Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ISPA

A. Pengertian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah Infeksi saluran pernafasan yang
berlangsung sampai 14 hari yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun
udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat (Kowalak, 2011).
Infeksi saluran pernafasan adalah mulai dari infeksi respiratori atas dan adneksanya
hingga parenkim paru. Sedangkan pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung hingga 14
hari (Nastiti, 2008).
Infeksi pernafasan akut adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri,
atipikal (mikro plasma) atau aspirasi substansi asing, yang melibatkan suatu atau semua
bagian saluran pernafasan (Wong, 2004).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa infeksi saluran
pernafasan akut adalah proses peradangan yang terjadi pada saluran pernafasan atas ataupun
bawah yang disebabkan karena invasi virus, bakteri, mikro plasma, atau substansi asing.
B. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri Penyebabnya
antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan
Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus,
Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpessvirus (Depkes RI, 2000).
Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian
atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak yang
kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan (PD
PERSI, 2002).
C. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis infeksi saluran pernafasan akut bergantung pada tempat infeksi serta
mikroorganisme penyebab infeksi. Semua manifestasi klinis terjadi akibat proses peradangan
dan adanya kerusakan langsung akibat mikroorganisme. Manifestasi klinis ISPA antara lain
(Corwin, 2008):
1. Batuk
2. Bersin dan kongesti nasal

3.
4.
5.
6.

Pengeluaran mukus dan rabas dari hidung


Sakit kepala
Demam
Malaise
Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk dan

pilek tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun sebagian anak akan
menderita radang paru (pneumonia) bila infeksi paru ini tidak diobati dengan anti biotik
akan menyebabkan kematian. Tanda dan gejala ISPA dibagi menjadi dua yaitu golongan
umur 2 bulan sampai 5 tahun dan golongan umur kurang dari 2 bulan (Ngastiyah, 2005).
1. Tanda dan gejala ISPA untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun
a.

Pneumonia berat, bila disertai napas sesak yaitu ada tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis/meronta).

b.

Pneumonia, bila disertai napas cepat, batas napas cepat adalah untuk
umur 2 bulan sampai < 12 bulan sama dengan 50 kali permenit atau lebih,
untuk umur 1-5 tahun sama dengan 40 kali permenit atau lebih.

c.

Bukan pneumonia (batuk pilek biasa), bila tidak ditemukan tarikan


dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

2. Tanda dan gejala ISPA untuk golongan umur kurang dari 2 bulan
a.

Pneumonia berat, bila disertai tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah
atau napas cepat. Atas napas cepat untuk golongan umur kurang dari 2 bulan
yaitu 60 kali permenit atau lebih.

b.

Bukan pneumonia (batuk pilek biasa), bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagia bawah atau napas cepat.

Menurut Kowalak (2011), gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan adalah sebagai
berikut :
1. Gejala ISPA ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai
berikut :
a. Batuk

b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada
waktu berbicara atau menangis).
c. Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37,5oC atau jika dahi anak diraba
dengan punggung tangan terasa panas.
2. Gejala ISPA sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan
dengan disertai gejala sebagai berikut :
a. Pernapasan lebih dari 50 kali/menit pada anak umur kurang dari satu tahun atau
lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
b. Suhu lebih dari 39oC.
c. Tenggorokan berwarna merah.
d. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f. Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.
g. Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.
3. Gejala ISPA berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau
sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
a. Bibir atau kulit membiru
b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas
c. Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
d. Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah
e. Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah
f. Nadi lebih cepat dari 60x/menit
g. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas
h. Tenggorokan berwarna merah
D. Patofisiologi
Penyakit ISPA disebabkan oleh virus dan bakteri yang disebarkan melalui saluran
pernafasan yang kemudian dihirup dan masuk ke dalam tubuh, sehingga menyebabkan
respon pertahanan bergerak yang kemudian masuk dan menempel pada saluran pernafasan
yang menyebabkan reaksi imun menurun dan dapat menginfeksi saluran pernafasan yang
mengakibatkan sekresi mucus meningkat dan mengakibatkan saluran nafas tersumbat dan
mengakibatkan sesak nafas dan batuk produktif.
Ketika saluran pernafasan telah terinfeksi oleh virus dan bakteri yang kemudian terjadi
reaksi inflamasi yang ditandai dengan rubor dan dolor yang mengakibatkan aliran darah
meningkat pada daerah inflamasi dengan tanda kemerahan pada faring mengakibatkan
hipersensitifitas meningkat dan menyebabkan timbulnya nyeri. Tanda inflamasi berikutnya

adalah kalor, yang mengakibatkan suhu tubuh meningkat dan menyebabkan hipertermi yang
mengakibatkan peningkatan kebutuhan cairan yang kemudian mengalami dehidrasi. Tumor,
adanya pembesaran pada tonsil yang mengakibatkan kesulitan dalam menelan yang
menyebabkan intake nutrisi dan cairan inadekuat. Fungsiolesa, adanya kerusakan struktur
lapisan dinding saluran pernafasan sehingga meningkatkan kerja kelenjar mucus dan cairan
mucus meningkat yang menyebabkan batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Infeksi
sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mucus bertambah banyak dan dapat menyumbat
saluran nafas sehingga menimbulkan sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang
produktif.
Dampak infeksi sekunder bakteri pun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga
bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, setelah
terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia
bakteri (Sylvia, 2005).

E. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5-6 hari jika
tidak terjadi invasi kuman lain. Komplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis paranasal,
penutupan tuba eustachii, dan penyebaran infeksi (Ngastiyah, 2005).
1. Sinustitis paranasal, komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar, karena pada bayi
dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Diagnosis ditegakkan dengan foto
rontgen dan transiluminasi.
2. Penutupan tuba eustachii, dapat disebabkan karena tuba eustachii pendek, lebar, dan
lurus hingga merintangi penyaluran secret; posisi bayi/anak yang selalu terlentang
menyebabkan penyaluran secret terhambat; hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring
dapat menyebabkan penutupan tuba eustachii.
3. Penyebaran infeksi, penjalaran infeksi sekunder dan nasofaring ke arah bawah dapat
menyebabkan radang saluran nafas bagian bawah seperti laryngitis, trakeitis,
bronchitis, dan bronkopneumonia.
F. Penatalaksanaan
Pengobatan ISPA dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Rasmaliah, 2004):

a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dan
sebagainya.
b. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol per oral. Bila penderita tidak mungkin
diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita
menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau
penisilin prokain.
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan dirumah, untuk
batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung
zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan antihistamin. Bila demam
diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila
pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai
pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh
kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.
G. Pencegahan
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA adalah (Ngastiyah, 2005):
1.
Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik
a. Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang paling
baik untuk bayi.
b. Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.
c. Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu mengandung cukup
protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
d. Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein misalnya dapat di
peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau jagung, lemak dari kelapa atau
minyak sedangkan vitamin dan mineral dari sayuran,dan buah-buahan.
e. Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui apakah
beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada penyakit yang
menghambat pertumbuhan.
2. Mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi
Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan imunisasi
yaitu DPT . Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan untuk mencegah penyakit.
Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA,
sebaliknya perilaku yang tidak mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai
penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya memperhatikan rumah sehat, desa
sehat dan lingkungan sehat.
4. Pengobatan segera
Apabila anak sudah positif terserang ISPA, sebaiknya orang tua tidak memberikan
makanan yang dapat merangsang rasa sakit pada tenggorokan, misalnya minuman dingin,
makanan yang mengandung vetsin atau rasa gurih, bahan pewarna, pengawet dan
makanan yang terlalu manis. Anak yang terserang ISPA, harus segera dibawa ke dokter.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.


Depkes RI. 2000. Riskesdas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Kowalak, Jennifer P., dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Nastiti. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
PD PERSI. 2002. Musim Pancaroba Menjelang, DBD Hingga ISPA Mengintai. [internet]
diakses dari http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&catid=23&nid=1227 pada
28 Oktober 2015 pukul 19.00 WITA.
Rasmaliah. 2004. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Sylvia, Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai