Anda di halaman 1dari 6

LUNTURNYA KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN REMAJA

Disusun Oleh:

AMANDA YULIA ASTY WULANDARI


MUHAMMAD RIZKY WAHYUDI
NABATUL MUFIDANAH
TITIS DIAH MAHARANI

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 ANGSANA


KABUPATEN TANAH BUMBU
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
2023
A. Judul proposal: Lunturnya Kesantunan Berbahasa di Kalangan Remaja

B. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah

Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan sosial dalam
masyarakat. Kesantunan berbahasa sendiri merupakan pengungkapan gagasan, ide atau pendapat untuk
saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur yang disertai dengan etika
serta perilaku yang baik menurut norma-norma sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat. Kata
santun berarti halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya), sabar dan tenang, sopan, penuh rasa
belas kasihan, suka menolong. Bahasa yang santun merupakan alat yang paling tepat digunakan dalam
berkomunikasi dan menjalin hubungan sosial. Hal tersebut karena bahasa yang santun memperhatikan
kaidah kebahasaan dan tatanan nilai yang berlaku didalam masyarakatnya. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan kondisi masyarakat tersebut maka salah satu faktor yang sangat menentukan dalam
proses pelestarian budaya kesantunan berbahasa terletak pada masyarakat itu sendiri.
Kesantunan berbahasa seharusnya sudah menjadi suatu tradisi yang dimiliki setiap individu,
sebab jika tidak maka tradisi berbahasa yang santun tersebut akan memudar dalam kehidupan
bermasyarakat dan selanjutnya lahirlah generasi yang arogan, kasar dan kering dari nilai-nilai etika
masyarakat. Ketika etika dan kesantunan dalam berbahasa menjadi topik pembicaraan, pembahasan
konsep-konsep tentang nilai atau norma yang terkandung dan diyakini oleh masyarakat itu tidak
mungkin dapat dipisahkan. Etika dapat diartikan sebagai ilmu yang membicarakan masalah perbuatan
atau tingkah laku manusia, yang dapat menilai mana baik dan mana yang jahat. Banyak orang
menyatakan bahwa kita akan banyak teman dan disegani orang kalau dalam bertutur bukan saja santun,
tetapi menunjukkan etika dan perilaku yang baik. Sebaliknya, kita akan banyak musuh dan tidak
disegani orang kalau dalam bertutur yang tidak santun dan tidak beretika atau berperilaku yang tidak
menyenangkan lawan tutur. Etika mempersoalkan bagaimana manusia seharusnya berbuat atau
bertindak. Seseorang dapat dikatakan pandai berbahasa jika menguasai tata cara atau etika berbahasa
itu. Maka dalam hal ini, salah satu nilai atau norma yang mungkin akan menjadi topik yang menarik
untuk diperbincangkan ialah kesantunan berbahasa.
Bahasa digunakan oleh masyarakat sebagai alat komunikasi antar sesama karena masyarakat
itu terdiri atas berbagai lapisan, tentunya bahasa yang digunakan akan bervariasi. Di dalam
masyarakat, seseorang tidak lagi dipandang sebagai individu yang terpisah, tetapi sebagai anggota dari
kelompok sosial. Oleh karena itu, bahasa dan pemakaiannya tidak diamati secara individual, tetapi
dihubungkan dengan kegiatannya di dalam masyarakat. Dipandang secara sosial bahasa memiliki
fungsi-fungsi tertentu dalam pergaulan di antara sesama anggota. Sebagai contoh, bahasa Indonesia
dapat menjadi bahasa nasional, bahasa negara, bahasa resmi dan bahasa persatuan antar suku bangsa.
Namun, untuk dapat berbahasa dengan santun tentunya harus menguasai bahasa dengan baik. Perlu
diketahui bahwa kemampuan serta tingkat kesantunan berbahasa Indonesia di kalangan masyarakat
Indonesia masih sangat rendah. Kesantunan berbahasa dalam kehidupan masyarakat yang digunakan
dalam interaksi antar manusia satu dengan yang lainnya dan akan berjalan damai jika masyarakat itu
sendiri sadar akan kesantunan berbahasa, ungkapan dari bahasa yang kasar dan arogan seringkali
menyebabkan perselisihan dan kesalahpahaman di kalangan masyarakat.

2. Perumusan Masalah

Penelitian terhadap kesantunan berbahasa dikalangan remaja dimaksudkan untuk memperoleh


gambaran yang jelas dan komprehensif tentang lunturnya kesantunan berbahasa yang berkaitan dengan
aspek intregasi sosial dan harmoni sosial.
Adapun kaitannya dengan aspek integrasi sosial dan harmoni sosial yang dimaksud adalah
proses penyesuaian unsur-unsur yang bereda dalam kehidupan masyarakat yang memiliki fungsi serasi
dan kondisi dimana individu hidup sejalan dengan tujuan yang serasi.

Berdasarkan uraian diatas masalah yang akan dijadikan fokus penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:

a. Bagaimanakah bentuk kesantunan berbahasa?


b. Bagaimanakah fungsi kesantunan berbahasa?

3. Tujuan Penelitian

Untuk memperjelas arah penelitian ini, dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui bentuk kesantunan berbahasa.

b. Untuk mengetahui fungsi kesantunan berbahasa.

4. Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para remaja dalam
meningkatkan kesantunan berbahasa. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi
seluruh masyarakat agar manusia bisa menggunakan bahasa yang santun dan tidak melakukan
kesalahan ketika sedang berkomunikasi, sehingga antara penutur dan lawan tutur dapat terjalin
komunikasi yang baik. Hasil pendeskripsian kesantunan bahasa ini nantinya dapat dijadikan sebagai
pedoman atau panduan bagi seluruh remaja dalam bertutur kata yang baik dan sopan.

5. Definisi Operasional

Santun adalah halus, baik budi, sabar, tenang, sopan, penuh rasa belas kasih, serta
suka menolong. Bahasa adalah alat komunikasi sosial yang berupa sistem simbol bunyi yang
dihasilkan dari ucapan manusia. Jadi, Kesantunan berbahasa adalah pengungkapan pikiran dan
perasaan dengan halus, baik dan sopan dalam interaksi komunikasi verbal. Kesantunan berbahasa
mencerminkan budi halus dan pekerti luhur seseorang dengan tidak menyakiti perasaan dan
memberikan pilihan kepada orang lain.

c. Tinjauan Pustaka

Bahasa adalah identitas dan jati diri bangsa. Karena itu, sudah sepatutnya kita menggunakan,
menjaga, melestarikan, dan mengembangkan bahasa Indonesia. Hal itu pula yang dilakukan oleh
Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan pondasi dalam berkomunikasi yang
efektik. Penggunaan Bahasa Indonesia sering kali dianggap remeh oleh kalangan masyarakat, karena
menurutnya penggunaan Bahasa Indonesia dipakai sejak anak lahir (bahasa ibu) sampai anak tumbuh
dewasa. Penggunaan bahasa di lingkungan masyarakat dianggap cukup untuk mendapatkan
pengetahuan berbahasa Indonesia dengan baik, tetapi kenyataanya hal tersebut berbanding terbalik
dengan realita yang ada. Di mana penggunaan bahasa di era milenial cenderung terpengaruh oleh
masuknya bahasa-bahasa asing dan mengikis bahasa baku dalam komunikasi sehari-hari.

Hal menonjol yang membedakan penggunaan bahasa pada zaman sekarang ialah dari segi SDM
(Sumber Daya Manusia) nya. Mulai usia anak-anak sampai dewasa dalam segi permainan, tingkah
laku, bahkan berbahasapun akan mudah mendapatkan pengaruh dari berbagai sumber dari yang
mereka lihat, dengar, dan berbagai sumber lainnya seperti internet. Perolehan bahasa secara akulturasi
cenderung akan mempengaruhi penggunaan Bahasa Indonesia baku dalam komunikasi sehari-hari.
Semakin mudahnya akses media internet seperti sosial media dan beberapa aplikasi lainnya yang
dilihat, justru terkadang seseorang hanya mengedepankan eksistensi dalam berbahasa dan tidak
meyaring informasi dari yang mereka baca, dengar, ataupun yang mereka lihat, sehingga hal tersebut
yang mengakibatkan informasi yang diterima tidak sesuai dengan realita yang ada atau berita hoax.
Sedangkan hal lainnya yang membedakan penggunaan bahasa pada orang-orang zaman dulu yaitu
sangat mengedepankan bagaimana berbahasa yang baik dan sesuai dengan penggunaan bahasa yang di
resmikan di negaranya, karena orang zaman dahulu tidak terpengaruh oleh masukkan bahasa asing
dalam berkomunikasi sehari-hari.

Pada dasarnya bahasa digunakan sebagai alat komunikasi manusia untuk menyampaikan
maksud dan tujuannya. Bahasa merupakan cerminan kepribadian seseorang. Bahkan, bahasa
merupakan cermin kepribadian bangsa di mana melalui bahasa yang digunakan seseorang atau suatu
bangsa dapat diketahui kepribadiannya. Kepribadian baik berkaitan erat dengan kesantunan berbahasa.
Bahasa yang santun perlu dibiasakan dan dilatih sejak dini agar tercermin dalam kepribadian
penggunanya. Kesantunan berbahasa dalam pemakain aktivitas yaitu pilihan kata (diksi) dan cara
menyampaikan bahahasa dan gaya bahasa dalam penyampain komunikasi. Kesanggupan seseorang
dalam memilih kata merupakan salah satu penentu santun tidaknya bahasa yang digunakan. Pilihan
kata yang dimaksud adalah ketepatan pemakaian kata untuk mengungkapkan makna dan maksud
dalam situasi tertentu sehingga menimbulkan efek tertentu kepada orang yang diajak berkomunikasi.

Hal-hal yang mempengaruhi kesantunan berbahasa dan beretika pada anak-anak zaman
sekarang diantaranya ialah lunturnya sikap rendah hati, hilangnya sikap empati seseorang,
mementingkan diri sendiri/egois, dan terpengarung budaya asing. Sifat rendah hati merupakan sifat
dasar manusia yang muncul dari lubuk hati seseorang untuk mengekspresikan isi hati nya dengan apa
adanya, dengan sikap santun tanpa ada melebih-lebihkan, untuk membuat orang lain tersinggung
ataupun terluka . Dengan sikap rendah hati seseorang yang tidak ditanamkan sejak dini akan
menimbulkan dampak hilangnya nilai kesantunan dalam berkomunikasi dan bertingkah laku terhadap
orang lain.

Hal-hal yang mempengaruhi kesantunan berbahasa dan beretika yang terakhir dan berdampak
buruk bagi generasi milenial adalah terpengaruhnya budaya asing. Budaya asing yang mempengaruhi
generasi milenial diantaranya penggunaan bahasa yang bercampur dengan kosa kata asing yang sering
digunakan oleh remaja masa kini yang disebut dengan bahasa gaul. Bahasa gaul muncul dari pengaruh
bahasa-bahasa asing yang diterima dari berbagai media seperti media sosial, karena penggunaan
media sosial para remaja milenial sangat pesat maka pengaruh penggunaan bahasa asing sangat
berpengaruh dalam lunturnya nilai-nilai kesantunan berbahasa. Dengan demikian selayaknya para
remaja milenial harus dapat membedakan bahasa yang santun untuk digunakan dalam komunikasi
sehari-hari dan dalam komunikasi di forum formal.

Dapat kita simpulkan bahwa generasi muda merupakan generasi masa kini dan masa yang
akan datang untuk menumbuhkan potensi besar bagi kemajuan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai
kesantunan berbahasa dan beretika dimulai dari orang tua dan lingkungan keluarga. Peran orang tua
sangat penting dalam proses tumbuh kembang seseorang untuk menjadi generasi yang berbudi pekerti
luhur. Selain itu, perlunya kerja sama antara lingkungan keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekolah
untuk menanamkan nilai-nilai etika, moral, dan akhlak. Mendidik, membimbing, dan memberikan
teladan untuk generasi muda di mulai sejak usia dini dengan memberikan pengertian perbuatan baik
dan buruk serta menanakan nilai-nilai agama dan tata krama sehingga ketika anak mulai dewasa akan
menjadi pribadi yang beretika dan berbudi pekerti yang baik.

d. Metode Penelitian

Dalam penelian ini, digunakan metode deskriptif. Tujuannya untuk mendeskripsikan


kesantunan berbahasa para remaja. Berbicara adalah kegiatan berbahasa lisan yang selalu dilakukan
oleh manusia. Dalam berbicara, kita perlu menelaah kata-kata terlebih dahulu, contohnya saat
berbicara dengan orang tua, atasan, dan orang penting lainnya. Oleh karena itu, orang tua dan para
guru perlu bekerja sama dalam mendidik anak anak, dan para remaja untuk menggunakan bahasa yang
santun. Beberapa orang menyatakan bahwa kesantuan merupakan suatu cara yang dilakukan
penutursaat berkomunikasi supaya penutur tidak merasa tertekan, tersudut, dan tersingggung.

Agar kerjasama tersebut efektif, cara yang digunakan perlu disesuaikan dengan para remaja.
Masa perkembangan remaja menjadi hal yang cukup menantang bagi keluarga karena ada
kemungkinan terjadinya pergulatan.

e. Jadwal Pelaksanaan

Pelaksaan penelitian ini dijadwalkan sebagai berikut.

No. Nama Kegiatan Bulan


1. Persiapan: penyusunan proposal, penyusunan instrumen, Januari
dan studi dokumentasi
2. Seminar proposal/desain penelitian Januari
3. Pelaksaan penelitian Januari
4. Analisis data Januari
5. Penyusunan laporan Februari
6. Seminar hasil penelitian, penyerahan laporan Februari

f. Rencana anggaran

Secara rinci, kebutuhan anggaran penelitian ini direncanakan sebagai berikut.

No. Uraian Kegiatan Volume Kegiatan dan Jumlah Biaya


Satuan Biaya
1. Persiapan: 1x Rp 200.000,00 Rp 200.000,00
a. Penyusunan proposal 1x Rp 150.000,00 Rp 150.000,00
b. Penyusunan instrumen 1x3 org x Rp 300.000,00
penelitian @Rp 100.000,00
c. Koordinasi dengan redaksi
mading
2. Kegiatan operasional: 48 artikel x Rp 1.200.000,00
a. Pembacaan artikel mading @ Rp 25.000,00
b. Analisis data 1x Rp 300.000,00 Rp 300.000,00
3. Bahan dan alat: 1 rim x Rp 30.000,00
a. Kertas kuarto @ Rp 30.000,00
b. Tinta printer 2 buah x Rp 400.000,00
@ Rp 200.000,00
4. Penyusunan laporan 1x Rp 100.000,00 Rp 100.000,00
5. Seminar hasil penelitian 1x Rp 150.000,00 Rp 150.000,00
6. Penggandaan laporan 10 eks x Rp 170.000,00
@ Rp 17.000,00
7. Jumlah keseluruhan Rp 3.000.000,00
G. Daftar Pustaka

Administrator, (2019) “Budaya 5S” Retrieved from


https://miunggulanmbjabalulkhoir.sch.id/read/38/budaya-5s
Amalia, A. (2016). “Perencanaan Strategi Pemasaran dengan Pendekatan Bauran Pemasaran
dan

SWOT pada Perusahaan Popsy Tubby. Jurnal Manajemen dan Start-Up Bisnis. Vol. 1 No 3

Agustus 2016, Hal. 299.” Diakses dari

https://journal.uc.ac.id/index.php/performa/article/view/172
Dewi, A. I., Aryani, R., Wennes, W., & Lestari, R. (2019). Kampanye Damai untuk Pilpres 2019

Melalui Desain Kemasan Air Mineral Aqua. Jurnal RUPAKA. Vol. 1 No. 2 Juni 2019, Hal.

26.” Diakses dari https://journal.untar.ac.id/index.php/Rupaka/article/view/2936

Diananda, A. (2018). “Psikologi Remaja dan Permasalahannya. Vol. 1 No.1 Januari 2018, Hal.

117-118.” Diakses dari https://doi.org/10.33853/istighna.v1i1.20Expostnews.com . (2019)


“Dua Pemicu Ini Dicurigai Hilangkan Tata Krama Generasi Milenial”

Retrieved from https://expostnews.com/dua-pemicu-ini-dicurigai-hilangkan-tata-


kramagenerasi-milenial/#

Anda mungkin juga menyukai