Anda di halaman 1dari 4

NO 7 Retraksi dinding dada merupakan proses tertariknya kulit dinding dada ke ruang interkostal saat inhalasi.

Retraksi terjadi di berbagai daerah di dinding dada dan merupakan tanda utama terjadinya peningkatan penggunaan otot intercostal dan diafragma untuk bernapas yang merupakan tanda khas adanya kesulitan pernapasan. Pada bayi dan anak kecil costae terletak hampir horizontal. Jadi mereka terutama mengandalkan diaphragma untuk meningkatkan kapasitas thoraks saat inspirasi. Oleh karena itu, retraksi dinding dada pada anak paling sering dijumpai di daerah dinding bawah (substernal) akibat peningkatan penggunaan otot diafragma sehingga apabila ditemukan adanya retraksi di daerah sternal maupun suprasternal pada anak menandakan adanya gangguan pernapasan yang sangat serius bila dibandingkan dengan penemuan tanda retraksi dada pada orang dewasa.

Pengamatan retraksi. Indeks Silverman-Anderson tentang distres pernapasan ditentukan dengan memberi nilai pada setiap kriteria dari 5 kriteria secara acak: nilai 0 menunjukkan tidak ada kesulitan; nilai 1 menunjukkan kesulitan sedang; dan nilai 2 menunjukkan kesulitan bernapas maksimum. Nilai retraksi adalah jumlah seluruh nilai ini. Nilai total 0 menandakan tidak ada dispnea, sementara nilai total 10 menunjukkan distres pernapasan maksimum. (Dimodifikasi dari Silverman W, Anderson D: Pediatrics 17:1,2006)

NO 8 dan 9
Diagnosis anak 2 tahun 1. Anamnesis: a. Keluhan Utama: Sesak napas b. Riwayat Penyakit sekarang: 1). Sesak napas yang memberat sejak 2 jam yang lalu 2) Demam, pilek, bersin, dan kurang nafsu makan sejak 3 hari yang lalu. 3). Demam tidak respon dengan antipiretik 4). batuk produktif namun dahak sulit dikeluarkan c. Riwayat penyakit dahulu: tidak ada d. Riwayat Keluarga: Ayah pasien menderita batuk berdahak sejak satu minggu yang lalu e. Riwayat personal dan sosial: tidak ada 2. Pemeriksaan Fisik: Pasien bernapas lebih cepat dan ditemukan cekungan/ tarikan pada dinding dada bagian bawah sewaktu bernapas. 3. Diagnosa Kerja: Pasein: Infeksi saluran napas atas dan Pneumonia akut berat et causa infeksi Streptococcus pneumoniae Diagnosa tersebut ditegakkan karena: a. Ditemukan adanya demam, pernafasan cepat, dan cekungan/tarikan pada dinding dada saat bernapas merupakan dasar penegakan diagnosa pneumonia berat. b. Ditemukan adanya pilek dan bersin merupakan dasar penegakan diagnosa Infeksi saluran napas atas. c. Berdasarkan kronologis pasien terlihat bahwa infeksi pernapasan berjalan dari saluran napas atas ke saluran nafas bawah, demam yang tidak respon dengan antipiretik, dan batuk produktif dengan dahak yang sulit dikeluarkan yang ditemukan pada pasien maka semua data diatas dapat menjadi dasar penegakan diagnosis bahwa penyebab infeksi adalah bakteri Streptococcus pneumoniae. Selain itu, bakteri ini diangkat karena bakteri ini merupakan flora normal faring yang paling sering menyebabkan pneumonia komunitas. 3. Diagnosa banding pada Infeksi saluran napas atas: a. tosilitis

b. sinusitis c. rinitis d. laringitis e. faringitis 4. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis: a. Pemeriksaan radiologis: foto thoraks konvensional. b. Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan hematologi. c. Pemeriksaan balteriologis: pemeriksaan mikroskopik (pewarnaan gram pada sputum pasien) dan kultur. Terapi anak 2 tahun 1. Terapi empiris: campuran antibiotik ampisilin-gentamisin dengan dosis masing-masing 2550 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam dan 7 mg/kg BB/hari 2. Terapi suportif umum: a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95- 96%. b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental, dapat disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme. c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan napas dalam. Bila perlu dikerjakan fish mouth breathing untuk melancarkan ekspirasi dan pengeluarn CO2. Posisi tidur setengah duduk untuk melancarkan pernapasan. Prognosis anak 2 tahun Tergantung pada kecepatan pasien mendapat terapi antibiotik, luas lobus paru yang terinfeksi, serta jaringan parut yang terbentuk akibat proses inflamasi. Pencegahan ISPA pada anak 1. Pencegahan Primer Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap kejadian pneumonia. Upaya yang dapat dilakukan antara lain: a. Memberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan dan imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2, 3, dan 4 bulan, serta memberikan

vaksin pneumokokus yang mengandung polisakarida kapsul dari serotipe umum pneumokokus. b. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberikan ASI pada bayi neonatal sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada balita. Di samping itu, zatzat gizi yang dikonsumsi bayi dan anak-anak juga perlu mendapat perhatian. c. Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan polusi di luar ruangan.

2. Pencegahan Sekunder Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sehingga dapat mencegah meluasnya penyakit dan terjadinya komplikasi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain: a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral dan penambahan oksigen. b. Pneumonia : diberikan antibiotik kotrimoksasol oral, ampisilin atau amoksilin. c. Bukan Pneumonia : perawatan di rumah saja. Tidak diberikan terapi antibiotik. Bila demam tinggi diberikan parasetamol. Bersihkan hidung pada anak yang mengalami pilek dengan menggunakan lintingan kapas yang diolesi air garam. Jika anak mengalami nyeri tenggorokan, beri penisilin dan dipantau selama 10 hari ke depan.

3. Pencegahan Tertier Tujuan utama dari pencegahan tertier adalah mencegah agar tidak munculnya penyakit lain atau kondisi lain yang akan memperburuk kondisi balita, mengurangi kematian serta usaha rehabilitasinya. Pada pencegahan tingkat ini dilakukan upaya untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut seperti perawatan dan pengobatan. Upaya yang dilakukan dapat berupa: a. Melakukan perawatan yang ekstra pada balita di rumah, beri antibiotik selama 5 hari, anjurkan ibu untuk tetap kontrol bila keadaan anak memburuk. b. Bila anak bertambah parah, maka segera bawa ke sarana kesehatan terdekat agar penyakit tidak bertambah berat dan tidak menimbulkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai