meliputi alveolus dan jaringan interstitial.

2. Anamnesis 1. Didahului oleh infeksi respiratori atas akut berupa


common cold (rinofaringitis) dengan gejala batuk
pilek disertai demam.
2. Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi
produktif dengan dahak purulen bahkan dapat
berdarah bila batuknya hebat.
3. Beberapa hari kemudian pasien mengalami sesak
napas.
4. Pasien tampak lemah, dan nafsu makan berkurang.
5. Bila terjadi berulang kemungkinan pasien
mengalami keadaan imuno-kompromais, terdapat
kelainan anatomi, atau pasien dengan penyakit
kronik seperti asma atau penyakit jantung bawaan.

3. Pemeriksaan 1. Penilaian keadaan umum antara lain meliputi


Fisik kesadaran dan kemampuan makan & minum.
2. Tanda-tanda vital: suhu di atas normal, frekuensi
napas meningkat (takipnea) dan takikardi.
3. Batuk, ronki basah halus dan kasar.
4. Dapat dijumpai penurunan suara napas.
5. Gejala distres napas terutama pada fase inspirasi
(inspiratory effort), dengan retraksi subkostal.
6. Pada keadaan yang berat dapat dijumpai sianosis.
7. Pada balita mungkin tidak menunjukkan gejala
pneumonia yang klasik, gejala nyeri yang
diproyeksikan ke abdomen.
8. Pada bayi muda terdapat gejala pernapasan tak
teratur dan hipopnea, atau ditemukan head
nodding / head bobbing.

4. Pemeriksaan 1. Saturasi Oksigen


Penunjang a. Hipoksemia suatu conditio sin qua non pada
pneumonia dapat diperiksa secara mudah
menggunakan pulse oxymetri. Alat yang sederhana
dan tidak mahal ini bermanfaat untuk penilaian
awal dan juga dalam pemantauan pasien selama
perawatan.
b. Jika tersedia fasilitasnya, pemeriksaan analisis gas
darah memberikan informasi yang lebih akurat,
walau hanya informasi sewaktu.
2. Radiologi toraks anterior posterior (AP)
a. Tidak dapat mengidentifikasi agen penyebab.
b. Tidak direkomendasikan secara rutin pada anak
dengan pneumonia ringan tanpa komplikasi.
c. Radiologi toraks lateral dekubitus sesuai lesi bila
terdapat kecurigaan cairan yang tidak tampak
jelas pada posisi AP.
d. Direkomendasikan pada pasien pneumonia yang
dirawat inap atau bila tanda klinis yang
ditemukan membingungkan.
e. Pneumonia karena Staphylococcus aureus dicurigai
bila dijumpai gambaran pneumatocele, empyema,
atau terbentuknya abses.
f. Pemeriksaan radiologi follow up hanya dilakukan
bila didapatkan adanya kolaps lobus, kecurigaan
terjadinya komplikasi, pneumonia berat, curiga
pneumonia S. aureus, gejala yang menetap atau
memburuk, atau tidak respon terhadap antibiotik.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap perlu dilakukan untuk
membantu menentukan pemberian antibiotik.
b. Analisa gas darah bila terdapat ancaman gagal
napas yaitu:
- SpO2 <90%
- Sianosis
- Apne
- Kesadaran menurun atau gelisah
- Head nodding
- Kejang
c. Pemeriksaan prokalsitonin darah.
d. Pemeriksaan pewarnaan Gram dan biakan sputum
dengan kualitas yang baik (yang didapatkan dari
ekspektorasi spontan atau dengan induksi
sputum) direkomendasikan dalam tata kelola anak
dengan pneumonia yang berat.
e. Biakan darah dan pewarnaan Gram tidak
direkomendasikan secara rutin pada pasien rawat
jalan, tetapi direkomendasikan pada pasien rawat
inap dengan kondisi berat/sepsis atau bila dalam
48-72 jam tidak terdapat perbaikan klinis dengan
antibiotic empiris lini pertama, dan pada setiap
anak yang dicurigai menderita pneumonia
bakterial.
f. Pada anak kurang dari 18 bulan, dilakukan
pemeriksaan anak mendeteksi antigen virus
dengan atau tanpa biakan virus, jika fasilitas
tersedia.
g. Jika ada efusi pleura tata laksana sesuai PNPK
efusi pleura.
h. Pemeriksaan uji tuberculin perlu dilakukan pada
anak yang dirawat karena pneumonia, apalagi bila
ada riwayat kontak dengan pasien TB dewasa.
5. Kriteria Sesuai klinis dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis
6. Diagnosis Pneumonia
Kerja
7. Diagnosis 1. Bronkiolitis.
Banding 2. Pneumonia aspirasi.
3. Asma Bronkiale.
4. Tuberkulosis
5. Asidosis metabolik.
6. Aspirasi benda asing.
1. Terapi Umum :
1. Pasien dengan saturasi oksigen <90% pada saat
bernapas dengan udara kamar harus diberikan
terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau
sungkup untuk mempertahankan saturasi oksigen
>92%.
2. Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus
dipantau setidaknya setiap 4 jam sekali, termasuk
pemeriksaan saturasi oksigen dengan pulse
oxymetri.
3. Pada pneumonia berat atau asupan per oral
kurang, diberikan cairan intravena dan dilakukan
pemantauan balans cairan ketat.
4. Antipiretik analgetik dapat diberikan untuk
menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol
batuk.
5. Bila pasien mengalami gangguan airway clearance,
nebulisasi dengan β2-agonis dan / atau NaCl dapat
diberikan untuk memperbaiki mucocilliary
clearance.
6. Fisioterapi dada hanya dilakukan bila terdapat
atelektasis dan sekret jalan napas yang berlebihan.

Pemberian Antibiotik
1. Semua anak dengan diagnosis klinis pneumonia
yang jelas perlu diberi antibiotik karena pneumonia
bakterial tidak dapat dibedakan dengan pneumonia
viral.
2. Amoksilin merupakan pilihan pertama uintuk
antibiotik oral pada anak balita karena efektif
melawan sebagian besar patogen yang
menyebabkab penumonia pada anak, ditoleransi
dengan baik, dan murah. Alternatifnya co-
amoxiclav, ceflacor, eritromisin, klaritromisin, dan
azitromisin.
3. M. pneumoniae lebih sering terjadi pada anak yang
lebih tua maka antibiotik golongan makrolid
diberikan sebagai pilihan pertama secara empiris
pada anak > 5 tahun.
4. Makrolid diberikan jika M. pneumoniae atau C.
pneumonia dicurigai sebagai penyebab.
5. Amoksilin diberikan sebagai pilihan pertama jika S.
Pneumoniae sangat mungkin sebagai penyebab.
6. Jika S. aureus dicurigai sebagai penyebab,
kloksasilin merupakan obat pilihan, dapat juga
diberikan makrolid atau kombinasi flucloxacillin
dengan amoksisilin.
7. Antibiotik intravena diberikan pada pasien
pneumonia yang tidak dapat menerima obat per
oral (misal karena muntah) atau termasuk dalam
derajat pneumonia berat atau sangat berat.
8. Antibiotik intravena yang dianjurkan adalah:
ampisilin dan kloramfenikol, co-amoxiclav,
ceftriaxone, ceferoxime, dan cefotaxime.
9. Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan
jika terdapat perbaikan setelah mendapat antibiotik
intravena.
10. Antibiotik untuk community acquired pneumonia.
a. Neonatus sampai usia 2 bulan: Ampisilin +
gentamisin. Bila tidak membaik dalam 48 jam,
ditambah makrolid.
b. > 2 bulan: Lini pertama Ampisilin +
kloramfenikol. Lini kedua Seftriakson atau
cefotaksim. Bila tidak membaik dalam 48 jam,
ditambahkan makrolid.
c. >5 tahun: makrolid. Bila tidak membaik dalam
48 jam ditambahkan ampisilin +
kloramfenikol.
d. Pada pneumonia sangat berat : pilihan
pertama seftiriakson atau sefotaksim.
e. Bila hasil biakan darah positif, antibiotika
disesuaikan dengan hasil biakan darah
tersebut.
11. Bila klinis perbaikan antibiotik intravena dapat
diganti preparat oral dengan antibiotik golongan
yang sama dengan antibiotik intravena sebelumnya.
12. Untuk durasi pemberian antibiotik tidak ada data
penunjang yang jelas. Untuk pneumonia tanpa
komplikasi pemberian selama 5 hari mencukupi.
Untuk pneumonia stafilokokus pemberian
antibiotik hingga 14-21 hari. Pneumonua karena
mikroplasma perlu pemberian makrolid hingga 10
hari.

Nutrisi
1. Pada anak dengan distres pernapasan berat,
pemberian makanan peroral harus dihindari.
Makanan dapat diberikan lewat nasogastric tube
(NGT) atau intravena. Tetapi harus diingat bahwa
pemasangan NGT dapat menekan pernapasan,
khususnya pada bayi / anak dengan ukuran
lubang hidung kecil. Jika memang dibutuhkan ,
sebaiknya menggunakan ukuran yang terkecil.
2. Perlu dilakukan pemantauan balans cairan ketat
agar anak tidak mengalami overhidrasi karena pada
pneumonia berat terjadi peningkatan sekresi
hormon antidiuretik.

Terapi suportif
1. Suction melalui nasal atau tenggorokan pada anak
yang tidak dapat mengeluarkan sekret.
2. Berikan obat penurun panas (parasetamol, dengan
dosis 10 mg/kg/kali) bila anak didapatkan demam
(>38.5OC)
3. Jika terdapat mengi (wheezing), berikan nebulisasi
2-agonis (salbutamol) 0,1mg/kg/kali tiap 6 jam)
dan steroid (dexametason bolus 0,5-1 mg/kg/kali
dilanjutkan dexametason 1mg/kg/hari tiap 6 jam.)
4. D51/4NS sebagai rumatan
a. Utamakan pemberian cairan oral dan ASI
b. Jika anak tidak dapat minum, gunakan
orogastric tube (OGT) atau nasogastric tube
(NGT)
9. Edukasi Kriteria pulang
(Hospital 1. Gejala dan tanda pneumonia menghilang.
Health 2. Asupan per oral adekuat.
Promotion) 3. Pemberian antibiotik jika masih diperlukan dapat
diteruskan dirumah (peroral).
4. Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian
terapi dan rencana kontrol.
5. Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan
lanjutan di rumah.
10. Penyulit Gagal napas, empiema

11. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam: dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
12. Penelaah Kelompok Staf Medis Ilmu Kesehatan Anak
Kritis
13. Kepustaka 1. Adegbola, RA and Obaro, SK, Review diagnosis of
an childhood pneumonia in the tropics. Annal of Trop
Med Par. 2000;94 : 197-207.
2. British Thoracic Society guidelines for the
management of community acquired pneumonia in
children: update 2011. Thorax
2011;66:ii1eii23.doi:10.1136/thoraxjnl-2011-
200598.
3. Kartasasmita CB. Duddy HM, Sudigdo s, Agustian
S, Setiowati I, Ahmad TH, et al. Nasopharyngeal
bacterial carriage and antimicrobial resistance in
under five children with community acquired
pneumonia. Paediatr Indones, 2001;41:292-5.
4. McIntosh K, Review article : community acquired
pneumonia in children. N Engl J Med.
2002;346:429-37.
5. Palafox M, Guiscafre H, Reyes H, Munoz O,
Martinez H. Diagnostic value of tachypnea in
pneumonia defined radiologically. Arch Dis
Child;2000:82:41-5..
6. Swingler GH and Zwarenstein M.chest radiograph
in acute respiratory infection in children. The
Cochrane Library. 2002 Issue 2.
7. Zar HJ, Jeena P, Argent A, Gie R, Madhi SA,
Diagnosis and management of community-acquired
pneumonia in childhood-South African Thoracic
Society Guidelines, South Afr J Epidemiol Infect
2009, 24 (1):25-36.

Anda mungkin juga menyukai