Anda di halaman 1dari 11

ISSN: 2442-8485

JURNAL GRAMATIKA E-ISSN: 2460-6319

Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia V1.i1 (100-110)

ANALISIS PENGGUNAAN MULTILINGUAL ANAK TINGKAT SEKOLAH


DASAR DI LINGKUNGAN GANG SITI MARDIAH CIBADUYUT BANDUNG
(STUDI SOSIOLINGUISTIK)
Welsi Damayanti
Dosen MKDU Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia
Email: wellsy82weja@gmail.com
Submitted :10-05-2016, Reviewed:15-10-2016, Accepted:31-10-2016
http://dx.doi.org/10.22202/jg.2015.v1i1.1163

ABSTRAK
Anak-anak pada zaman sekarang tidak lagi menguasai hanya satu bahasa saja tetapi
banyak bahasa. Contohnya di sekolah menggunakan bahasa Indonesia, di rumah
menggunakan bahasa ibu, dan di lingkungan masyarakat ada lagi bahasa yang
digunakannya. Pelajaran bahasa di sekolah tidak cuma satu bahasa yang dipelajari tetapi
bahasa asing juga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mengapa anak-anak sekarang
ini dapat menguasai banyak bahasa dalam berkomunikasi. Pengguna bahasa yang
menggunakan banyak bahasa disebut dengan multilingual. Multilingual maksudnya
adalah seseorang yang menggunakan banyak bahasa dalam kehidupan sehari-harinya
sesuai dengan konteks dan dengan siapa dia berbicara. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif-analitif. Hasil penelitian ini yaitu sekarang ini banyak masyarakat
menguasai lebih dari satu bahasa. Ini membuktikan bahwa masyarakat di Indonesia
khususnya dan di dunia umumnya banyak menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi
mereka. Penggunaan banyak bahasa dapat memperkaya wawasan masyarakat di suatu
daerah itu. Sosiolinguistik menelaah hubungan antara bahasa dan masyarakat.
Sosiolinguistik yaitu untuk menjelaskan mengapa penutur menggunakan bahasa secara
berbeda-beda dalam konteks sosial yang berdeda-beda.
Kata kunci: Multilingual, sosiolinguistik

Pendahuluan yang digunakannya. Sosiolinguistik


dikatakan perlu karena manusia adalah
Bahasa tidak hanya untuk makhluk sosial karena itu manusia tentu
berinteraksi dua arah tetapi juga untuk perlu mengetahui ilmu bahasa yang
menyampaikan perasaan kepada berhubungan dengan manusia lain atau
seseorang atau orang banyak. Manusia berkomunikasi dalam masyarakat. Jadi
adalah makluk sosial yang selalu sosiolinguistik adalah cabang ilmu yang
menggunakan bahasa dalam menempatkan kedudukan bahasa dalam
kehidupannya. Tingkat sosial suatu hubungannya dengan pemakai bahasa di
masyarat juga menggambarkan bahasa dalam masyarakat, karena dalam

100 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


ISSN: 2442-8485
JURNAL GRAMATIKA E-ISSN: 2460-6319

Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia V1.i1 (100-110)

kehidupan bermasyarakat manusia tidak (3) untuk mengetahui kedudukan bahasa


lagi sebagai individu tetapi sebagai yang digunakan oleh anak-anak tingkat
masyarakat sosial (Holmes, 1995:1). Ini SD di lingkungan Gang Siti Mardiah
membuktikan bahwa masyarakat di Cibaduyut Bandung.
Indonesia khususnya dan di dunia
umumnya banyak menggunakan bahasa Metode
sebagai alat komunikasi mereka. Penelitian analisis penggunaan
Penggunaan banyak bahasa dapat multilingual oleh anak-anak tingkat SD
memperkaya wawasan masyarakat di di lingkungan Gang Siti Mardiah
suatu daerah itu. Sosiolinguistik Cibaduyut Bandung ini berjenis
menelaah hubungan antara bahasa dan penelitian kualitatif dengan
masyarakat. Sosiolinguistik yaitu untuk menggunakan metode deskriptif.
menjelaskan mengapa penutur Sehubungan dengan tujuan penelitian ini,
menggunakan bahasa secara yakni menggambarkan bagaimanakah
berbeda-beda dalam konteks sosial yang anak-anak tingkat SD di lingkungan
berdeda-beda.Pengguna bahasa yang Gang Siti Mardiah Cibaduyut Bandung
menggunakan banyak bahasa disebut dalam menggunakan banyak bahasa
dengan multilingual. Multilingual (multilingual) di kehidupan
maksudnya adalah seseorang yang sehari-harinya, maka sangat tepat
menggunakan banyak bahasa dalam digunakan metode ini. Dalam kaitannya
kehidupan sehari-harinya sesuai dengan dengan pendekatan kualitatif, penelitian
konteks dan dengan siapa dia berbicara. kualitatif tidak meneliti lahan kosong,
Apalagi sekarang ini banyak masyarakat tetapi menggalinya. Pengguna banyak
menguasai lebih dari satu bahasa. Tidak bahasa merupakan laha yang akan digali.
hanya orang dewasa tetapi anak-anak Penggalian ini dilakukan dengan cara
juga demikian. Terbukti dari dia belajar mendeskripsikan, mengolah, dan
di sekolah dan bergaul di lingkungan menganalisis data yang telah ada di
rumah. daerah yang dijadikan lokasi penelitian.
Yang mana objek penelitiannya sudah
Berdasarkan latar belakang masalah jelas yaitu manusia sebagai pengguna
di atas, masalah dalam penelitian ini bahasa (Moleong, 2005:4).
dapat dirumuskan seperti berikut ini.
Rumusan yang dimaksud yaitu apa saja Pembahasan
bahasa yang digunakan anak-anak tingkat
Ilmu bahasa dalam masyarakat sangat
SD di lingkungan Gang Siti Mardiah
penting dalam kelompok sosial, dari
Cibaduyut Bandung. Adapun tujuan
kelompok sosial biasa yang kecil dari
penelitian ini adalah (1) untuk
beberapa ratus orang-orang sampai bagi
mengetahui bahasa apa saja yang
keseluruhan negara. Jika semua orang
digunakan anak-anak tingkat SD di
dalam kelompok berbicara persisnya
lingkungan Gang Siti Mardiah Cibaduyut
sama dengan semua orang selain dalam
Bandung, (2) untuk mengetahui
kelompoknya, disana ada ketidakbenaran
implementasi penggunaan bahasa
seperti ilmu bahasa sosial dalam
tersebut dalam pergaulan sehari-harinya,
101 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat
ISSN: 2442-8485
JURNAL GRAMATIKA E-ISSN: 2460-6319

Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia V1.i1 (100-110)

masyarakat. Bahasa digunakan oleh mempelajari ciri dan pelbagai bahasa,


orang bukan hanya untuk berbagi serta hubungan antara para bahasawan
perasaan dan pemikiran mereka dengan dengan ciri dan fungsi variasi bahasa itu
orang lain, tetapi mereka memanfaatkan di dalam suatu masyarakat bahasa (
bahasa untuk mengungkapkan dan Kridalaksana 1978: 94). Pengkajian
menggambarkan hubungan sosial mereka bahasa dengan dimensi kemasyarakatan
dengan orang-orang dalam (Nababan 1984:2). Sosiolinguistik
berkomunikasi. Baik orang disekitarnya merupakan gabungan dari dua disiplin
maupun dimana saja. Negara-negara di keilmuan; sosiologi dan lingustik. Tujuan
dunia banyak menjadikan bahasa sebagai dari sosiolinguistik sendiri untuk
identitas kerja. Sejumlah negara-negara memecahkan dan mengatasi
tidak menjadi yang luar biasa dalam masalah-masalah dalam masyarakat,
menggunakan lebih dari satu bahasa khususnya dalam kebahasaan. Baik
bahkan anak-anak menguasai satu atau secara mikrolinguistik maupun
dua bahasa. Dalam rangka memahami makrolinguistik. De saussure (1916)
penggunaan banyak bahasa yang berarti menyatakan, bahasa adalah satu lembaga
untuk suatu masyarakat, akan menjadi kemsyarakatan, yang sama dengan
sangat menolong untuk mempunyai kemasyarakatan lain, seperti perkawinan,
konsep di dalam pikiran. Bahasa hidup pewarisan harta peninggalan, dan
dalam lingkungan masyarakat sebagai sebagainya. Oleh karena itu, masyarakat
alat komunikasi. Demikikan pula bahasa sendiri sebagai pelaku dalam bahasa
yang hidup dalam masyarakat memberikan warna tersendiri, bahkan
mempunyia ragam yang berbeda, dan memunculkan ragam bahasa pada bahasa
tentunya bahasa manusia mempunyia itu sendiri.
keistimewaan-keistimewaan yang telah
kita kaji. Tahun 1964 diadakan konferensi
pertama sosiolinguistik yang diadakan di
Di tingkat individu, pengguna banyak University of california, Los Angeles.
bahasa bertindak sebagai sumber daya Dari pertemuan itu di temukan 7 dimensi
interaksi untuk pembicara banyak masalah dalam sosiolinguistik.
bahasa. Secara khas, masyarakat banyak
bahasa cenderung menugaskan tugas 1. Identitas sosial dari penutur
yang berbeda untuk perbedaan bahasa 2. Identitas sosial dari pendengar
atau jenis bahasa. Satu bahasa, yang terlibat dalam proses
contohnya, mungkin biasa menggunakan komunikasi.
bahasa rumah dan dengan teman, 3. Lingkungan sosial tempat
ditempat lain bahasa digunakan sebagai peristiea tutur tejadi
usaha dengan perwakilan pemerintah. 4. Analisis sinkronik dan diakronik
Pemakaian bahasa yang berkaitan dengan dari dialek-dialek sosial
masyarakat disebut dengan ilmu 5. Penilaian sosial yang berbeda
sosiolinguistik. Menurut para ahli dalam oleh penutur akan perilaku bentuk
Chaer (2010: 7), memberikan pengertian ujaran
sosiolinguistik. Sebagai ilmu yang
102 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat
ISSN: 2442-8485
JURNAL GRAMATIKA E-ISSN: 2460-6319

Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia V1.i1 (100-110)

6. Tingkat variasi dan ragam dalam bentuk ujaran atau tuturan yang
linguistik dilakukan oleh para anggota masyarakat
7. Penerapan praktis dari penelitian di dalam berinteraksi dan berkomuniasi
sosiolinguistik. sesamanya. Sebagai langage bahasa itu
bersifat universal, sebab dia adalah satu
Ketujuh bagian di atas sangat urgen sistem lambang bunyi yang digunakan
untuk di ketahui sebelum memasaki manusia pada umumnya, bukan pada
bagian-bagian lain dalam linguistik. tempat tertentu. Tetapi sebagai langue
Bahasa hidup dalam lingkungan meskipun bahasa itu memiliki ciri ke
masyarakat sebagai alat komunikasi. unversalan, tapi terbatas pada masyarakat
Demikikan pula bahasa yang hidup tertentu. Suatu masyarakat tertentu
dalam masyarakat mempunyia ragam memang agak sukar rumusannya; namun
yang berbeda, dan tentunya bahasa adanya ciri, saling mengerti (mutual
manusia mempunyia intelligible). Kemampuan seseorang
keistimewaan-keistimewaan yang telah dalam berkomunikasi tentunya hasil dari
kita kaji. Bahasa dalam masyakat itu interpretasi dan pengaruh lingkungan.
sendiri sebagai tutur. Namun disini harus Paling tidak ia mampu menguasai bahasa
kita kaji bahasa dan tutur. Menurut ibu sebagai bahawa warisan dari
Ferdinand de Saussure (1916) keluarga. Faktor-faktor yang
membedakan antara yang disebut mempengaruhi seseorang dalam
langage, langue, dan parole. Langage berbahasa, hingga akhirnya seorang
dapat di padankan dengan istilah bahasa, dalam berbahasa dengan lebih dari satu
digunakan untuk menyebut bahasa bahasa di sebut dengan istilah verbal
sebagai sistem lambang bunyi yang reportoir.
digunakan manusia untuk berkomunikasi
dan berinteraksi secara verbal. Langage Verbal reporteir memiliki dua macam
bersifat abstrak. Langue. yaitu yang dimiliki setiap penutur secara
Langue merupakan sebuah sistem individual, dan yang merupakan milik
lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat tutur secara keseluruhan.
sekelompok anggota masyarakat tertentu Pertama mengacu pada alat-alat verbal
untuk berkomunikasi dan berinteraksi yang dikuasai oleh seorang penutur,
sesamanaya. termasuk kemampuan untuk memilih
norma-norma sosial bahasa sesuai
Jadi langue mengacu pada sebuah dengan situasi dan fungsinya. Kedua
sistem lambang bunyi tertentu yang mengacu pada keseluruhan alat-alat
digunakan oleh sekelompok anggota verbal yang dalam suatu masyarakat
tertentu. Langue juga bersifat abstrak, beserta norma-norma untuk memilih
sebab langage maupun langue adalah variasi yang sesua dengan konteks
sistem pola, keturunan, atau kaidah yang sosialnya.
ada atau dimiliki manusia tetapi tidak
nyata-nyata digunakan. Sedangkan Kajian bahasa yang mempelajari
parole bersifat konkret, karena parole penggunaan bahasa sebagai sistem
merupakan pelaksanaan dari langue interaksi verbal diantara penuturnya
103 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat
ISSN: 2442-8485
JURNAL GRAMATIKA E-ISSN: 2460-6319

Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia V1.i1 (100-110)

dalam masyarakat disebut sosiolinguistik Masyarakat aneka bahasa atau


mikri . sedangkan kajian mengenai masyarakat multilingual adalah
penggunaan bahasa dalam hubungannya masyarakat yang mempunyai beberapa
dengan ciri-ciri linguistik dalam bahasa (Chaer dan Agustina, 2010: 10).
masyarakat di sebut sosiolinguistik Masyarakat demikian terjadi karena
makro(Appel 1976: 22). Verbal repertoir beberapa etnik ikut membentuk
setiap penutur ditentukan oleh masyarakat, sehingga dari segi etnik bisa
masyarakat dimana ia berada; sedangkan dikatakan sebagai masyarakat majemuk.
verbal repertoir suatu masyarakat tutur Demikian pula masyarakat ini sekarang
terjadi dari himpunan tutur terjadi dari menggejala di dunia, menjadi universal.
himpunan verbal repertoir semua penutur Kebanyakan bangsa di dunia memiliki
di dalam masyarakat. Kalau suatu lebih dari satu bahasa yang digunakan
masyarakat mempunyai verbal reporteir sebagai bahasa ibu dalam wilayah yang
yang relatif sama serta mereka mempunyi dihuni bangsa itu, bahkan bangsa
penilaian yang sama terhadap Indonesia mempunyai lebih dari 500
norma-norma pemakaian bahasa yang bahasa.
digunakan di dalam masyarakat itu, maka
dapat dikatakan masyarakat itu adalah Bagi individu atau kelompok individu
masyarakat tutur. Kata masyarakat itu minoritas, masalah yang segera timbul
kiranya digunakan sama dalam ialah mereka harus menguasai
penggunaan “masyarakat desa,” sekurang-kurangnya dua bahasa, yaitu
”masyarakat kota,“ ”masyarakat Jawa bahasanya sendiri dan bahasa mayoritas,
Barat,” ”masyarakat Eropa,” dan hanya sebelum mereka dapat berfungsi sebagai
menyangkut sejumlah kecil seperti anggota penuh masyarakat tempat tinggal
“masyarakat pendidikan”, atau mereka. Anak kecil yang belajar bahasa
“masyarakat linguistik Indonesia.” ibu cepat menguasai bahasa ibu karena
Dilihat dari sempit dan luas verbal penguasaan terhadap bahasa ibu akan
repertoirnya, dapat dibedakan adanya dua segera menentukan keanggotaanya
macam masyarakat tutur: sebagai anggota masyarakat secara
penuh.
1. Masyarakat tutur yang
repertoirnya pemakaiannya Anak mulai belajar berbicara pada
lebih luas, danmenunjukan usia kurang lebih 18 bulan, dan usia
verbal repertoirnya setiap kurang lebih tiga setengah tahun si anak
penutur lebih luas pula. boleh dikatakan sudah mengusai “tata
2. Masyarakat tutur yang bahasa” bahasa-ibunya. Sehingga mereka
sebagian anggotanya dapat berkomunikasi dengna orang
mempunyai pengalaman dewasa secara sempurna. Perbedaan
sehari-hari dan aspirasi yang ragam dalam satu bahasa tetap bisa
sama, dan menunjukan menyulitkan anak-anak. Menurut
pemakaian wilayah linguistik Fishman dalam Chaer (2010: 59)
yang lebih sempit, termasuk Anak-anak tidak banyak mengalami
juga perbedaan pariasinya. kesulitan dan masalah jika kebijaksanaan
104 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat
ISSN: 2442-8485
JURNAL GRAMATIKA E-ISSN: 2460-6319

Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia V1.i1 (100-110)

kebahasaan di negaranya cukup baik, mereka diajari bahasa lain yang berbeda
misalnya anak-anak itu diajarkan dengan bahasa-ibu. Bahasa lain itu
membaca dan menulis dalam bahasa ibu akhirnya sebagai bahasa kedua (B2) atau
(B1) mereka, dan diajar bahasa yang bahasa asing. Contohnya adalah
dipelajari di sekolah (B2) dengan anak-anak SD di Indonesia yang
menggunakan bahasa pengantar bahasa umumnya B1-nya bahasa daerah,
ibu pada tingkat permulaan sekolah kemudian memperoleh bahasa Indonesia,
mereka. Kemudian baru diperkenalkan sebagai B2. pengajaran B2 inilah yang
bahasa yang akan dipelajarinya di menyebabkan munculnya dwibahasawan
sekolah. Anak usia sekitar 7 tahun muda. Tidak hanya bahasa kedua yang
biasanya sudah masuk SD. Setelah di SD dia peroleh lagi, karena di sekolah
kepada mereka diajarkan keterampilan mereka sudah belajar bahasa asing juga.
suatu bahasa. Paling tidak dua Maka dari itu pada perkembangan bahasa
kemungkinan bisa terjadi. Pertama, pada anak-anak tingkat SD memunculkan
mereka diajar bahasa yang sebenarnya adanya multilingual yaitu banyak bahasa.
merupakan bahasa ibu mereka sendiri.
Misalnya di Bandung, anak-anak yang Pada penelitian ini peneliti
berbahasa-ibu bahasa Sunda diajar mengambil data pada lingkungan Gang
bahasa Sunda. Tentu saja B1 yang Siti Mardiah Cibaduyut Bandung. Objek
diajarkan itu B1 ragam baku. Jika penelitian ini yakni anak tingkat SD di
kebetulan anak ini berasal dari lingkungan Gang Siti Mardiah Cibaduyut
lingkungan yang biasa menggunakan Bandung. Data diambil dari hasil obrolan
ragam baku, mereka tidak banyak peneliti dengan anak-anak yang tinggal di
mengalami kesulitan. Tetapi jika mereka lingkungan itu. Data ini berupa kata-kata
berasal dari lingkungan nonbaku, mereka yang disampaikan oleh anak yang
mengalami kesulitan juga. Kedua, dijadikan objek penelitian.
NO NAMA ANAK DESKRIPSI
1. Amel Amel kelas 5 SD. Kedua orang tuanya berasal dari
Padang yang mana bahasa yang mereka gunakan adalah
bahasa Minang. Orangtua dari anak yang bernama Amel
ini, pabila mereka berbicara berdua mereka
menggunakan bahasa Minang. Amel juga bisa
menggunakan bahasa Minang. Tetapi karena Amel
sudah lama berada di Bandung maka dia sering
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dari
kecil Amel diajarkan dua bahasa oleh orangtuanya yaitu
bahasa Minang dan bahasa Indonesia. Setelah Amel bisa
mengucapkan kata-kata ternyata Amel sulit
menggunakan bahasa Minang karena sehari-hari ia
sering bergaul dengan anak-anak asli Sunda, oleh sebab
itu Amel sering menggunakan bahasa Indonesia sebagai
105 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat
ISSN: 2442-8485
JURNAL GRAMATIKA E-ISSN: 2460-6319

Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia V1.i1 (100-110)

bahasa pengantarnya.
Walaupun begitu bahasa ibu Tari tetap bahasa
Minang. Amel tidak terlalu menguasai bahasa Minang
tetapi ia paham dengan bahasa Minang. Karena apabila
orangtuanya berbicara dengannya dengan menggunakan
bahasa Minang ia paham maksud dari apa yang
dibicarakan orangtuanya. Kadangkala Amel dapat
membalas dengan bahasa Minang tapi ia lebih banyak
menggunakan bahasa Indonesia. Dalam pergaulan di
lingkungan tempat tinggalnya Amel dan
teman-temannya menggunakan bahasa Sunda. Begitu
juga dengan orang dewasa di lingkungan rumahnya.
Di sekolah Amel diajarkan bahasa Indonesia
dalam proses pembelajarannya. Maka Amel merupakan
pengguna multilingual karena ia dapat menguasai
banyak bahasa yakni bahasa Minang, bahasa Indonesia,
dan bahasa Sunda. Selain itu ia juga belajar bahasa asing
di sekolahnya. Bahasa asing dipelajarinya adalah bahasa
Inggris. Tetapi ia belum terlalu dapat menggunakannya
karena baru belajar dasar dari bahasa tersebut. Dalam
pergaulan sehari-hari Amel banyak menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya. Karena
dalam pergaulannya tidak hanya orang Sunda saja yang
ia temui. Maka ia sering menggunakan bahasa
Indonesia. Tapi saat dia menggunakan bahasa Sunda
sering juga terlontar bahasa Sunda kasar.
2. Givar Givar duduk di kelas 6 SD. Orang tuanya berasal dari
Semarang. Givar menggunakan bahasa Jawa apabila
berkomunikasi dengan orangtuanya. Tetapi kalau berada
di lingkungan rumah, Givar menggunakan bahasa
Sunda. Sedangkan di sekolah Givar lebih senang
menggunakan bahasa Indonesia karena di sekolahnya
dituntut untuk menggunakan bahasa Indonesia saat
berkomunikasi dengan guru maupun dengan temannya.
Di sekolah Givar juga dapat mengusai bahasa asing
(bahasa Inggris), dibuktikan dari nilai rapor Givar
mendapatkan nilai 9,00. Maka dipastikan bahwa Givar
adalah multilingual. Dia bisa menggunakan empat
bahasa dengan baik.
3. Romi Romi merupakan siswa kelas 4 SD. Orangtua Romi
berasal dari Purwakarta. Sehari-hari Romi
berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia

106 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


ISSN: 2442-8485
JURNAL GRAMATIKA E-ISSN: 2460-6319

Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia V1.i1 (100-110)

walaupun bahasa Ibunya adalah bahasa Sunda. Hal ini


karena dilingkungan rumah Romi banyak yang berasal
dari berbagai daerah. Walaupun Romi mampu berbahasa
Sunda tapi itu akan menyulitkan Romi saat
berkomunikasi dengan tetangganya. Makanya Romi
menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Sunda tentunya
Romi juga menguasai dengan baik, karena di rumah
Romi dan orangtuanya juga menggunakan bahasa
Sunda.
4. Gergi Gergi merupakan siswa kelas 5 SD. Orangtuanya berasal
dari Padang (bapak) dan Garut (Ibu). Gergi sehari-hari
sangat lancar menggunakan bahasa Sunda. Gergi
menggunakan bahasa Indonesia saat di sekolah. Gergi
juga dapat menggunakan bahasa Minang. Karena di
dalam rumah saat berkomunikasi antara dia dan
orangtuanya menggunakan bahasa Minang. Luar biasa
anak ini karena dapat menempatkan bahasa-bahasa yang
akan dia gunakan. Saat bersama teman dekat rumah dia
menggunakan bahasa Sunda. Kalau berada di dalam
rumah dia menggunakan bahasa Minang. Apabila
berada di sekolah dia menggunakan bahasa Indonesia
5. Rasya Rasya adalah siswa kelas 6 SD. Orangtuanya berasal
dari Medan. Rasya sering menggunakan bahasa
Indonesia di sekolah dibandingkan dirumah. Karena
dirumah kebanyakan teman-temannya menggunakan
bahasa Sunda. Akhirnya Rasya juga bisa menggunakan
bahasa Sunda saat berkomunikasi dengan teman sekitar
rumahnya. Rasya juga paham dengan bahasa Medan.
Rasya malah selalu diberitahu oleh orangtuanya bahwa
bahasa Ibunya adalah bahasa Medan. Orangtuanya yang
sering menggunakan bahasa Medan, akhirnya Rasya
juga paham dengan bahasa itu. Walaupun masih perlu
banyak latihan saat berkomunikasi dengan lancar. Tetapi
penggunaan bahasa Medan sudah cukup baik.
menggunakan berbagai bahasa karena
bahasa yang digunakan di dalam rumah,
Objek dari penelitian ini sebanyak di sekolah, dan di sekitar rumah
lima orang anak. Mereka berdomisili di berbeda-beda. Hasil dari analisis di atas
Gang Siti Mardiah Cibaduyut Bandung maka bahasa yang digunakan oleh
dimana dalam kehidupan sehari-harinya anak-anak tersebut antara lain:
menggunakan multilingual yakni banyak
bahasa. Faktor dari mereka bisa a. Bahasa Minang

107 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


ISSN: 2442-8485
JURNAL GRAMATIKA E-ISSN: 2460-6319

Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia V1.i1 (100-110)

b. Bahasa Indonesia bahasa yang mana yang harus ia gunakan


c. Bahasa Sunda halus dalam komunikasinya. Ini adalah
d. Bahasa Sunda kasar fenomena yang terjadi sekarang. Jarang
(bahasa pasar). sekali kita temui anak-anak yang masih
Dari keempat bahasa yang mereka memegang cara penggunaan bahasa
gunakan, ada sedikit masalah ditemukan sesuai dengan tingkatannya. Objek
dalam penggunaannya. Bahasa Sunda penelitian peneliti ini mengalami
terdiri dari dua yaitu bahasa Sunda halus fenomena di atas. Mereka tidak lagi
dan bahasa Sunda kasar. Kenyataan menghiraukan tingkatan bahasa yang
yang terjadi sekarang ini banyak akan ia gunakan. Dari hasil pembicaraan
anak-anak menggunakan bahasa Sunda peneliti dengan instrumen atau yang
kasar. Mereka juga mengalami demikian. menjadi objek penelitian ini, mereka
Apa penyebabnya? Salah satu tidak selalu memperhatikan tingkatan
penyebabnya adalah lingkungan. Di tersebut. Kadang ia benar menggunakan
lingkungan tempat tinggal mereka bahasa sesuai tingkatannya kadang ia
kebanyakan menggunakan bahasa Sunda tidak menghiraukan tingkatan tersebut
kasar. Penyebab dari munculnya bahasa sama sekali.
Sunda kasar yang digunakan oleh mereka
karena orangtuanya tidak semua berasal Tingkatan bahasa Sunda ini memang
dari Sunda. Jadi pemahaman bahasa sulit, tetapi pabila seseorang selalu
Sunda sangat kurang. Akhirnya muncul memperhatikannya dalam komunikasi
bahasa Sunda kasar ini. Padahal bahasa akan terbiasa menggunakannya. Bahasa
Sunda tersebut memiliki tingkatan dalam Sunda juga terbagi dua yaitu Sunda halus
penggunaannya. Berbicara dengan orang dan Sunda kasar. Contoh bahasa Sunda
lebih tua berbeda kata-katanya dengan yang digunakan oleh meraka yaitu:
berbicara dengan sesama umur dan
berbeda pula dengan anak yang lebih
kecil.
Tingkatan penggunaan bahasa itu
sendiri yang tidak muncul lagi. Oleh
sebab itu, anak-anak sekarang tidak
memikirkan lagi tingkatan penggunaan
KATA-KATA BAHASA SUNDA
HALUS KASAR MAKNA KATA
Tuang Dahar makan
eueut nginum minum
mastaka sirah kepala
rerencangan babaturan teman
damang cageur sehat
calik diuk duduk
enggal gancang cepat

108 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat


ISSN: 2442-8485
JURNAL GRAMATIKA E-ISSN: 2460-6319

Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia V1.i1 (100-110)

nyandak cokot ambil


antosan dagoan tunggu
weungi peting malam
salira anjeun kamu
leures baleg benar
caroge salaki suami
sepuh kolot tua
rorompok imah rumah
Hasil penelitian ini sangat menarik
bagi peneliti karena yang menjadi
Itulah beberapa contoh kata-kata pembahasannya cukup menantang yaitu
dalam bahasa Sunda yang sering mereka tentang penggunaan multilingual pada
gunakan dalam kehidupan sehari-hari. anak tingkat SD di lingkungan Gang Siti
Tetapi setelah ditanya kepada objek Mardiah Cibaduyut Bandung. Maka,
penelitian ternyata mereka sering sekali hasil penelitian ini dapat diambil
menggunakan kata-kata bahasa Sunda kesimpulan sebagai berikut:
kasar. Setelah ditanya kata-kata bahasa
Sunda yang halus mereka tidak 1. Bahasa yang dikuasai oleh objek
mengetahui semuanya. Salah satu penelitian beragam yaitu bahasa
penyebab mereka menggunakan bahasa Minang, bahasa Indonesia, bahasa
Sunda kasar karena lingkungan. Di Sunda, bahasa Jawa, dan bahasa
lingkungannya tidak lagi mengindahkan Medan.
bahasa Sunda halus. Oleh sebab itu 2. Bahasa Sunda yang dimaksud
mereka tidak mengetahui terlalu banyak ternyata terbagi dua yaitu bahasa
bahasa Sunda halus. Tidak hanya bahasa Sunda halus dan bahasa Sunda kasar.
Sunda kasar ini berkembang di 3. Di lingkungan Gang Siti Mardiah
lingkungan rumahnya, di sekolahpun Cibaduyut Bandung sering
orang-orang juga sering menggunakan menggunakan bahasa Sunda kasar
bahasa Sunda kasar. Mereka mengenal dalam berkomunikasi dalam
bahasa Sunda halus hanya dalam masyarakat.
pelajaran di sekolahnya. Dalam 4. Masyarakat di lingkungan Gang Siti
komunikasi dengan sesama tidak lagi Mardiah Cibaduyut Bandung
menggunakan bahasa Sunda halus khususnya anak-anak tingkat SD
melainkan bahasa Sunda kasar. Dari hasil tidak banyak mengenal bahasa Sunda
penelitian ini peneliti menemukan halus melainkan mereka menguasai
masalah dalam pemakaian banyak bahasa bahasa Sunda yang kasar dalam
dari salah anak-anak yang duduk di pergaulannya.
tingkat SD, yang mana mereka sering
menggunakan bahasa Sunda kasar. Daftar Rujukan
Simpulan Chaer, Abdul. 2010. "Sosiolinguistik",
Linguistik Umum (ed. 1), Jakarta:
Rineka Cipta.
109 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat
ISSN: 2442-8485
JURNAL GRAMATIKA E-ISSN: 2460-6319

Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia V1.i1 (100-110)

Deckert, Sharon K. dan Caroline H.


Vikers. (2011). An Introduction to
Sociolinguistics: Society and
Identity. New York:
Wiley-Blackwell.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi


Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Nababan, P.W.J (1984). Sosiolinguistik


Satu Pengenalan (ter).Jakarta: P.T
Gramedia.

Wijaya, I Dewa Putu; Rohmadi,


Muhammad (2006), Sosiolinguistik,
Kajian Teori dan Analisis (ed. 1),
Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

110 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat

Anda mungkin juga menyukai