Anda di halaman 1dari 30

dr.

Chrispian Oktafbipian Mamudi, SpPD-KP,


FINASIM
Jakarta, Sept 6th 1975
e-mail: chrispian.oktafbipian@ukrida.ac.id

Education :
MD Medical School, Atma Jaya, Jakarta, Indonesia
Internal Med Medical School, Sam Ratulangi, Manado, Indonesia
Pulmonology Consultant Collegiums of Internal Medicine, Indonesia

Occupation :
Staf of Respirology Division & Critical Care Internal Medicine, Faculty of Medicine
Universitas Kriten Krida Wacana, Indonesia

Organization :
Indonesian Doctor’s Association, - Indonesia
Society of Internal Medicine Jakarta, - Indonesia
Society of Respirologi Indonesia (PERPARI)
Chrispian Oktafbipian Mamudi
1. Berdasarkan lokasi lesi di paru

 Pneumonia lobaris
 Pneumonia lobularis
(bronkopneumoni)
 Pneumonia interstitialis
2. Berdasarkan asal infeksi

 Pneumonia yang didapat dari masyarkat


(community acquired pneumonia = CAP)
 Pneumonia yang didapat dari rumah sakit

(hospital acquired pneumonia = HAP)


3. Berdasarkan mikroorganisme
penyebab

 Pneumonia bakteri
 Pneumonia virus
 Pneumonia mikoplasma
 Pneumonia jamur
Pneumonia lobularis
• Peradangan akut dari parenkim paru pada
bagian distal bronkiolus terminalis dan meliputi
bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus
alveolaris dan alveoli
• Konsolidasi area berbercak
Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru
dimana proses peradangannya ini menyebar
membentuk bercak-bercak infiltrat yang
berlokasi di alveoli paru dan dapat pula
melibatkan bronkiolus terminal.
 Insiden Bronchopneumonia di negara
berkembang hampir 30% pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun dgn resiko kematian yg
tinggi

 Sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan


angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada
anak di bawah umur 2 tahun.
Stadium II/Hepatissi
Stadium I/ Merah
Hiperemia
Disebut hiperemia Disebut hepatisasi
karena terjadi merah karena terjadi
respon peradangan sewaktu alveolus
permulaan yang terisi oleh sel darah
berlangsung pada merah, eksudat dan
daerah baru yang fibrin yang dihasilkan
terinfeksi. oleh pejamu (host)
sebagai bagian dari
reaksi peradangan.
Stadium III/ Hepatisasi Stadium IV/
Kelabu Resolusi
Pada stadium IV/
Hepatisasi kelabu resolusi yang terjadi
yang terjadi sewaktu respon imun
dan peradangan
sewaktu sel-sel
mereda, sisa-sisa sel
darah putih fibrin dan eksudat
mengkolonisasi lisis dan diabsorpsi
daerah paru yang oleh makrofag
terinfeksi. sehingga jaringan
kembali ke struktur
semula.
 Patogen penyebab pneumonia pada anak bervariasi
tergantung :
 Usia
 Status imunologis
 Status lingkungan
 Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi
udara)
 Status imunisasi
 Faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi)

• Usia pasien merupakan peranan penting pada


perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama
dalam spectrum etiologi, gambaran klinis dan strategi
pengobatan
 Bronchopneumonia biasanya di dahului oleh infeksi saluran
napas bagian atas selama beberapa hari

 Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39 – 400 C dan


mungkin disertai kejang demam

 Anak megalami kegelisahan, kecemasan, dispnoe


pernapasan

 Kerusakan pernapasan diwujudkan dalam bentuk napas


cepat dan dangkal, pernapasan cuping hidung, retraksi
pada daerah supraclavikular, ruang-ruang intercostal,
sianosis sekitar mulut dan hidung

 Dapat disertai muntah dan diare


Dalam pemeriksaan fisik ditemukan hal-hal sebagai berikut :

 Suhu tubuh ≥ 38,5o C

 Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik,


interkostal, suprasternal, dan pernapasan cuping hidung

 Takipneu berdasarkan WHO:


Usia < 2 bulan ≥ 60 x/menit
Usia 2-12 bulan ≥ 50 x/menit
Usia 1-5 tahun ≥ 40 x/menit
Usia 6-12 tahun ≥ 28 x/menit
 Pada palpasi ditemukan fremitus vokal
menurun

 Pada perkusi lapangan paru redup pada


daerah paru yang terkena

 Pada auskultasi dapat terdengar suara


pernafasan menurun. Fine crackles (ronki
basah halus) yang khas pada anak besar bisa
tidak ditemukan pada bayi. Dan kadang
terdengar juga suara bronkial
1. Pemeriksaan laboratorium
 Pada pneumonia virus dan mikoplasma umumnya
leukosit dalam batas normal
 Pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang
berkisar antara 15.000 – 40.000/mm3 dengan
predominan PMN.
 
2. C-Reactive Protein (CRP)
 Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik
untuk membedakan antara faktor infeksi dan
noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi
bakteri superfisialis dan profunda
3. Pemeriksaan Mikrobiologis
 Diagnosis dikatakan definitif bila kuman ditemukan dari
darah, cairan pleura, atau aspirasi paru

4. Pemeriksaan serologis
 Uji serologik untuk medeteksi antigen dan antibodi pada
infeksi bakteri mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang
rendah

5. Analisa gas darah( AGDA )


• Menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada stadium
lanjut dapat terjadi asidosis metabolik

6. Pemeriksaan Roentgenografi
 Foto rontgen toraks proyeksi posterior-anterior merupakan
dasar diagnosis utama pneumonia.
Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari:
 Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular,
peribronchial cuffing dan overaeriation

 Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram

 Bronkopneumoni ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua


paru berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah
perifer paru disertai dengan peningkatan corakan peribronkial
Klasifikasi pneumonia berdasarkan pedoman WHO :
Bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun :
 Pneumonia berat
 Frekuensi pernafasan pada anak umur 2-12 bulan ≥ 50

x/menit, Usia 1-5 tahun ≥ 40 x/menit


 Adanya retraksi

 Sianosis

 Anak tidak mau minum

 Tingkat kesadaran yang menurun dan merintih (pada bayi)

 Anak harus dirawat dan di terapi dengan antibiotik


Bayi berusia di bawah 2 bulan :

 Pneumonia
 Bila ada nafas cepat ≥ 60 x/menit atau sesak nafas
 Harus dirawat dan diberikan antibiotik

 Bukan pneumonia
 Tidak ada nafas cepat atau sesak nafas
 Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan
simptomatik
 Suportif : O2, nutrisi enteral/ parenteral

 Antibiotik secara empiris (biakan kuman dan tes sensitivitas)

- Usia < 3 bulan : ampisilin + gentamisin

- Usia 3 bulan – 5 tahun : ampisilin + kloramfenikol,


tambahkan makrolid jika tidak berespon dengan ampisilin +
kloramfenikol

- Usia ≥ 5 tahun: makrolid, tambhakan golongan beta laktam


bila tidak berespon dnegan makrolid
Terapi Antibiotik

 Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap


6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam
pertama

 Bila anak memberi respons yang baik maka diberikan


selama 5 hari

 Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau


terdapat keadaan yang berat (tidak dapat menyusu atau
minum/makan, atau memuntahkan semuanya, kejang,
letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan
berat) maka ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM
atau IV setiap 8 jam)
 Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat,
segera berikan oksigen dan pengobatan
kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-
gentamisin

 Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100


mg/kgBB IM atau IV sekali sehari)

 Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, maka


bila memungkinkan buat foto dada
Terapi Oksigen

 Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia


berat

 Bila tersedia pulse oximetry, gunakan sebagai panduan


untuk terapi oksigen (berikan pada anak dengan
saturasi oksigen < 90%, bila tersedia oksigen yang
cukup)

 Lanjutkan pemberian oksigen sampai tanda hipoksia


(seperti tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
yang berat atau napas > 70/menit) tidak ditemukan
lagi
Perawatan penunjang

 Bila anak disertai demam (> 39º C) yang tampaknya


menyebabkan distres, beri parasetamol

 Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronkhodilator kerja cepat

 Bila terdapat sekret kental di tenggorokan yang tidak dapat


dikeluarkan oleh anak, hilangkan dengan alat pengisap
secara perlahan

 Pastikan anak memperoleh kebutuhan cairan rumatan sesuai


umur anak hati-hati terhadap kelebihan cairan/overhidrasi

 Anjurkan pemberian ASI atau cairan oral

 Jika anak tidak bisa minum, berikan cairan rumatan melalui


jalur intravena
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai