Anda di halaman 1dari 7

POTRET PENGGUNAAN BAHASA REMAJA TERHADAP

EKSISTENSI BAHASA INDONESIA DI KALANGAN


MAHASISWA

(PORTRAIT OF USE OF YOUTH LANGUAGE ON THE


EXISTENCE OF INDONESIAN LANGUAGE IN STUDENTS)

Arum Puspa Dewi


Universitas Sebelas Maret
Kentingan-Surakarta
Ponsel: 081546099404
Pos-el: arumpuspa1997@student.uns.ac.id

Tanggal naskah masuk: 14 Desember 2018


Tanggal revisi terakhir: 7 Januari 2019

Abstract

Language as a communication tool is effective, absolute and


necessary for every nation. In its development language has been
influenced by various things. Social media has an important role in it.
Adolescent language is one form of language that has been influenced
by these developments. Students are one subject who uses language
variations. The use of adolescent language is intended so that what is
delivered is short, clear and to be a little cool, but without students
realize the contents of the message have been far from the language
method. Languages include expressions, pronunciation of words, and
constructions that have been used for a long time. The expressions,
word choices, and construction are chosen by speakers of different
generations with different frequencies. In fact, there is a language
section, especially at the lexical and syntactic level, which is felt
differently by "modern" speakers with "old" ones. Old-fashioned
expressions are not provided for speakers who are "modern-minded"
or "old generation language" provided for young speakers.

Keywords : Use of language, adolescent language, students.

Abstrak

Bahasa sebagai alat komunikasi bersifat efektif, mutlak dan diperlukan


setiap bangsa. Dalam perkembangannya bahasa telah dipengaruhi
oleh berbagai hal. Media sosial memiliki peranan penting di dalamnya.
Bahasa remaja adalah salah satu bentuk bahasa yang telah
dipengaruhi oleh perkembangan tersebut. Mahasiswa merupakan
salah satu subjek yang menggunakan variasi bahasa. Penggunaan
bahasa remaja bertujuan agar apa yang disampaikan singkat, jelas dan
agar sedikit keren, namun tanpa mahasiswa sadari isi pesan tersebut
telah yang jauh dari kaedah bahasa. Bahasa meliputi ungkapan,
pengucapan kata, dan konstruksi yang telah dipakai dalam jangka
waktu yang lama. Ungkapan, pilihan kata, dan konstruksi itu dipilih
oleh penutur dari generasi yang berbeda dengan frekuensi yang
berbeda pula. Bahkan, ada bagian bahasa, lebih-lebih pada tataran
leksikal dan sintaksis, yang dirasakan berbeda oleh para penutur yang
“modern” dengan yang “kuno”. Ungkapan kuno tidak disediakan untuk
penutur yang “berpandangan modern” atau “bahasa generasi tua”
disediakan untuk penutur muda.

Kata kunci : Penggunaan bahasa, bahasa remaja, mahasiswa.

1. Pendahuluan Perkembangan teknologi


memudahkan generasi muda seperti
Bahasa sebagai alat komunikasi mahasiswa untuk bersosialisasi
yang paling efektif, mutlak dan sehingga internet, situs jejaring sosial
diperlukan setiap bangsa. Tanpa dan teknologi pesan singkat di mana
bahasa, bangsa tidak akan mungkin bahasa remaja yang sering digunakan
dapat berkembang. Bahasa oleh mahasiswa banyak ditemukan
menunjukkan identitas bangsa. dan dapat diakses dengan mudah.
Bahasa sebagai bagian kebudayaan Segelintir orang menganggap bahasa
dapat menunjukkan tinggi rendahnya remaja merusak kaedah bahasa
kebudayaan bangsa. Bahasa Indonesia Indonesia yang baik dan benar
tidak lagi sebagai bahasa persatuan, sebagai bahasa persatuan. Hal ini
tetapi juga berkembang sebagai disebabkan bahasa remaja tidak
bahasa negara, bahasa resmi, dan mengindahkan kaedah bahasa
bahasa ilmu pengetahuan dan Indonesia dan sering digunakan dalam
teknologi. komunikasi sehari-hari.
Saat ini, lingkungan pergaulan Bahasa yang digunakan oleh
mahasiswa dapat memunculkan mahasiswa biasanya dipengaruhi oleh
sebuah bahasa baru atau sering media sosial yang menjadi hal wajib
disebut bahasa remaja. Bahasa remaja diakses oleh mahasiswa. Hal tersebut
itu mencampuradukan antara tulisan, sesuai dengan pernyataan Syarfina
lisan, dan gambar, sehingga (2015: 135) bahwa era digital yang
semuanya menjadi kacau. Kekacauan menuntut penguasaan teknologi dan
bahasa itu terlihat karena penggunaan bahasa asing pada berbagai bidang
bahasa yang seenaknya dan kehidupan saat ini makin
terkadang emosi juga diungkapkan meminggirkan posisi bahasa
secara tidak tepat. Banyak orang yang Indonesia. Sangat tidak lazim apabila
mengeluh dan merasa kesulitan bahasa yang ada di dalam media
belajar bahasa asing tetapi mereka sosial saat ini dipergunakan oleh
lupa bahwa kesulitan itu sebenarmya mahasiswa karena sebagai mahasiswa
disebabkan oleh penguasaan bahasa dituntut untuk memiliki pemikiran
Indonesia yang masih belum yang luas dan kemampuan intelektual
memadai. (Sahril , 2016 : 7). yang tinggi. Dalam pendididkan formal
di sekolah menengah bahasa asing,
khususnya bahasa Inggris menjadi Indonesia menganggap remeh bahasa
mata pelajaran wajib. Hal tersebut Indonesia karena mungkin
selaras dengan pendapat Verhar menganggap sudah menguasai
(2001, 335) bahwa “Pemerintah bahasa Indonesia dengan baik. Penulis
Indonesia memasukkan bahasa Inggris yang baik adalah penulis yang mampu
ke dalam bahasa asing pertama yang menggunakan teknik menulis secara
dipergunakan di Indonesia. berbeda tergantung dari siapa sasaran
tulisannya dan untuk tujuan apa
Anak ABG selalu berhasil tulisan itu dibuat (Mundziroh,
menciptakan sebuah image baru Sumarwati, & Saddhono, 2013: 4).
mengenai dirinya walaupun hal
tersebut banyak melanggar norma- Berdasarkan uraian di atas,
norma yang telah ada. Tidak permasalahan-permasalahan yang
terkecuali dengan bahasa remaja yang muncul diantaranya, bagaimanakah
mereka pergunakan, yang wujud pemakaian bahasa yang
menggabungkan huruf dengan angka, digunakan oleh mahasiswa, apa faktor
memperpanjang atau memperpendek yang mempengaruhi pemakaian
pemakaian huruf atau memvariasi bahasa remaja (mahasiswa), serta apa
huruf besar dan kecil membentuk akibat dari pengaruh bahasa remaja
sebuah kata dan kalimat. Penggunaan terhadap kemampuan berbahasa
lebih dari satu bahasa secara mahasiswa.
bergantian dilatarbelakangi dan
ditentukan oleh situasi dan kondisi 2. Kerangka Teori
yang dihadapi oleh penutur dalam
tindakan bertutur. Menurut Saddhono 2.1 Definisi Bahasa
(2014) kedwibahasaan merupakan
Menurut Gorys (1997:1), bahasa
salah satu fenomena dua bahasa
adalah alat komunikasi antara
dalam suatu tindak tutur.
anggota masyarakat berupa simbol
Namun tidak dapat dipungkiri, bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
pesatnya perkembangan bahasa manusia. Robins (1992: 2)
remaja di Indonesia menimbulkan berpendapat bahwa bahasa menelaah
dampak yang cukup serius terhadap semua bahasa sebagai bagian yang
keberlangsungan bahasa Indonesia. universal yang dapat dikenali dari
Penggunaan bahasa Indonesia perilaku manusia dan kemampuan
semakin tidak diperdulikan lagi manusia. Kulsum (2003) berpendapat
kebenarannya sesuai dengan kaidah bahwa bahasa adalah suatu sistem
kebahasaan yang telah ditentukan. simbol lisan yang arbitrer yang dipakai
Belum lagi pelaksanaan pembelajaran oleh anggota suatu masyarakat untuk
bahasa Indonesia cenderung tidak berkomunikasi dan berinteraksi antar
diminati dan dikesampingkan sesamanya berlandaskan pada
memperparah kondisi bahasa budaya yang mereka miliki bersama.
Indonesia. Hal ini sesuai dengan Anwar (1990: 1) menyatakan bahwa
penelitian Saddhono (2012) yang bahasa merupakan fenomena sosial
menyatakan bahwa salah satu faktor dan sekaligus fenomena alam. Bahasa
rendahnya nilai siswa pada materi (linguistik) merupakan cabang ilmu
menulis deskripsi dikarenakan siswa pengetahuan yang berusaha
merasa jenuh atau bosan pada mata mempertahankan keobjektifan dalam
pelajaran bahasa Indonesia yang menyatakan sesuatu terutama hal-hal
selama ini dilakukan secara monoton. yang dapat dibuktikan. Selain
Akibatnya, sebagian masyarakat
pengetahuan, bahasa diharapkan bisa digunakan oleh penutur yang
memberikan wawasan. heterogen yang mempunyai latar
belakang sosial dan kebiasaan
Dari beberapa pendapat di atas yang berbeda, maka bahasa itu
dapat disimpulkan bahwa bahasa menjadi beragam, baik dalam
adalah sistem lambang bunyi yang tataran fonologis, morfologis,
bersifat arbitrer, digunakan untuk sintaksis maupun pada tataran
berkomunikasi sehingga pengguna leksikon
bahasa bisa saling memahami. e. Bahasa itu manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi
2.2 Karakteristik Bahasa
verbal, hanya dimiliki manusia.
Chaer (2003: 31) menyatakan Manusia dalam menguasai bahasa
bahwa bahasa adalah sebuah sistem bukanlah secara instingtif atau
berupa bunyi, bersifat abitrer, naluriah, tetapi dengan cara
produktif, dinamis, beragam dan belajar. Hewan tidak mampu untuk
manusiawi. Dari pengertian tersebut, mempelajari bahasa manusia, oleh
di antara karakteristik bahasa adalah karena itu dikatakan bahwa bahasa
arbitrer, produktif, dinamis, beragam, itu bersifat manusiawi.
dan manusiawi.
2.3 Bahasa Remaja
a. Bahasa bersifat arbitrer
Pengaruh globalisasi dan
Artinya hubungan antara
perkembangan IPTEK membawa
lambang dengan yang
dampak terhadap perkembangan
dilambangkan tidak bersifat wajib,
bahasa remaja. Media sosial adalah
bisa berubah dan tidak dapat
salah satu media yang memiliki peran
dijelaskan mengapa lambang
penting dalam perkembangan bahasa.
tersebut mengonsepi makna
Bahkan, bahasa remaja menggeser
tertentu.
penggunaan bahasa Indonesia. Para
b. Bahasa bersifat produktif
remaja lebih tertarik menggunakan
Artinya, dengan sejumlah besar
bahasa tersebut karena dapat
unsur yang terbatas, namun dapat
digunakan sesuka keinginan mereka.
dibuat satuan- satuan ujaran yang
Perkembangan bahasa remaja sangat
hampir tidak terbatas.
pesat mempengaruhi generasi muda
c. Bahasa bersifat dinamis
terutama mahasiswa di lingkungan
Berarti bahwa bahasa itu tidak
kampus. Media sosial seperti
lepas dari berbagai kemungkinan
facebook, sms, twitter, bbm
perubahan sewaktu-waktu dapat
merupakan ditandai dengan maraknya
terjadi. Perubahan itu dapat
singkatan-singkatan di dalam
terjadi pada tataran apa saja:
mengirim pesan pendek. Kata
fonologis, morfologis, sintaksis,
singkatan tersebut berkembang tidak
semantic dan leksikon. Pada
hanya digunakan secara tertulis
setiap waktu mungkin saja
namun juga secara lisan.
terdapat kosakata baru yang
muncul, tetapi juga ada kosakata Remaja merupakan penutur yang
lama yang tenggelam, tidak kompeten dalam bahasanya dan tidak
digunakan lagi. tertutup dalam pilihan bahasanya.
d. Bahasa itu beragam Ketika menyerap bahasa dengan
Meskipun bahasa mempunyai mengembangkan kosakata dan jarak
kaidah atau pola tertentu yang stilistiknya, mereka mengontrolnya
sama, namun karena bahasa itu secara penuh. Mereka sering memilih
kata yang berbeda dari orang dewasa setingkat dengan perguruan tinggi.
(Kridalaksana, 2007). Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
ialah seorang peserta didik berusia 18
Terjadinya variasi penggunaan sampai 25 tahun yang terdaftar dan
bahasa itu dinamakan bahasa remaja. menjalani pendidikannnya di
Bagi remaja ataupun mahasiswa perguruan tinggi baik dari akademik,
terjadi karena kesenangan dan politeknik, sekolah tinggi, institut dan
kebanggaan tersendiri. Mereka universitas.
berharap bisa menjadi yang paling
“keren” dari teman-temannya. 2.5 Metode Penelitian
Bahkan, mereka menganggap bahwa
bahasa yang mereka gunakan Metode yang digunakan dalam
merupakan bentuk kreativitas yang penelitian ini adalah deskripsi
harus mereka dikembangkan untuk kualitatif. Menurut Sudaryanto
mencapai sebuah kepuasan. (1988:62), deskriptif adalah metode
yang secara hakikatnya didasarkan
Meskipun pengaruh bahasa Inggris pada fakta yang ada atau fenomena
sudah sangat mendalam dan merata yang memang secara empiris dalam
pada semua lapisan masyarakat, penurunanya. Sedangkan, Moleong
tetapi jarang kita jumpai orang (2005:6) mengungkapkan definisi
bercakap-cakap dalam bahasa Inggris penelitian kualitatif adalah
di tempat-tempat umum. Penggunaan pendekatan yang berkaitan dengan
bahasa remaja baru sebatas data yang tidak berupa angka-angka
penggunaan kosakata, penggunaan tetapi berupa kualitas bentuk-bentuk
frase, atau kalimat-kalimat pendek variabel yang berwujud tuturan
yang diselipkan dalam percakapan sebagai data yang dihasilkan berupa
atau teks bahasa Indonesia. Jadi, baru kata-kata tertulis atau lisan tentang
sebatas campur kode dan jarang sifat-sifat individu, keadaan, gejala,
sampai ke taraf alih kode. Menurut dari kelompok tertentu yang diamati.
Saddhono (2012 : 75) alih kode Teknik pengumpulan data dalam
merupakan pemakaian dua bahasa penelitian ini, yaitu digunakan metode
atau lebih dengan saling memasukkan pustaka dan dokumentasi.
unsur bahasa yang satu ke bahasa
yang lain. Hal tersebut bisa terjadi 3. Hasil dan Pembahasan
karena beberapa orang beranggapan
bahwa bahasa remaja mempunyai Dilihat dari ilmu bahasa, bahasa
nilai lebih, dan dapat menaikkan remaja termasuk sejenis bahasa
gengsi dimata pemakainya. “diakronik”, yaitu bahasa yang
digunakan oleh suatu kelompok dalam
2.4 Pengertian Mahasiswa kurun waktu tertentu. Wujud bahasa
remaja yang digunakan oleh
Dalam Kamus Bahasa Indonesia mahasiswa banyak digunakan di
(Kamus Bahasa Indonesia Online, dalam bentuk tulis seperti digunakan
kbbi.web.id), mahasiswa didefinisikan pada saat mengirimkan pesan singkat
sebagai orang yang belajar di maupun lisan. Penggunaan bahasa
Perguruan Tinggi. Sedangkan menurut remaja dalam pesan singkat bertujuan
Moleong (2005) mahasiswa dapat agar pesan yang disampaikan singkat,
didefinisikan sebagai individu yang jelas dan agar sedikit keren, Namun
sedang menuntut ilmu ditingkat tanpa mahasiswa sadari isi dari pesan
perguruan tinggi, baik negeri maupun tersebut menggunakan bahasa remaja
swasta atau lembaga lain yang
yang jauh dari kaedah bahasa yang kemampuan komunikasi dari generasi
baik dan benar. terkini berbeda dengan pendahulunya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa umur 4. Penutup


seseorang akan membedakan cara
berbicara. Misalnya perbedaan kata 4.1 Simpulan
yang digunakan. Seorang remaja
tentu tidak akan berbicara seperti Bahasa remaja secara langsung
seorang yang berusia 80 tahun. Setiap maupun tidak telah mengubah
bahasa meliputi ungkapan, generasi Indonesia untuk tidak
pengucapan kata, dan konstruksi yang mempergunakan bahasa Indonesia
telah dipakai dalam jangka waktu dengan baik dan benar. Keberadaan
yang lama. Ungkapan, pilihan kata, bahasa remaja memang berpengaruh
dan konstruksi itu dipilih oleh penutur terhadap eksistensi bahasa Indonesia.
dari generasi yang berbeda dengan Banyak mahasiswa yang sudah
frekuensi yang berbeda pula. Lebih meremehkan bahasa Indonesia dan
dari itu, ada bagian bahasa, lebih-lebih banyak dari mereka yang belum
pada tataran leksikal dan sintaksis, mengerti kaedah bahasa Indonesia
yang dirasakan berbeda oleh para yang baik dan benar.
penutur yang “modern” dengan yang
Umur, seperti faktor gender,
“kuno”.
profesi, kelas sosial, dan asal muasal
Susanti (2017), dalam geografis atau etnis, telah banyak
penelitiannya menemukan bahwa diteliti dan dibahas sebagai faktor
penggunaan bentuk substandar yang memengaruhi posisi kita dalam
selama umur remaja berada dalam masyarakat. Perbedaan posisi itu akan
tataran yang maksimum. Bahasa menimbulkan variasi pilihan bahasa.
remaja dalam perspektif kalangan Perbedaan umur sering kali
mahasiswa memperlihatkan bahwa menimbulkan perbedaan pilihan
setiap generasi memiliki “kreasi” bahasa di banyak bahasa yang ada di
bahasa yang berbeda dengan bahasa dunia, terutama di kalangan
yang digunakan pendahulunya. mahasiswa (remaja).
Perbedaan linguistik antargenerasi itu
4.2 Saran
bertalian erat dengan perbedaan
pilihan bahasanya. Hal itu Menggunakan bahasa remaja tidak
menyebabkan generasi muda (remaja) menjadi masalah, akan tetapi jangan
“seolah-olah” berbeda “bahasa”-nya sampai menghilangkan budaya
dengan generasi pendahulunya. berbahasa Indonesia. Karena bahasa
Semua itu terjadi karena (1) Indonesia merupakan bahasa resmi
kebutuhan komunikasi lambat laun kenegaraan dan lambang dari
berubah dan memaksa setiap generasi identitas nasional, yang
baru melakukan penyesuaian bahasa kedudukannya tercantum dalam
untuk disesuaikan dengan Sumpah Pemuda dan UUD 1945 Pasal
pengalaman mereka serta (2) pada 36 dan mencintai bahasa Indonesia.
waktu tertentu kebutuhan dan

Daftar Kepustakaan
Anwar, Khaidir. 1990. Fungsi dan Peranan Bahasa:sebagai pengantar. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Keraf, Gorys. 1997. Komposisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Kulsum, Umi. 2014.”Menyelisik Kosakata Bahasa Sunda dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV.” Metalingua: Jurnal Penelitian Sastra Vol. 12
No. 2, Desember 2014.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitan Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya Offset.

Robins, R.H. 1992. Linguistik Umum: sebuah pengantar. Yogyakarta: Kanisius.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian
Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University
Press.

Saddhono, K. 2014. Pengantar Sosiolingistik Teori dan Konsep Dasar. Surakarta:


UNS Press.

Saddhono, K. 2012. ”Kajian Sosiolinguistik Pemakaian Bahasa Mahasiswa Asing


dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) di
Universitas Sebelas Maret”. Kajian Linguistik dan Sastra, 24 (2): 176-186.

Mundziroh, S., Sumarwati, Saddhono, K. 2013. “Peningkatan Kemampuan Menulis


Cerita dengan Menggunakan Metode Picture And Picture pada Siswa Sekolah
Dasar”. BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan
Pengajarannya, 2 (1): 1-10.

Sahril. 2016. “Pemertahanan Bahasa Ibu Melalui Grup WhatsApp”. Ranah: Jurnal
Penelitian Sastra Vol. 5 No. 1, Juni 2016.

Susanti. 2017. Gaya Penulisan Artikel Ilmiah Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan


Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret. Lingua Didaktita: Jurnal Bahasa
dan Pembelajaran Bahasa.11(2): 174-184

Syarfina. 2015. “Sikap Masyarakat Medan terhadap Penggunaan Bahasa Asing di


Ruang Publik”. Metalingua: Jurnal Penelitian Sastra Vol. 13 No. 1, Desember
2015.

Verhar, J.W.M. 2001. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Anda mungkin juga menyukai