Anda di halaman 1dari 22

BRONCHOPNEUMONIA

RAISA AS ADILA
12100113014

PRESEPTOR : DR. HERTIKA SPPD


Bronchopneumonia

 Peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari


bronkiolus terminalis yang mencangkup bronkiolus
respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Bisa
mengenai lebih dari satu tempat.
 Lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai
keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh
 Sebagai infeksi primer biasanya hanya dijumpai pada anak-
anak dan orang tua
Etiologi

 Pada neonatus dan bayi kecil: Streptococcus group B dan


bakteri Gram negatif seperti E. Colli, Pseudomonas atau
Klebsiella.
 Pada bayi yang lebih besar dan anak balita: Streptococcus
pneumonia, Haemophillus influenzae tipe B
dan Staphylococcus aureus.
 Pada anak yang lebih bedar dan remaja: selain bakteri
tersebut, sering juga Mycoplasma pneumoniae.
 Patogenesis
• Stadium I (4 – 12 jam pertama)  kongesti
• Stadium II (48 jam berikutnya)  hepatisasi merah
• Stadium III (3 – 8 hari)  hepatisasi kelabu
• Stadium IV (7 – 11 hari)  resolusi
 Stadium kongesti  respon peradangan awal 
pelepasan mediator-mediator inflamasi & komplemen 
prningkatan permeabilitas kapiler paru  perpindahan
eksudat  interstisium  edema
 Stadium hepatisasi merah  alveolus terisi sel darah
merah, eksudat, fibrin, leukosit  lobus padat  paru
merah
 Stadium hepatisasi kelabu  sel darah putih
mengkolonisasi paru  fagositosis sisa2 sel & eritrosit
diresorbsi  lobus berisi fibrin & leukosit  paru kelabu
 Stadium resolusi  sisa2 fibrin & eksudat lisis 
diabsorbsi makrofag paru kembali ke semula
Gambaran Klinis

 Biasanya didahului oleh peradangan saluran nafas bagian


atas seperti batuk, pilek selama beberapa hari disertai
kenaikan suhu tubuh yang tiba-tiba.
 Umumnya gelisah, dispneu, pernafasan cepat dan dangkal
disertai pernafasan cuping hidung.
Gambaran Klinis

 Peningkatan nafas diikuti dengan retraksi dari intercostal,


subkostal, dan suprasternal, dan penggunaan otot pernafasan
aksesorius.
 Pada perkusi toraks sering tidak ditemukan kelainan.
 Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah
nyaring halus atau sedang.
Pemeriksaan Penunjang

 Darah perifer lengkap


 Pneumonia virus: leukosit dapat normal atau meningkat
(biasanya tidak lebih dari 20.000/mm3) dengan predominan
limfosit.
 Pneumonia bakterial, terjadi peningkatan leukosit antara
15.000 – 40.000/mm3 dan predominan PMN.
Pemeriksaan Penunjang

 Radiologis
Pada foto rontgen dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat
ditemukan di seluruh lapangan paru.
 Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak
tidak rutin dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat
di RS.
Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Pada gambar ini


tampak konsolidasi
tidak homogen di
lobus atas kiri dan
lobus bawah kiri.
Diagnosis

Berdasarkan kriteria WHO (2009)


1.Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan sesak napas dan napas
cepat
2.Pneumonia
– Bila tidak ada sesak napas
– Ada napas cepat dengan laju napas:
• Anak umur < 2 bulan : > 60 x/mnt
• Anak umur 2-11 bulan: > 50 x/mnt
• Anak umur 1-5 tahun : > 40 x/mnt
• Anak umur > 5 tahun : > 30 x/mnt
Diagnosis

3. Pneumonia berat
 Bila ada sesak napas (pernapasan cuping hidung dan atau
retraksi)
 Dalam keadaan sangat berat dapat dijumpai :
 Tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan
semuanya
 Kejang, letargis atau tidak sadar
 Sianosis
 Distress pernapasan berat
Tatalaksana Bronkopneumonia

 Sebagian besar anak tidak perlu rawat inap


 Indikasi rawat tgt berat-ringan penyakit :
 Toksis
 Distres pernapasan
 Tidak mau makan/minum
 Ada penyakit dasar lain
 Komplikasi
 Neonatus & bayi kecil dgn susp. pneumonia
Tatalaksana Bronkopneumonia

 Dasar tatalaksana :
 Pengobatan kausal dan suportif
 Penanggulangan penyakit penyerta
 Pemantauan & mengatasi komplikasi

 Terapi antibiotik harus segera diberikan pada anak dengan


pneumonia yg diduga disebabkan oleh bakteri
Tatalaksana Rawat Jalan

 Ringan : 1st line Ab - Oral


 Amoksisilin 25 mg/kgBB
 Kotrimoksazol 4 mg/kgBB TMP – 20 mg/kgBB sulfametoksazol

 Makrolid : terapi alternatif beta-laktam utk pengobatan


inisial pneumonia, dengan mempertimbangkan aktivitas
ganda thd S.pneumoniae dan bakteri atipik
Tatalaksana Rawat Inap

 1st line Ab : beta-laktam atau kloramfenikol


 2nd line Ab : gentamisin, amikasin, sefalosporin
 Terapi Ab diteruskan 7-10 hari pd pneumonia tanpa
komplikasi
 Kombinasi beta-laktam, ampisilin/amoksisilin +
kloramfenikol : pneumonia berat 2-24 bulan
 Penisillin G 25.000 U/kgBB tiap 4 jam
 Kloramfenikol 15 mg/kgBB tiap 6 jam
 Seftriakson 50 mg/kgBB tiap 12 jam
Tatalaksana Rawat Inap

 Pada neonatus & bayi kecil : terapi awal Ab IV sesegera


mungkin  sering tjd sepsis dan meningitis  rekomendasi
Ab spektrum luas : kombinasi beta-laktam / klavulanat
dengan aminoglikosid / sefalosporin generasi ketiga

 Bila keadaan sudah stabil  Ab Oral 10 hari


Tatalaksana Rawat Inap

 Pada balita & anak lebih besar :


 Ab beta-laktam dengan/tanpa klavulanat
 Ab beta-laktam/klavulanat + makrolid baru (IV) / sefalosporin
generasi ketiga  kasus lebih berat

 Keadaan stabil  Ab Oral dan rawat jalan


Pencegahan

 Vaksinasi :
 Influenza setiap tahun
 PVC bulan ke 2, 4, 6, 15-18  booster 5 tahun
Komplikasi

 Empiema torasis ( tersering pd pneu.bakteri )


 Miokarditis ( tersering pd usia 2-24 bulan )
 Perikarditis purulenta
 Pneumotoraks
 Meningitis purulenta
Prognosis

 Prognosis tgt usia ps, daya tahan ps, pengobatan adekuat,


dan kemungkinan komplikasi yang terjadi
 Usia <2 bulan lebih sering tjd komplikasi bahkan sampai
kematian
 Daya tahan : terkait vaksinasi
 Pengobatan adekuat : prognosis lebih baik
 Miokarditis : fatal

Anda mungkin juga menyukai