PNEUMONIA
PADA ANAK
Disusun Oleh :
Bronkopneumonia:
Bronkopneumonia sangat berat:
bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai
bila terjadi sianosis sentral dan
pernafasan yang cepat yakni >60
anak tidak sanggup minum, maka
x/menit pada anak usia kurang dari dua
anak harus dirawat di rumah
bulan; >50 x/menit pada anak usia 2
sakit dan diberi antibiotik.
bulan-1 tahun; >40 x/menit pada anak
usia 1-5 tahun.
Bronkopneumonia berat:
bila dijumpai retraksi tanpa Bukan bronkopneumonia: hanya batuk
sianosis dan masih sanggup tanpa adanya gejala dan tanda seperti di
minum, maka anak harus dirawat atas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu
di rumah sakit dan diberi diberi antibiotik.
antibiotik.
Gejala Klinik
– Usia
– Status imunologis
– Status lingkungan
– Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara)
– Status imunisasi
– Faktor penjamu (penyakit penyerta, malnutrisi)
Usia vs Penyebab Pneumonia
Asesmen
Anamnesis
– RPS
– RPD
– Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
– Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
– Riwayat Gizi
– Riwayat imunisasi
– Riwayat keluarga
– Keadaan Lingkungan tempat Tinggal
Pemeriksaan fisik
– Frekuensi Nafas
Usia < 2 bulan ≥ 60 x/menit
Usia 2-12 bulan ≥ 50 x/menit
Usia 1-5 tahun ≥ 40 x/menit
Usia 6-12 tahun ≥ 28 x/menit
– Palpasi
Pada perkusi lapangan paru redup pada daerah paru yang terkena.
– Auskultasi
Pada auskultasi dapat terdengar suara pernafasan menurun. Fine crackles (ronki basah halus) yang
khas pada anak besar bisa tidak ditemukan pada bayi. Dan kadang terdengar juga suara bronkial
Pemeriksaan Penunjang
– Laboratorium
Pada pneumonia virus dan mikoplasma umumnya leukosit dalam batas normal. Pada
pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara – /mm3 dengan predominan
PMN.
– C-Reactive Protein (CRP)
Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan antara faktor infeksi
dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri superfisialis dan profunda
– Pemeriksaan Mikrobiologis
Diagnosis dikatakan definitif bila kuman ditemukan dari darah, cairan pleura, atau aspirasi paru.
– Pemeriksaan serologis
Uji serologik untuk medeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri mempunyai sensitivitas dan
spesifitas yang rendah.
– Analisa gas darah( AGDA )
Menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia. Pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolik
– Pemeriksaan Rontgen
Foto rontgen toraks proyeksi posterior-anterior merupakan dasar diagnosis utama pneumonia. Secara
umum gambaran foto toraks terdiri dari:
Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular, peribronchial cuffing dan
overaeriation. Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram. Bronkopneumoni
ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas
hingga daerah perifer paru disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.
Patogenesis
1. Infra Red
2. Chest Physiotherapy
– Deep breathing
Deep breathing merupakan teknik fisioterapi dada dengan latihan pernapasan yang diarahkan kepada
inspirasi maksimal untuk mencegah atelektasis dan memungkinkan untuk re-exspansi awal dari
alveolus yang kolaps. Efek latihan napas alam, dapat meningkatkan kapasitas paruparu (Sharma,
2017).
– Postural drainage
Memposisikan pasien untuk mendapatkan gravitasi maksimal yang akan mempermudah dalam
pengeluaran sekret dengan tujuan ialah untuk mengeluarkan cairan atau mukus yang berlebihan di
dalam bronkus yang tidak dapat dikeluarkan oleh silia normal dan batuk (Saragih, 2010).
Intervensi
– Clapping
atau perkusi merupakan tekhnik massage tapotement yang digunakan pada terapi fisik
fisioterapi pulmoner untuk menepuk dinding dada dengan tangan ditelungkupkan untuk
menggerakkan sekresi paru. Clapping dapat dilakukan dengan dikombinasikan dengan
posisi postural drainage untuk segmen paru tertentu (Irimia, 2017).
– Vibrasi
gerakan getaran yang dilakukan dengan menggunakan ujung jari-jari atau seluruh
permukaan telapak tangan, dengan gerakan getaran tangan secara halus dan gerakannya
sedapat mungkin ditimbulkan pada pergelangan tangan yang diakibatkan oleh kontraksi
otototot lengan atas dan bawah (Wiyoto, 2011).
– Batuk efektif
Batuk efektif merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan dahak dan menjaga paru –
paru agar tetap bersih. Batuk efektif dapat diberikan pada pasien dengan cara diberikan
posisi yang sesuai, agar pengeluaran dahak dapat lancar. Batuk efektif yang baik dan
benar dapat mempercepat pengeluaran dahak pada pasien dengan gangguan saluran
pernapasan (Nugroho, 2011).
Daftar Pustaka
– Amin, Akhmad Alfajri, dkk. (2018). Pengaruh Chest Therapy dan Infra Red pada
Bronchopneumonia. Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 2, No. 1, Tahun 2018, ISSN
2548-8716
– Irimia, dan Olga Dreeben. (2017). Fisioterapi Praktik Klinis Edisi 2. EGC. Jakarta
– Nugroho, Y. A, dan Kristiani E. E. (2011). Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada Pasien
Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit
Baptis Kediri. Jurnal stikes Rs. Baptis Kediri. 4(2), 135-142.
– Wiyoto, Bambang Trisno. (2011). Remedial Massage: Panduan Pijat Penyembuhan Bagi
Fisioterapis, Praktisi, Dan Instruktur. Nuha Medika. Yogyakarta
– Samuel, Andy. (2014). Bronkopneumonia On Pediatric Patient. J Agromed Unila (1), 185-189.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH