Anda di halaman 1dari 23

BRONKO-

PNEUMONIA
PADA ANAK
Disusun Oleh :

1. Christian Widi N (P37.26.1.20.112)

2. Erna Satwika R (P37.26.1.20.119)

3. Saffira Azzahra (P37.26.1.20.139)

4. Yunita Tri H (P37.26.1.20.149)


Diagnosa banding
Bronkopneumonia

Bronchopneumonia (penumonia lobaris) adalah suatu infeksi saluran


pernafasan akut bagian bawah dari parenkim paru yang melibatkan
bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak
(patchy distribution) yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing.

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu


peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya
mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya,
yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh
bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan
benda asing.
Klasifikasi Bronkopneumonia

Bronkopneumonia:
Bronkopneumonia sangat berat:
bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai
bila terjadi sianosis sentral dan
pernafasan yang cepat yakni >60
anak tidak sanggup minum, maka
x/menit pada anak usia kurang dari dua
anak harus dirawat di rumah
bulan; >50 x/menit pada anak usia 2
sakit dan diberi antibiotik.
bulan-1 tahun; >40 x/menit pada anak
usia 1-5 tahun.

Bronkopneumonia berat:
bila dijumpai retraksi tanpa Bukan bronkopneumonia: hanya batuk
sianosis dan masih sanggup tanpa adanya gejala dan tanda seperti di
minum, maka anak harus dirawat atas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu
di rumah sakit dan diberi diberi antibiotik.
antibiotik.
Gejala Klinik

– Adanya pernapasan yang cepat dan pernapasan cuping hidung


– Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari
– Demam, dispneu, kadang disertai muntah dan diare
– Batuk biasanya tidak pada permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk, beberapa
hari yang mula-mula kering kemudian menjadi produktif
– Pada auskultasi ditemukan ronkhi basah halus nyaring
– Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan adanya leukositosis dengan predominan PMN
– Pada pemeriksaan rontgen thoraks ditemukan adanya infiltrat interstitial dan infiltrat
alveolar serta gambaran bronkopneumonia
Patofisiologi
Faktor penyebab Inflamasi broncus dan
masuk ke dalam alveoli dengan ditandai oleh
penumpukan secret
saluran pernafasan

Bila penyebaran kuman sudah mencapai


alveolus maka komplikasi yang terjadi
adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema
dan atelektasis
Etiologi

– Usia
– Status imunologis
– Status lingkungan
– Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara)
– Status imunisasi
– Faktor penjamu (penyakit penyerta, malnutrisi)
Usia vs Penyebab Pneumonia
Asesmen
Anamnesis
– RPS
– RPD
– Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
– Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
– Riwayat Gizi
– Riwayat imunisasi
– Riwayat keluarga
– Keadaan Lingkungan tempat Tinggal
Pemeriksaan fisik
– Frekuensi Nafas
Usia < 2 bulan ≥ 60 x/menit
Usia 2-12 bulan ≥ 50 x/menit
Usia 1-5 tahun ≥ 40 x/menit
Usia 6-12 tahun ≥ 28 x/menit
– Palpasi
Pada perkusi lapangan paru redup pada daerah paru yang terkena.
– Auskultasi
Pada auskultasi dapat terdengar suara pernafasan menurun. Fine crackles (ronki basah halus) yang
khas pada anak besar bisa tidak ditemukan pada bayi. Dan kadang terdengar juga suara bronkial
Pemeriksaan Penunjang

– Laboratorium
Pada pneumonia virus dan mikoplasma umumnya leukosit dalam batas normal. Pada
pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara – /mm3 dengan predominan
PMN.
– C-Reactive Protein (CRP)
Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan antara faktor infeksi
dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri superfisialis dan profunda
– Pemeriksaan Mikrobiologis
Diagnosis dikatakan definitif bila kuman ditemukan dari darah, cairan pleura, atau aspirasi paru.
– Pemeriksaan serologis

Uji serologik untuk medeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri mempunyai sensitivitas dan
spesifitas yang rendah.
– Analisa gas darah( AGDA )

Menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia. Pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolik
– Pemeriksaan Rontgen

Foto rontgen toraks proyeksi posterior-anterior merupakan dasar diagnosis utama pneumonia. Secara
umum gambaran foto toraks terdiri dari:
Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular, peribronchial cuffing dan
overaeriation. Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram. Bronkopneumoni
ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas
hingga daerah perifer paru disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.
Patogenesis

– Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)


Yaitu hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru
yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat
infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah
pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
– Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi
padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi
merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal
sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
– Stadium III (3-8 hari berikutnya)
Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh
daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di
alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
– Stadium IV (7-11 hari berikutnya)
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali ke strukturnya semula.
Intervensi
Intervensi Fisioterapi

1. Infra Red
2. Chest Physiotherapy
– Deep breathing
Deep breathing merupakan teknik fisioterapi dada dengan latihan pernapasan yang diarahkan kepada
inspirasi maksimal untuk mencegah atelektasis dan memungkinkan untuk re-exspansi awal dari
alveolus yang kolaps. Efek latihan napas alam, dapat meningkatkan kapasitas paruparu (Sharma,
2017).
– Postural drainage

Memposisikan pasien untuk mendapatkan gravitasi maksimal yang akan mempermudah dalam
pengeluaran sekret dengan tujuan ialah untuk mengeluarkan cairan atau mukus yang berlebihan di
dalam bronkus yang tidak dapat dikeluarkan oleh silia normal dan batuk (Saragih, 2010).
Intervensi

– Clapping

atau perkusi merupakan tekhnik massage tapotement yang digunakan pada terapi fisik
fisioterapi pulmoner untuk menepuk dinding dada dengan tangan ditelungkupkan untuk
menggerakkan sekresi paru. Clapping dapat dilakukan dengan dikombinasikan dengan
posisi postural drainage untuk segmen paru tertentu (Irimia, 2017).
– Vibrasi

gerakan getaran yang dilakukan dengan menggunakan ujung jari-jari atau seluruh
permukaan telapak tangan, dengan gerakan getaran tangan secara halus dan gerakannya
sedapat mungkin ditimbulkan pada pergelangan tangan yang diakibatkan oleh kontraksi
otototot lengan atas dan bawah (Wiyoto, 2011).
– Batuk efektif

Batuk efektif merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan dahak dan menjaga paru –
paru agar tetap bersih. Batuk efektif dapat diberikan pada pasien dengan cara diberikan
posisi yang sesuai, agar pengeluaran dahak dapat lancar. Batuk efektif yang baik dan
benar dapat mempercepat pengeluaran dahak pada pasien dengan gangguan saluran
pernapasan (Nugroho, 2011).
Daftar Pustaka

– Amin, Akhmad Alfajri, dkk. (2018). Pengaruh Chest Therapy dan Infra Red pada
Bronchopneumonia. Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 2, No. 1, Tahun 2018, ISSN
2548-8716
– Irimia, dan Olga Dreeben. (2017). Fisioterapi Praktik Klinis Edisi 2. EGC. Jakarta
– Nugroho, Y. A, dan Kristiani E. E. (2011). Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada Pasien
Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit
Baptis Kediri. Jurnal stikes Rs. Baptis Kediri. 4(2), 135-142.
– Wiyoto, Bambang Trisno. (2011). Remedial Massage: Panduan Pijat Penyembuhan Bagi
Fisioterapis, Praktisi, Dan Instruktur. Nuha Medika. Yogyakarta
– Samuel, Andy. (2014). Bronkopneumonia On Pediatric Patient. J Agromed Unila (1), 185-189.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai