Anda di halaman 1dari 15

RINGKASAN PROPOSAL

PENGGUNAAN BAHASA TABU PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA


PULAU HATTA

Ratih Achmad, Mujiati La Saadi,S.Pd,M.Pd(i), Fadly Kasdam S.Pd,M.Pd(ii), Program studi


pendidikan bahasa Indonesia, Universitas Banda Naira

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk penggunaan bahasa tabu pada
anak usia sekolah dasar di desa pulau Hatta. Latar belakang dilakukan penelitian ini karena
maraknya penggunaan bahasa tabu dikalangan anak-anak di desa pulau Hatta yang menganggap
bahwa bahasa tabu sebagai sesuatu yang lumrah dikatakan oleh seseorang apabila merasa kesal,
marah, sakit hati atau dijadikan sebagai bahan menghina dan merendahkan orang lain. sehingga
menimbulkan keprihatinan terhadap masa depan bahasa anak-anak tersebut yang tidak memiliki
sopan santun dalam berkomunikasi baik terhadap orang tua maupun teman sebaya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deksktiptif kualitatif. Teori yang
digunakan adalah teori bentuk bahasa tabu yang tergolong sumpah serapah bagi anak-anak di
desa Pulau Hatta, akan digunakan teori Wijana dan Rohmadi (2007:119 - 124). Tujuan yang
ingin dicapai untuk mendeskripsikan bentuk penggunaan bahasa tabu dan faktor-faktor
penggunaan bahasa tabu. Tekhnik analisis data yang digunakan adalah tekhnik adalah teknik
pilah unsur penentu (PUP).
Kata kunci : hakikat bahasa, sosiolinguistik, bahasa tabu, anak usia sekolah dasar.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa selalu berinteraksi dengan
sesamanya. Di dalam interaksi tersebut, manusia memerlukan alat atau sarana yang dapat
membantunya dalam berhubungan dengan manusia lainnya. Bahasa merupakan alat yang
digunakan manusia untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa memiliki
fungsi penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Kehidupan bermasyarakat menempatkan manusia sebagai masyarakat sosial,
bukan sebagai individu (Wijana, 2012: 7). Sebagai masyarakat sosial, manusia
melakukan interaksi dengan sesamanya. Interaksi bertujuan untuk mempermudah
manusia dalam menjalani hidup. Oleh karena itu, interaksi memerlukan suatu media yang
sanggup memenuhi tujuan tersebut. Media yang digunakan oleh manusia dalam
berinteraksi adalah bahasa. Melalui bahasa, seseorang dapat menyalurkan perasaan dan
pemikirannya kepada orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa berfungsi sebagai
alat untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan, alat yang dipakai
untuk mempengaruhi maupun dipengaruhi. Inilah yang dimaksud dengan fungsi penting
dari bahasa, yaitu fungsi informasional.
Selain fungsi informasional, bahasa juga memiliki fungsi ekspresif atau emotif,
yaitu bahasa dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan dan sikap penuturnya.
contoh nyata yang paling jelas dalam hal ini adalah kata-kata sumpah serapah dan kata
seru (Leech, 2003: 63-64). Anggapan tabu tersebut karena adanya kutukan yang
terkandung dalam sumpah serapah dan tidak terlepas dari norma sosial yang berlaku
dalam suatu masyarakat. dan tidak terlepas dari norma sosial yang berlaku dalam suatu
masyarakat. selain Norma sosial, konteks religi juga menjadi alat pengontrol masyarakat
dalam berinteraksi.
Norma sosial dan konteks religi memang menjadi dasar ketabuan sumpah
serapah. Namun, hal tersebut tidak membuat bahasa tabu menjadi sesuatu yang benar-
benar tidak dilakukan oleh masyarakat. Kenyataannya, bukan hanya dikalangan remaja
maupun orang dewasa tetapi lebih maraknya dikalangan anak-anak menganggap bahasa
tabu sebagai sesuatu yang lumrah dilakukan oleh seseorang apabila merasa kesal, marah,
sakit hati atau dijadikan sebagai bahan menghina dan merendahkan orang lain. Demikian
halnya anak-anak pulau hatta yang menggunakan bahasa tabu untuk mengungkapkan
kekecewaan, kekesalan, amarah maupun sekedar dijadikan sebagai kalimat sapaan sehari-
hari yang ditujukan kepada teman bermain. Contohnya yaitu kata anjing, babi, binatang,
sarep, bakuti, ambisi, dan lainnya.
Kata-kata tersebut merupakan fenomena yang sering terjadi dan bahkan sudah
dianggap suatu hal yang biasa saja bagi anak-anak di desa pulau hatta. Namun kebiasaan
tersebut bukanlah suatu hal yang baik karena diusia anak-anak seharusnya
mengaplikasikan komunikasi dengan menggunakan bahasa yang sopan dan santun untuk
proses pertumbuhan di jenjang selanjutnya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut terkait dengan bentuk-bentuk bahasa tabu yang sering di ucapkan oleh anak-
anak serta faktor-faktor yang mempengaruhi ternjadinya bahasa tabu tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah bentuk-bentuk bahasa tabu yang digunakan anak usia Sekolah
Dasar di desa Pulau Hatta Kecamatan Banda Kabupaten Maluku Tengah?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi digunakannya bahasa tabu oleh anak
usia Sekolah Dasar di desa pulau hatta Kecamatan Banda Kabupaten Maluku
Tengah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bentuk penggunaan bahasa tabu pada anak usia sekolah dasar di
desa pulau hatta Kecamatan Banda Kabupaten Maluku Tengah
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengerahui terjadinya penggunaan bahasa
tabu pada anak usia sekolah dasar di desa pulau hatta Kecamatan Banda Kabupaten
Maluku Tengah
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis.
Kedua manfaat tersebut diuraikan berikut ini.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi pengembangan
kajian kepustakaan khususnya dalam bidang ilmu sosiolinguistik, yang difokuskan pada
pengembangan bahasa tabu pada anak.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui fakta yang terjadi dilapangan
tempat penelitian yaitu desa pulau hatta. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran terhadap siswa dan menjadi acuan guru dalam proses pembelajaran.
E.Definisi Istilah
Untuk memudahkan pembaca memahami arah penelitian ini, maka peneliti memberikan
penjelasan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Bahasa Tabu adalah merupakan suatu hal yang pantang untuk disebut, disentuh, dan
lainnya yang bila dilakukan dapat menyinggung atau memalukan suatu pihak.
2. Anak usia Sekolah Dasar adalah mereka yang berusia antara 6 – 12 tahun atau biasa
disebut dengan periode intelektual
3. Desa Pulau Hatta adalah desa dan pulau di kecamatan Banda, Kabupaten Maluku
Tengah, Maluku, Indonesia. Letak pulau ini ada 25 km di sebelah timur Kepulauan
Banda. Nama lama Pulau Hatta adalah Pulau Rozengain. Pulau ini dinamakan menurut
Mohammad Hatta, salah satu proklamator Indonesia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pengertian bahasa
Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk menyampaikan
sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh pembicara bisa dipahami dan
dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui bahasa yang diungkapkan.
Chaer dan Agustina (1995:14) fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
komunikasi. Hal ini sejalan dengan Soeparno (1993:5) yang menyatakan bahwa fungsi
umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Sosiolinguistik memandang bahasa
sebagai tingkah laku sosial (sosial behavior) yang dipakai dalam komunikasi sosial.
2. Sosiolinguistik
Sosiolinguistik berasal dari kata “sosio” dan “linguistic”. Sosio sama dengan kata sosial
yaitu berhubungan dengan masyarakat. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari dan
membicarakan bahasa khususnya unsur-unsur bahasa dan antara unsur- unsur itu. Dengan
kata lain, sosiolinguistik adalah kajian yang menyusun teori-teori tentang hubungan
masyarakat dengan bahasa. Berdasarkan pengertian sebelumnya, sosiolinguistik juga
mempelajari dan membahas aspek–aspek kemasyarakatan bahasa khususnya perbedaan-
perbedaan yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan
(Nababan 1993:2).
Mendukung teori sosiolinguistik yang disampaikan oleh Nababan, Sumarsono (2004)
menjelaskan sosio adalah masyarakat, linguistik adalah kajian bahasa. Jadi, sosiolinguistik
adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan.
3. Variasi bahasa
Seiring dengan perkembangan zaman, bahasa tersebut juga mengalami perkembangan.
Perkembangan teknologi juga ikut andil dalam perkembangan bahasa. Perbedaan golongan,
pekerjaan, aktivitas, komunitas, juga memberikan andil terhadap keanekaragaman bahasa.
Hal-hal tersebut bias dikat akan sebagai salah satu penyebab munculnya variasi bahasa.
Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa itu tidak hanya disebabkan oleh para
penuturnya yang tidak bisa hidup sendiri, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang
mereka lakukan berbeda-beda.

Hartman dan Storck (1972) membedakan variasi berdasarkan kriteria :


a. latar belakang geografi dan sosial penutur
b. medium yang digunakan
c. pokok pembicaraan.
Dalam buku Soeparno dasar-dasar Linguistik Umum edisi kedua menjelaskan
pemakaian bahasa di dalam masyarakat tidak saja dipengaruhi oleh factor-faktor
linguistic tetapi juga dipengaruhi oleh factor-faktor situasional. Berikut merupakan
factor-faktor variasi bahasa, yaitu :
1. Variasi kronologis
Variasi bahasa yang disebabkan oleh faktor urutan waktu. Wujudnya disebut
kronolek. Contohnya bahasa kawi (masa sebelum akhir majapahit) bahasa jawa
tengah (masa akhir maja pahit) dan bahasa jawa baru (masa sekarang).
2. Variasi geografis
Variasi bahasa yang disebabkan faktor geografis. Wujudnya disebut dialek.
Contohnya bahasa melayu Maluku, dialek banda, bahasa jawa, dialek Banyumas,
dialek tegal dan lainnya.
3. Variasi sosial
Variasi bahasa yang disebabkan faktor sosiologis, wujudnya disebut sosiolek.
Terdapat beberapa macam sosiolek yaitu :
a. Arkolek, variasi bahasa yang dipandang lebih bergengsi atau tinggi
kedudukannya.
b. Basilek, variasi bahasa yang dipandang kurang bergengsi atau
rendah kedudukannya
c. Vulgar, variasi bahasa yang menunjukkan bahwa penuturnya dari
kalangan orang bodoh atau kurang terpelajar
d. Slang, variasi bahasa yang bersifat khusus dan rahasia karena
dipakai oleh komunitas tertentu dan orang nonkomunitas tidak
boleh mengerti
e. Kolokial, variasi bahasa yang biasa digunakan sehari-hari dalam
situasi nonformal
f. Jargon, variasi bahasa yang pemakaiannya terbatas pada
kelompok-kelompok sosial tertentu, bersifat khusus namun tidak
rahasia
g. Argot, variasi bahasa yang dipakai oleh kalangan profesi tertentu
yang bersifat rahasia
h. Ken (cant), variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok sosial
tertentu dengan lagu yang dibuat-buat untuk memenuhi kesan
“memelas”
4. Variasi fungsional
Variasi bahasa yang disebabkan oleh factor fungsi pemakaian bahasa. Wujudnya
disebut fungsiolek. Contohnya bahasa MC, reportase, khotbah dan lainnya.
5. Variasi gaya
Variasi bahasa yang disebabkan oleh perbedaan gaya. Mario Pei mengemukakan
ilmu gaya yaitu : gaya puisi, prosa ujaran baku, kolokial, vulgaratau slang.
6. Variasi kultural
Variasi bahasa yang disebabkan oleh factor budaya masyarakat pemakaiannya.
7. Variasi individual
Variasi bahasa yang disebabkan oleh perbedaan individual. Wujudnya disebut
idiolek.
4. Bahasa Tabu
Kata-kata tabu merupakan kata-kata yang seharusnya tidak diucapkan atau
dihindari penggunaannya. Seringnya kata-kata ini digunakan akan menimbulkan
sensitifitas masyarakat dalam mengenal dan menyaring penggunaan kata-kata yang
termasuk dalam tabu bahasa ini menjadi berkurang.
Kata taboo secara etimologis berasal dari bahasa Polynesia yang kemudian oleh
James Cook dibawa masuk ke dalam bahasa Inggris, dan seterusnya ke dalam bahasa-
bahasa Eropa lainnya (Wijana dan Rohmadi, 2013:110). Kata tabu tersebut
mempunyai arti yang bermacam-macam, namun secara umum mempunyai arti
sebagai “sesuatu yang dilarang” sebuah kata dianggap tabu, apabila memiliki tiga
yakni adanya sesuatu yang menakutkan, sesuatu yang tidak mengenakkan perasaan,
dan sesuatu yang tidak santun dan tidak pantas.
Kajian tentang tabu dan kata-kata makian sebenarnya sudah dilakukan sejak lama.
Montagu dalam bukunya (1967: 5) berpendapat bahwa tabu dan makian sama tuanya
dengan manusia dan seumur pula dengan bahasa. Dengan kata lain, makian dan tabu
telah lahir sejak adanya bahasa yang dipakai manusia untuk berkomunikasi dan
berinteraksi.
Dari uraian-uraian tersebut, bisa dikatakan bahwa meskipun tidak terdapat
kesepakatan di antara para ahli/peneliti, kata makian dapat dilihat dari tanda-tanda
sebagai berikut:
1. merupakan ungkapan perasaan tertentu yang munculnya disebabkan oleh
dorongan yang bersifat kebahasaan dan nonkebahasaan,
2. merupakan saluran dari emosi dan sikap pembicara
3. menggunakan kata-kata tabu, kasar, kotor, cabul, tidak sopan dan keji
4. merujuk pada tabu atau stigma dalam suatu lingkungan budaya/masyarakat
5. merupakan ungkapan untuk menyinggung harga diri orang lain dan menyakiti
hati
6. sumpah serapah
7. diucapkan karena emosi/marah
8. dalam konteks tertentu dapat digunakan sebagai penanda keintiman dan
pernyataan identitas
Klasifikasi Sumpah Serapah Berdasarkan Referensinya Menurut Wijana dan
Rohmadi (2007:119-124), dilihat dari referensinya, sumpah serapah dapat digolong-
golongkan menjadi bermacam-macam, yakni keadaan, binatang, benda-benda,
bagian tubuh, kekerabatan, mahluk halus, aktivitas, profesi, dan seruan.
1. Anak usia sekolah dasar
1. Perkembangan bahasa anak
Anak sekolah dasar yaitu anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat yang
mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Anak usia
sekolah ini merupakan masa dimana terjadi perubahan yang bervariasi pada pertumbuhan
dan perkembangan anak yang akan mempengaruhi pemebentukan karakteristik dan
kepribadian anak.
K. Eileen dan Lynn R. Marotz (2020: 159-215) menjelaskan tentang profil perkembangan
dan pola pertumbuhan anak termasuk perkembangan berbicara dan berbahasa anak usia 6-12
tahun, diantaranya adalah:
a. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 6 Tahun:
1. Berbicara tanpa henti, biasa digambarkan seperti pengoceh.
2. Bercakap-cakap seperti orang dewasa, banyak bertanya.
3. Mempelajari lima sampai sepuluh kata setiap hari, kosa katanya terdiri dari
10.000 sampai 14.000 kata.
4. Menggunakan bentuk kata kerja, urutan kata dan struktur kalimat yang tepat.
5. Menggunakan bahasa dan bukan tangisan disertai teriakan atau agresi fisik
untuk mengungkapkan ketidaksenangan: “Ini punyaku! Kembalikan, Kamu
bodoh”.
6. Berbicara sendiri sambil menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk
memecahkan masalah sederhana (walaupun “logika”nya mungkin tidak jelas
bagi orang dewasa).
7. Menirukan ucapan populer dan kata-kata kotor, menganggap ucapan-ucapan
jorok sangat lucu.
8. Senang menceritakan lelucon dan teka-teki, biasanya, humornya jauh dari
halus.
9. Senang dibacakan cerita dan mengarang cerita.
10. Mampu belajar lebih dari satu bahasa, melakukanya dengan spontan dalam
keluarga dwibahasa atau multibahasa.
b. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 7 Tahun:
1. Senang bercerita; suka menulis cerita pendek, menceritakan dongeng
khayalan.
2. Menggunakan susunan kalimat dan bahasa percakapan seperi orang dewasa,
pola kalimat mencerminkan perbedaan budaya dan letak geografis.
3. Menjadi semakin tepat dan luas dalam hal penggunaan bahasa, semakin
banyak menggunakan kata sifat deskriptif dan kata keterangan.
4. Menggunakan gerak tubuh untuk menggambarkan percakapan.
5. Mengkritik hasil karyanya sendiri: “Saya tidak menggambar dengan benar,”
“Gambarnya lebih bagus dari dari gambarku.”
6. Membesar-besarkan kejadian adalah hal yang wajar: “Saya makan sepuluh hot
dog pada waktu piknik.”
7. Menjelaskan kejadian sesuai dengan kemampuan atau kebutuhannya: “Hari
ini tidak hujan karena saya akan pergi piknik.”
8. Menggambarkan pengalaman secara rinci: “Pertama, kami memarkir mobil,
lalu kami berjalan mendaki jalanan kecil yang jauh, setelah itu kami duduk di
atas pohon yang rubuh di dekat danau dan makan…”
9. Memahami dan menjalan perintah dalam beberapa tahap (sampai lima tahap):
kadang minta diulang perintahnya karena tidak mendengarkan seluruhnya
pada saat pertama kali disampaikan.
10. Senang menulis pesan dan catatan singkat untuk temannya.
c. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 8 Tahun:
1. Senang menceritakan lelucon dan teka-teki.
2. Mengerti dan melakukan instruksi beberapa tahap (sampai lima tahap),
mungkin minta diulang karena tidak mendengar seluruhnya.
3. Membaca dengan mudah dan memahaminya.
4. Menulis surat atau mengirim pesan kepada teman, termasuk deskripsi yang
imajinatif dan mendetail.
5. Menggunakan bahasa untuk mengkritik dan memuji orang lain, mengulang-
ulang ucapan popular dan kata umpatan.
6. Memahami dan mengikuti aturan tata kalimat dalam percakapan dan bentuk
tertulis.
7. Berrminat mempelajari kode kata rahasia dan menggunakan bahasa kode.
8. Bercakap-cakap dengan orang dewasa dengan lancar, mampu berpikir dan
berbicara mengenai masa lampau dan masa depan; “Jam berapa kita berangkat
berenang minggu depan.”
d. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 9-10 Tahun:
1. Senang berbicara, sering kali tidak berhenti dan tanpa alasan yang jelas;
kadang
digunakan sebagai alat untuk mendapatkan perhatian.
2. Mengungkapkan perasaan dan emosinya secara efektif melalui kata-kata.
3. Memahami dan menggunakan bahasa sebagai sistem komunikasi dengan
orang
lain.
4. Menggunakan ucapan populer yang sering diucapkan teman sebayanya:
“manis”, “keren”, “top-abis”.
5. Mengenali bahwa beberapa kata mempunyai arti ganda, “panjang tangan”,
“mengadu domba”.
6. Menganggap perumpamaan yang tidak masuk akal (permainan kata) dalam
lelucon dan tekan-teki sebagai sesuatu yang lucu.
7. Menunjukan pemahaman tingkat tinggi mengenai urutan tata bahasa;
mengenali apabila ada kalimat yang tata bahasanya tidak tepat.
e. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 11-12 Tahun:
1. Menyelesaikan sebagian besar perkembangan bahasa pada akhir fase ini,
hanya sedikit perbaikan masih diperlukan selama beberapa tahun mendatang.
2. Senang berbicara dan berargumentasi, sering tidak pernah berhenti, dengan
siapa pun yang mau mendengarkan.
3. Menggunakan struktur bahasa yang lebih panjang dan kompleks.
4. Semakin menguasai kosa kata yang kompleks, bertambah 4.000 sampai 5.000
kata baru tiap tahun, menggunakan kosa kata dengan terampil untuk
mengembangkan cerita dan menggambarkannya dengan jelas.
5. Menjadi pendengar yang suka berfikir.
6. Mengerti bahwa kalimat dapat memiliki arti yang tersirat (bertujuan): ketika
ibunya bertanya, “Apakah PR mu sudah selesai?” beliau bermaksud untuk
mengatakan kamu sebaiknya berhenti bermain, ambil bukumu dan mulai
kerjakan PRmu.
7. Memahami konsep ironi dan sarkasme, mempunyai selera humor dan senang
menceritakan lelucon, teka-teki, dan sajak untuk menghibur orang lain.
8. Menguasai beberapa gaya bahasa, bias berubah-ubah berdasarkan situasi:
gaya yang lebih formal ketika berbicara dengan guru, gaya yang lebih kasual
dengan orang tua, dan gaya yang sering memakai ungkapan populer dan kata
rahasia ketika mengobrol bersama teman.
2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak.
Menurut Yusi Riksa (2009: 148) perkembangan bahasa dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut adalah, kesehatan, intelegensi, status sosial ekonomi, jenis
kelamin, hubungan keluarga, dan akses komunikasi.
B. Penelitian yang Relevan
Terkait dengan penelitian ini ada beberapa penelitian yang relevan, yaitu
Burhanuddin (2010), Badelah dkk (2019), Diana dkk (2019), Burhanuddin dkk (2019),
Diana dkk (2019), Hilman dkk (2020), Arrozi dkk (2020), Nurfidah dkk (2020), Arrozi
dkk (2020), Aini dkk (2021), Burhanuddin dkk (2021). Burhanuddin (2010) mengkaji
tentang pemetaan anak tidak sekolah dan putus sekolah usia wajib belajar 9 tahun di
Kabupaten Sumbawa Barat. Nana Ari Anggraini dkk (2022) tentang Bentuk Dan
Penggunaan Bahasa Tabu Pada Anak Di Lingkungan Bertais Kota Mataram.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka pikir adalah cara kerja yang digunakan oleh peneliti untuk menganalisis
dan menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Kerangka pikir dalam penelitian ini
melibatkan berbagai faktor yang ada. Yang dimkasud penulis adalah menganalisis
penggunaan bahasa tabu pada anak usia sekolah dasar di desa pulau hatta. dalam hal ini
peneliti menggunakan pendekatan sosiolinguistik. Berikut ini merupakan skema kerangka
pikir dalam penelitian ini :

Bahasa Sosiolinguistik Variasi bahasa

Bahasa tabu

Bahasa tabu
dikalangan anak usia
sekolah dasar
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan deskriptif
kualitatif adalah suatu pendekatan dalam meneliti suatu objek, suatu sistem pemikiran,
atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dan data yang diperoleh nantinya
tidak berbentuk angka akan tetapi berupa kata-kata atau kalimat yang dideskripsikan.
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di pulau Hatta, pulau yang merupakan salah satu
desa di kecamatan banda kabupaten Maluku tengah, provinsi Maluku. penelitian ini
dilakukan selama 2 bulan semenjak proposal ini diajukan.

Gambar I. google maps. Pulau Hatta


C. Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak usia sekolah dasar di desa Pulau
Hatta. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah berupa bahasa tabu di lingkungan
anak-anak desa Pulau Hatta.
D. Prosedur penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian ilmiah maka diperlukan penggunaan prosedur
penelitian sehingga tercapai hasil yang maksimal. Begitu pula dalam penelitian ini
memiliki prosedur penelitian, yaitu sebagai berikut : menyeleksi mendeskripsikan,
mengklasifikasikan dan terakhir menganalisis data tersebut untuk dapat menarik
kesimpulan.
E. Instrument penelitian
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam artian
lebih cermat, lengkap dan sistematis sehinggah lebih mudah diolah (Arikunto,2010).
Instrument yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri sebagai
instrument utama. Adapun instrument pendukung lainnya berupa HP (hand phone) yang
digunakan untuk merekan dan lembar observasi yang berfungsi untuk mencatat konteks
saat proses perekaman dilakukan. Untuk mempermudah proses analisis data, peneliti
menggunakan instrument pengumpulan data berikut ini.
Table I. pengumpulan data

Bentuk-bentuk bahasa tabu


No Bahasa tabu Keterangan
Ke Bi m.h Be b.t Ke Ak Prof
1.

2.

3.

4.

5.

Keterangan :
1. Kolom pertama berisi nomor urut
2. Kolom kedua berisi ungkapan atau tuturan
3. Kolom ketiga berisi delapan bentuk-bentuk bahasa tabu yang akan di teliti
a. Ke : keadaan
b. Bi : binatang
c. m.h : makhluk halus
d. Be : benda-benda
e. b.t : bagian tubuh
f. Ke : kekerabatan
g. Ak : aktivitas
h. Prof : provesi
4. Kolom keempat berisi keterangan data
Table II. faktor penyebab penggunaan bahasa anak

No Data faktor penyebab penggunaan bahasa anak Keterangan


Ke intel S. sosek L/P H. kel Ak.kom

1.

2.

3.

4.

5.
Keterangan :
Ke : kesehatan
Intel : intelegensi
S. sosek : status sosial ekonomi
L/P : jenis kelamin
H.Kel : Hubungan keluarga
Ak.kom : akses komunikasi
F. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian ini,
karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Sugiono (2010) berpendapat
bahwa penulis tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan
apabila tidak mengetahui teknik pengumpulan data.
Jadi teknik dalam pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dilakukan dengan teknik
catat dan teknik rekam.
1. Teknik rekam
2. Teknik catat
3. Teknik simak libat cakap
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu (PUP). Menurut
sudaryanto (1993:21) teknik pilah unsur penentu merupakan teknik pilah dimana alat
yang digunakan adalah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh peneliti
sendiri. Adapun langkah-langkah yang akan diambil dalam menganalisis data adalah
sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengetahui bentuk bahasa tabu yang tergolong sumpah serapah bagi
anak-anak di desa Pulau Hatta, akan digunakan teori Wijana dan Rohmadi (2007:119
- 124).
2. Untuk mengetahui factor-faktor bahasa pada anak usia sekolah dasar, digunakan teori
Yusi Riksa (2009: 148).

DAFTAR PUSTAKA

Gita Anggia Resticka, E. N. (2020). KATA TABU DALAM BAHASA INDONESIA YANG
MEMPUNYAI MAKNA PELACURAN (KAJIAN LEKSIKOGRAFI). Prosiding
Semnas LPPM Unsoed, X, 169-178.
I Made Astu Mahayana, M. D. (2022). Penggunaan Ungkapan Tabu di Desa Tenganan
Pegringsingan: Kajian Sosio-pragmatik. Lingua, IX, 121-136.
Junaidi, V. W. (2019). KONTEKS PENGGUNAAN BAHASA TABU SEBAGAI
PENDIDIKAN. Jurnal Serambi Ilmu, XX, 1-17.
Nana Ari Anggraini, M. B. (2022). Bentuk Dan Penggunaan Bahasa Tabu Pada Anak Di
Lingkungan Bertais Kota. Ilmiah Mandala Education (JIME), VIII, 1992-2002.
Nursani, S. A. (2023, april senin). Pengertian Bahasa Adalah: Fungsi, Peran, Ragam, dan
Sifatnya. Retrieved from detikEdu.
Odien Rosidin, A. M. (2020). SUMPAH SERAPAH SEBAGAI PERWUJUDAN
PENGHINAAN DALAM WACANA MONOLOG MEME PILPRES 2019. jurnal
membaca, V, 53-62.
PURNAMA, W. M. (2020). ANALISIS BAHASA TABU DALAM TRADISI MASYARAKAT
LOMBOK DI DESA GERES. Al-Hikmah: Jurnal Studi Islam, I, 10-21.
Rachman, A. (2023, april 3). Pengertian Bahasa Menurut Ahli. Retrieved from Kompas.com:
https://www.kompas.com/skola/read/2023/04/26/220000969/pengertian-bahasa-menurut-
ahli
Rahman, N. I. (2019). PENGGUNAAN KATA TABU DI MEDIA SOSIAL: KAJIAN
LINGUISTIK FORENSIK. SEMIOTIKA, XX, 120-128.
Sari, R. P. (2012). Kata-kata Tabu dalam Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Karya Eka. Header halaman gena, I, 1-11.

Anda mungkin juga menyukai