KELOMPOK 6
Anggota
1. Arivia Alifah Saraswati (201410330311004)
2. Lilian Rahma Ananda (201410330311014)
3. Kartika Puji Rahayu (201410330311062)
4. Qonita Faiqotul Himmah (201410330311063)
5. Nailil Khusna (201410330311067)
6. Thasia Isabelita (201410330311082)
7. Adefani Tia Anggraini (201410330311084)
8. Barnard M.Syaifudin (201410330311110)
9. Eki Yazid An- nafi’ (201410330311120)
10. Moh. Fthur Rozi (201410330311121)
11. Bagus Sea Fadriyana (201410330311153)
12. Fitra Ananta Taqwa (2014103303111570)
Kasus 1
Regimen Terapi
• 2HRZE / 4(HR)3
TAHAP AWAL: RHZE TAHAP LANJUTAN: RH
Diminum setiap hari, mencegah kegagalan Diminum 3x/minggu (4H3R3).
terapi dan perlu pengawasan langsung.
Membunuh kuman persisten sehingga
Sebagian terjadi konversi : BTA (+) BTA(-) , mencegah kambuh.
setelah konversi dilanjutkan tahap lanjutan.
Kasus baru termasuk HIV harus diberi OAT I.
Bila hasil sputum BTA akhir tahap awal (+),
tetap dilanjutkan tahap lanjutan (TANPA Praktisi penerapi px TB mengemban tanggung
TAHAP SISIPAN). jawab kesehatan masyarakat.
3. Jika mendapat panduan terapi fase lanjutan 4H3R3 apakah
maksudnya?
Minum Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) 3x/minggu selama 4 bulan.
4. Apa saja yang perlu dijelaskan pada penderita terkait
dengan terapinya ?
Perlu dijelaskan mengenai keteraturan minum obat untuk menjamin kepatuhan pasien menelan
obat seharusnya ada PMO.
Karena pengobatan yang lama, minimal 6 bulan sehingga pasien harus sabar dan taat.
Monitor respon pengobatan untuk kasus TB Paru : pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis:
o Pemeriksaan dahak mikroskopis dengan 2 (dua) contoh uji dahak (sewaktu dan pagi).
o Pemantauan kemajuan pengobatan dilakukan pada akhir tahap awal, bulan ke 5 dan akhir
pengobatan.
Jika tidak meminum obat OAT, infeksi TB dapat
menyebabkan komplikasi.
• Perlu dijelaskan mengenai efek samping obat.
5. Apa saja yang harus dipantau selama pengobatan ?
-Klinis [setiap 2 minggu pada bulan pertama pengobatan selanjutnya setiap bulan untuk evaluasi
respons pengobatan, efek samping dan komplikasi penyakit (keluhan, berat badan, pemeriksaan
fisik)]
-Radiologis (foto thorax sebelum pengobatan, setelah 2 bulan pengobatan dan akhir pengobatan)
-Bakteriologis: untuk menilai BTA + BTA – (saat diagnosis, bulan ke 2, bulan ke 3, bulan ke 5,
bulan ke 6 untuk kategori I)
-Komplikasi
-Efek samping
-Keteraturan minum obat (agar tidak menimbulkan gagal terapi)
Komplikasi
Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi.
Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh focus paru atau di kelenjar limfe regional.
Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika
terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui
bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas).
Kelenjar limfe hilus atau paratrakea yang mulanya berukuran normal saat awal infeksi, akan
membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut.
Bronkus dapat terganggu: obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal dapat
menyebabkan ateletaksis. Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat
merusak dan menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronkial atau
membentuk fistula. Massa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga
menyebabkan gabungan pneumonitis dan ateletaksis, yang sering disebut sebagai lesi segmental
kolaps-konsolidasi.
6. Jika saat kontrol penderita mengeluh sering merasa kesemutan sampai rasa terbakar
di kaki, dan nyeri pada sendi kemungkinan obat apa yang menyebabkan hal tersebut
dan bagaimana penatalaksanaannya ?
Kesemutan, rasa kaki terbakar INH Beri Vitamin B6 (piridoksin) 100mg per hari, Beri
vitamin B6 (piridoxin) 50 – 75 mg per hari
Nyeri Sendi Pyrazinamid Beri AspirinBeri Aspirin, Parasetamol atau obat anti radang non
steroid
7. Kemungkinan apakah yang
menyebabkan Tn. K belum sembuh ?
TB Kronis Resisten terhadap OAT
8. Jika kemudian terapi OAT diberikan, jelaskan panduan OAT
mana yang paling tepat dan berapa lama pengobatannya ?
Diupayakan semaksimal mungkin agar bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan atau dirujuk ke
RS Pusat Rujukan TB MDR.
Apabila oleh karena suatu sebab belum bias dilakukan pemeriksaan uji kepekaan atau dirujuk ke
RS Pusat Rujukan TB MDR, berikan penjelasan, pengetahuan dan selalu dipantau kepatuhannya
terhadap upaya PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
Pengobatan TB MDR (Rujuk di faskes tk lanjut)
9. Bagaimana pengobatan TB pada anak tersebut ? Apa saja
obat yang bias diberikan dan bagaimana dosisnya ?
10. Berapa lama anak tersebut harus
diterapi ?
Kasus 2
Seorang wanita 26 tahun, datang ke UGD karena sesak nafas. Sesak
nafas timbul sudah 2 hari ini. Seminggu sebelumnya penderita batuk
pilek dan hanya diobati sendiri. Sesak nafas dengan nafas berbunyi
ngik-ngik saat mengeluarkan nafas, dan batuk berdahak yang sulit
dikeluarkan. Hidung sering buntu dengan ingus berwarna kuning
kehijauan. Penderita tidak ada riwayat sesak nafas sejak kecil. Sudah
minum obat salbutamol, tapi sesak tidak berkurang. Pada
pemeriksaan fisik didaptkan TD 110/80, nadi 88 x/menit, RR 26
x/menit, T=37,1 C, wheezing (+) pada kedua lapangan paru.
1. Perlukah penderita mendapatkan terapi bronkodilator? Mengapa? Jelaskan dalam
bentuk tabel penggolongan obat bronkodilator (mekanisme kerja, indikasi,
kontraindikasi, efek samping, bentuk sediaan dan penggunaannya dalam klinik) dan
jelaskan bronkodilator apa saja yang dapat diberikan pada pasien tersebut?
Perlu, karena pasien memiliki keluhan hidung tersumbat yang diakibatkan oleh banyaknya
akumulasi sekret dalam saluran pernafasan, serta pasien juga mengeluh susah untuk
mengeluarkan sputumnya. Bronkodilator golongan antikolinergik diperlukan untuk
bronkodilatasi dan menurunkan sekresi mukus.
Atropin/iprotropium bromide
Golongan Mekanisme kerja Indikasi Kontraindikasi Efek samping Bentuk sediaan Penggunaan
Agonis β2 selektif Melemaskan otot Asma bronkhiale, - Pasien Takikardi, tremor, - Tablet Pasien asma
(fenoterol, polos saluran hipertensi dan aritmia - Aerosol Albuterol dan
albuterol, nafas dengan cara gangguan (inhaler/nebuli terbutaline tablet
terbutalin, merangsang adenil jantung sasi) dosis 2-3x1
formoterol, siklase dan - Tirotoksikosis - Injeksi SC Nebulisasi dosis
salmetrol) meningkatkan (terbutaline) 100-400 mcg
pembentukan Inhalasi dosis 2,5-
cAMP intrasel 5 mg
Injeksi SC dosis
0,25 mg
Metilxantin -Menghambat Asma, COPD - Pasien Gelisah, insomnia, - Tablet Asma akut dosis 3-
(teofilin, famili enzim hipertensi dan takikardi ringan, 4 mg/kg/bb
teobromin, cafein) fosfodiesterase(PD gangguan hipertensi,
E4)penurunan jantung arithmia, diuresis,
migrasi dan - Hipertiroidism asam lambung
aktivasi sel imun e meningkat
-Inhibisi reseptor - Ulkus
permukaan peptikum
terhadap adenosin
kontraksi otot
sal. Nafas
Golongan Mekanisme Indikasi Kontraindikasi Efek samping Bentuk sediaan Penggunaan
kerja
Antagonis Memblok - Asma < Hipersensitif Insomnia, - Atropin : IV, - Atropin
muskarinik kontraksi otot - COPD terhadap aritmia, inhalasi (nebulizer :
(ipratropium polos bronkus - Bronkitis senyawa takikardi, mata - Ipratropium 0,025 mg/kg
bromide, serta blok kronis atropin, kering, hidung bromide : dalam 2,5 ml
atropin) peningkatan - Lansia takiaritmia, kering, inhalasi NS)
sekresi mukus - Common kardiomiopati pandangan - Ipratropium
cold obtrutif kabur bromide
hipertrofi (nasal spray :
0,03%-
0,06%)
2. Untuk mengatasi keluhan pilek dan hidung buntu obat golongan apa
saja yang perlu diberikan? Jelaskan dalam bentuk tabel (efek yang
diharapkan, mekanisme kerja, indikasi, kontraindikasi, efek samping,
sediaan danpenggunaan dalam klinik)
Golongan Mekanisme Indikasi Kontraindikasi Efek samping Bentuk sediaan Penggunaan
kerja
Dekongestan Agonis reseptor Segala keluhan - Pasien - Tremor - Tablet - Tablet
α yang terdapat hidung gangguan - Nausea - Syrup (pseudoefedr
pada mukosa tersumbat jantung - Anxietas - inhaler in 30-60 mg
saluran - Common - Hipertensi - Mual atau 120-240
pernafasan cold - Terapi - Insomnia mg)
vasokonstriksi - Flu kombinasi - hipertensi - Syrup
penurunan - Rhinitis alergi dengan (pseudoefedr
sekresi mukosa MAOI in 3 mg/ml)
- Inhalasi
(oxymetazoli
ne 0,05%)
3. Perlukah pasien tersebut diberi dekongestan nasal? Mengapa? Jika
memang perlu, coba jelaskan bagaimana konseling penggunaan
dekongestan nasal pada pasien tersebut.
Perlu, karena dekongestan nasal bekerja tanpa mengalami first pass metabolisme di GIT,
sehingga onset yang dihasilkan lebih cepat dibanding dekongestan oral dan efikasi lebih besar
dibanding oral.
Konseling : “ibu, ini saya berikan obat untuk menghilangkan gejala hidung tersumbatnya, obat
ini dapat dipakai dengan cara saat pemakaian ibu dalam posisi menunduk atau posisi sujud
(nasal drop) tunggu sebentar sampai yakin obat benar-benar telah menyebar kedalam hidung
atau posisi apa saja (nasal spray), cara menyemprotkan harus tepat didepan lubang hidung.
Nanti apabila timbul gejala gemetar, pusing, mual dll ibu bisa tungggu sebentar jika keluhan
masih menetap segera kembali ke dokter.
4. Untuk mengatasi batuk dengan dahak yang sulit dikeluarkan, obat apa
saja yang dapat diberikan? Jelaskan dalam bentuk tabel masing-masing
obat (mekanisme kerja, indikasi, kontraindikasi, efek samping, bentuk
sediaan dan penggunaan dalam klinik)!
Golongan Mekanisme Indikasi Kontraindikasi Efek samping Bentuk sediaan Penggunaan
kerja
Ekspektoran Mengencerkan Batuk produktif - Alergi - Hemaptisis - Inhaler - Inhaler (10-
sekret dengan golongan - Nyeri dada - Tablet/kapsul 20%)
cara merusak sistein - Bronkospasm - Tablet/kapsul
ikatan disulfida - Varises e (500-600 mg)
esofagus - Nausea
- Penurunan
fungsi paru
- Ulkus gaster
Golongan Mekanisme Indikasi Kontraindikasi Efek samping Bentuk sediaan Penggunaan
kerja
Agen mukolitik Merusak Batuk produktif Pasien - Sakit kepala -tablet/sirup - Sirup (5-10
struktur kimia hipersensitivitas - Vertigo ml)
mukus sehingga kandungan - Berkeringat - Tablet (8-16
menurunkan bromhexin - Reaksi alergi mg 3x1)
viskositasnya
dan mudah
dikeluarkan
Kasus 3
Seorang anak laki-laki, 14 tahun penderita asma sejak usia 6 tahun. Penderita sangat
menggemari olahraga sepakbola, namun sering berhenti sebelum permainan usai karena
asmanya kambuh. Setiap kali kambuh ia selalu minum obat yang dulu pernah diresepkan dokter
yaitu teofilin tablet yang diminum ½ tablet 2 kali sehari. Kadang-kadang ia memakai obat
semprot Epineprin milik saudaranya, walaupun setelah memakai obat tersebutia sering
mengalami kesulitan konsentrasi karena merasa sangat ‘nervous’ dan dada berdebar-debar. Di
rumh ia sering terbangun dari tidur karena batuk dan dadanya sesak, terutama setelah ia
bermain dengan kucing atau terpapar asap rokok. Suatu malam ia mengalami sesak hebat yang
tidak bisa diatasi dengan epinefrin spray ataupun teofilin tablet. Ibunya segera membawanya ke
UGD, dan ia segera mendapat albuterol secara nebulasi dan injeksi hidrokortison.
1. Jelaskan pembagian asma berdasarkan derajat beratnya,
kasus diatas termasuk kategori yang mana?
Pasien termasuk asma episodik sering
(asma sedang)
2. Jelaskan prinsip terapi pada asma
bronkial sesuai dengan
patofiologinya.
41
42
3. Tepatkah pemberian albuterol secara
nebulasi pada kasus tersebut? Mengapa?
• sudah tepat karena albuterol (salbutamol) merupakan short acting b2 agonist yang merupakan protokol
serangan asma akut dan pemberian secara inhalasi (nebulizer)
4. Jelaskan dalam bentuk tabel penggolongan obat
bronkodilator (mekanisme kerja, indikasi,
kontraindikasi, efek samping, bentuk sediaan dan
penggunaannya dalam klinik), dan jelaskan
bronkodilator apa yang dapat diberikan pada
pasien tersebut?
Mekanisme kerja Indikasi Kontraindikasi Efek samping Bentuk sediaan Penggunaan
1. Stimulasi reseptor α • Agonis β2 kerja • alergi terhadap obat dan •hipertensi yang
1. *terlampir di slide berikutnya
Penggolongan obat bronkodilator
adrenergik yang diperlama (seperti komponennya
menimbulkan
Simpatomim mengakibatkan terjadinya salmeterol dan •aritmia jantung yang
pendarahan
vasokonstriksi, furmoterol) digunakan, berhubungan dengan
etik dekongestan nasal dan bersamaan dengan obat takikardia, angina, aritmia intrakranial (efedrin)
peningkatan tekanan antiinflamasi, untuk
ventrikular yang •angina
memerlukan terapi
darah. kontrol jangka panjang inotopik, takikardia
ventrikular(Salmeter
2. Stimulasi reseptor β1 terhadap gejala yang • blok jantung yang ol )
adrenergik sehingga timbul pada malam hari. berhubungan dengan •Paradoksial
terjadi peningkatan Dan juga untuk intoksikasi digitalis (karena bronkospasmus
kontraktilitas dan irama mencegah isoproterenol), dengan
jantung. bronkospasmus yang kerusakan otak organik, •iritasi bronkial,
3. Stimulasi reseptor β2 yang diinduksi oleh latihan anestesia lokal di daerah gangguan saraf atau
menyebabkan fisik. tertentu (jari tangan, gangguan tidur
jari kaki) karena adanya
bronkodilatasi, • Agonis β2 kerja risiko penumpukan cairan
•kecemasan berulang
peningkatan klirens singkat (seperti di jaringan (udem)
mukosiliari, stabilisasi sel
albuterol, bitolterol, •dilatasi jantung
mast dan menstimulasi •insufisiensi jantung
otot skelet. pirbuterol,
•arteriosklerosis serebral
terbutalin) adalah • penyakit jantung organik
*ES lain terlampir di
terapi pilihan untuk (karena efinefrin) slide berikutnya
menghilangkan •glukoma sudut sempit
gejala akut dan • syok nonafilaktik
• selama anestesia umum
bronkospasmus yang dengan hidrokarbon
diinduksi oleh halogenasi atau
latihan fisik siklopropan
Mekanisme Indikasi Kontraindikasi Efek Samping Bentuk Sediaan Penggunaan
Kerja
•Kardiovaskular : palpitasi,
2. Xantin merelaksasi secara Untuk •Hipersensitivitas
takikardia, hipotensi,
•Aminofilin *Terlampir di
langsung otot polos terhadap semua
bronki dan
menghilangkan kegagalan sirkulasi, (intravena, slide berikutnya
gejala atau xantin aritmia ventrikular
infus, oral)
pembuluh darah • Susunan Saraf Pusat :
•peptik ulser
pulmonal, pencegahan iritabilitas, tidak bisa •Teofilin (tablet
merangsang SSP, • mengalami instirahat, sakit kepala,
asma bronkial gangguan seizure
insomnia, kedutan dan dan kapsul)
menginduksi kejang
diuresis, dan (kecuali menerima • Saluran Pencernaan :
meningkatkan bronkospasma obat-obat mual, muntah, sakit
epigastrik, hematemesis,
sekresi asam reversibel yang antikonvulsan diare, iritasi rektum atau
lambung, yang sesuai) pendarahan (karena
menurunkan tekanan
berkaitan penggunaan supositoria
sfinkter esofageal dengan •Aminofilin : aminofilin). Dosis terapetik
hipersensitif teofilin dapat menginduksi
bawah dan bronkhitis refluks esofageal selama
menghambat terhadap tidur atau berbaring,
kronik dan
kontraksi uterus etilendiamin meningkatkan potensi
emfisema. • Supositoria
terjadinya aspirasi yang
dapat memperparah
aminofilin : iritasi bronkospasmus.
• Ginjal : proteinuria,
atau infeksi dari potensiasi diuresis.
rektum atau kolon • Respiratori: takhipnea,
henti nafas.
bagian bawah
Aminofilin
Pemberian dosis awal dari aminofilin
dapat diberikan melalui intravena
lambat atau diberikan dalam bentuk
infus (biasanya dalam 100-200 mL)
dekstrosa 5% atau injeksi Na Cl 0,9%.
Kecepatan pemberian jangan
melebihi 25 mg/mL.
Setelah itu terapi pemeliharaan
dapat diberikan melalui infus volume
besar untuk mencapai jumlah obat
yang diinginkan pada setiap jam.
Terapi oral dapat langsung diberikan
sebagai pengganti terapi intravena,
segera setelah tercapai kemajuan
kesehatan yang berarti.
Teofilin
3. Antikolinergik Mekanisme Indikasi Kontraidikasi Efek samping Bentuk sediaan penggunaan
kerja
A. Ipratropium •inhalasi oral Digunakan dalam •Sakit punggung
bentuk tunggal atau •sakit dada
Bromida adalah Hipersensitif • bronkhitis
menghambat kombinasi dengan
terhadap •Batuk
bronkodilator lain • penyakit paru obstruksi
refleks vagal (terutama beta ipratropium kronik yang semakin
dengan cara adrenergik) sebagai parah
mengantagonis bromida, •rasa lelah berlebihan
bronkodilator dalam
kerja asetilkolin pengobatan atropin dan • mulut kering
turunannya • dispepsia
• semprot hidung: bronkospasmus yang
•Dipsnea
mempunyai sifat berhubungan dengan •Epistaksis
antisekresi dan penyakit paru-paru •gangguan pada saluran
obstruktif kronik, pencernaa
penggunaan lokal termasuk bronkhitis •sakit kepala
dapat kronik dan emfisema. •gejala seperti influenza
menghambat •Mual
•Cemas
sekresi kelenjar •Faringitis
serosa dan •Rinitis
seromukus •Sinusitis
•infeksi saluran
mukosa hidung pernapasan atas
•infeksi saluran urin
Mekanisme Indikasi Kontraindikasi Efek samping Bentuk sediaan Penggunaan
kerja
Oral Dewasa :
2 ampul, 4 kali sehari, 30 menit sebelum makan dan
saat menjelang tidur.
Anak – anak 2 – 12 tahun:
satu ampul, 4 kali sehari, 30 menit sebelum makan
dan saat menjelang tidur.
Penggunaan klinis glukokortikoid
8. Jelaskan farmako terapi asma . Bedakan masing2 golongan
Bronkodilator
Antiinflamasi
Leukotrien inhibitor
bronkodilator
adrenergik Derivat xanthine anticholinergik
Tujuan bronkodilatasi, peningkatan merelaksasi secara langsung menghambat refleks vagal
klirens mukosiliari, stabilisasi sel otot polos bronki dan dengan cara mengantagonis
mast dan menstimulasi otot pembuluh darah pulmonal, kerja asetilkolin (IB)
skelet menghambat reseptor M3 pada
otot polos sehingga terjadi
bronkodilasi. (TB)
indikasi Agonis β2 kerja diperlama Untuk menghilangkan gejala tunggal atau kombinasi dengan
(seperti salmeterol dan atau pencegahan asma bronkial bronkodilator lain (terutama
furmoterol) digunakan, dan bronkospasma reversibel beta adrenergik) sebagai
bersamaan dengan obat yang berkaitan dengan bronkodilator dalam
antiinflamasi, bronkhitis kronik dan pengobatan bronkospasmus
mencegah bronkospasmus emfisema. yang berhubungan dengan
yang diinduksi oleh latihan fisik penyakit paru-paru obstruktif
kronik, termasuk bronkhitis
kronik dan emfisema.
Penggunaan klinis adrenergik
Penggunaan klinis derivat xanthine (aminophiline,diphiline,teophiline,okstrifin)
Nb: dosis maksimum teofilin berdasarkan usia bagi penderita yang sudah memakai terapi teofilin
anticholinergik
Antiinflamasi
Kromolin sodium Nedrokromil sodium glukokortikoid
Mekanisme menghambat pelepasan menghambat aktivasi secara in vitro dan menurunkan jumlah dan aktivitas
mediator, histamin dan SRS-A ( pembebasan mediator dari berbagai tipe sel dari sel yang terinflamasi dan
kerja Slow Reacting Substance berhubungan dengan meningkatkan efek obat beta
Anaphylaxis asma termasuk eosinofil, neutrofil, makrofag, adrenergik dengan memproduksi
, leukotrien) dari sel mast sel mast, monosit dan platelet AMP siklik, inhibisi mekanisme
bronkokonstriktor,
atau merelaksasi otot polos secara
langsung.
indikasi sebagai pengobatan Terapi pemeliharaan untuk pasien dewasa dan bronkospasme (biasanya
profilaksis pada asma bronkial anak usia 6 tahun atau lebih pada asma ringan bronkospasma parah yang
Pencegahan bronkospasma sampai sedang berhubungan dengan penurunan
fungsi paru-paru/FEV1), batuk,
edema laringeal (jarang), iritasi
faringeal dan napas berbunyi
kontraindikasi Hipersensitif terhadap kromolin atau Hipersensitif terhadap nedokromil atau Bronkospasma akut yang membaik,
komponen sediaan komponen sediaan terapi utama pada status
asmatikus
Efek samping bronkospasme batuk, batuk, faringitis, rinitis, infeksi saluran iritasi tenggorokan, suara serak,
edema laringeal (jarang), iritasi pernapasan atas, batuk, mulut kering, ruam,
faringeal dan napas berbunyi bronkospasma, mual, sakit kepala, nyeri pada pernafasan berbunyi, edema wajah
dada dan dan sindrom flu
pengecapan tidak enak
Bentuk sediaan Larutan nebulizer,aerosol,oral inhaler Tablet,suspensi,aerosol kering
Oral Dewasa :
2 ampul, 4 kali sehari, 30 menit sebelum makan dan
saat menjelang tidur.
Anak – anak 2 – 12 tahun:
satu ampul, 4 kali sehari, 30 menit sebelum makan
dan saat menjelang tidur.
Penggunaan klinis glukokortikoid
Leukotrien inhibitor
Zafirlukast Montelukast sodium Zilueton
Mekanisme kerja antagonis reseptor leukotrien antagonis reseptor leukotrien Inhibitor spesifik 5-
D4 dan E4 yang selektif dan selektif dan aktif pada lipoksigenase dan selanjutnya
kompetitif, komponen penggunaan oral, yang menghambat pembentukan
anafilaksis reaksi lambat (SRSA menghambat reseptor (LTB1, LTC1, LTD1, Lte1).
- slow-reacting substances of leukotrien sisteinil (CysLT1)
anaphylaxis).
Indikasi Profilaksis dan perawatan asma Profilaksis dan terapi asma Profilaksis dan terapi asma
kronik pada dewasa dan anak kronik pada dewasa dan anak- kronik pada dewasa dan anak >
di atas 5 tahun. anak > 12 bulan. 12 tahun
Penggunaan klinis Dewasa dan anak > 12 tahun : Tablet, dewasa dan remaja Dosis dan Cara Penggunaan
20 mg, dua kali sehari Anak 5 – >15thn 10mg setiap hari, tiap Dosis zilueton untuk terapi
11 tahun : 10 mg, dua kali malam asma adalah 600 mg, 4 kali
sehari. Tablet kunyah anak 6-14 thn 5 sehari. Untuk memudahkan
mg tiap hari, pada malam hari pemakaian, zilueton dapat
Granul, anak 12-23thn, 1 paket digunakan bersama makanan
4mg granul tiap hari, pada dan pada malam hari.
malam
9.Untuk kasus diatas perlukah mendapat
terap reliever dan kontroler? Apa saja pilihan
terapi yang paling tepat?
Perlu karena anak tersebut sudah termasuk golongan asma kronik yang persisten
Pilihan kontroler dan reliever :
KONTROLER :
1. Kortikosteroid inhalasi (beklometason,budesonit,flunisonid,flutikason,triamsinolon asetonid)
Medikasi jangka panjang yang paling efektif untuk mengontrol asma.
Penggunaan steroid inhalasi menghasilkan perbaikan faal paru, menurunkan hiperesponsif jalan
napas, mengurangi gejala, mengurangi frekuensi dan berat serangan dan memperbaiki kualiti
hidup
Steroid inhalasi adalah pilihan bagi pengobatan asma persisten (ringan sampai berat)
Penelitian menunjukkan budesonid dan flutikason propionate mempunyai efek sistemik yang
rendah dibandingkan beklometason dipropionat dan triamsinolon
2. Agonis beta-2 kerja lama inhalasi /Long acting beta agonist (salmeterol dan formoterol )
Perannya dalam terapi sebagai pengontrol bersama dengan glukokortikosteroid inhalasi dibuktikan
Sebaiknya diberikan ketika dosis standar glukokortikosteroid inhalasi gagal mengontrol dan, sebelum
meningkatkan dosis glukokortikosteroid inhalasi tersebut.
Sebaiknya selalu dikombinasikan dengan glukokortikosteroid inhalasi
Penambahan agonis beta-2 kerja lama inhalasi pada pengobatan harian dengan glukokortikosteroid
inhalasi, memperbaiki gejala, menurunkan asma malam, memperbaiki faal paru, menurunkan kebutuhan
agonis beta-2 kerja singkat (pelega) dan menurunkan frekuensi serangan asma
3. Leukotriene modifiers (montelukas, pranlukas, zafirlukas)
Memberikan efek bronkodilator minimal dan menurunkan bronkokonstriksi akibat alergen, sulfurdioksida
dan exercise. Selain bersifat bronkodilator, juga mempunyai efek antiinflamasi.
RELIEVER
1. Agonis beta-2 kerja singkat (Short-acting beta agonist)
Termasuk golongan SABA salbutamol, terbutalin, fenoterol, dan prokaterol
Mempunyai onset yang cepat.
Formoterol mempunyai onset cepat dan durasi yang lama.
Pemberian inhalasi mempunyai onset yang lebih cepat dan efek samping minimal/ tidak
ada
Mekanisme kerja relaksasi otot polos saluran napas, meningkatkan bersihan mukosilier,
menurunkan permeabiliti pembuluh darah dan modulasi penglepasan mediator dari sel
mast.
Terapi pilihan pada serangan akut dan sangat bermanfaat sebagai praterapi pada exercise-
induced asthma
Direkomendasikan bila diperlukan untuk mengatasi gejala.
2. Antikolinergik (ipratropium bromide dan tiotropium bromide)
Pemberiannya secara inhalasi.
Menimbulkan bronkodilatasi dengan menurunkan tonus kolinergik vagal intrinsik, selain itu
juga menghambat refleks bronkokostriksi yang disebabkan iritan
Efek bronkodilatasi tidak seefektif agonis beta-2 kerja singkat, onsetnya lama dan
dibutuhkan 30-60 menit untuk mencapai efek maksimum.
Tidak berpengaruh terhadap inflamasi.
Disarankan menggunakan kombinasi inhalasi antikolinergik dan agnonis beta-2 kerja
singkat sebagai bronkodilator pada terapi awal serangan asma berat atau pada serangan
asma yang kurang respons dengan agonis beta-2 saja, sehingga dicapai efek bronkodilatasi
maksimal
Tidak bermanfaat diberikan jangka panjang, dianjurkan sebagai alternatif pelega pada
penderita yang menunjukkan efek samping dengan agonis beta-2 kerja singkat inhalasi
seperti takikardia, aritmia dan tremor
10.Buat rancangan terapi untuk status
asmatikus
Kasus 4
Kasus 4A
seorang laki-laki, 63 tahun datang ke dokter dengan
keluhan sering pusing dan sempoyongan saat dari posisi
berbaring/ duduk ke posisi berdiri. Penderita sedang
mendapat terapi antihipertensi sudah 2 minggu ini.
Penderita mempunyai riwayat RR= 20x/ menit, t=36,7 C.
hasil cek up 1 bulan yang lalu GD acak 110mg/dl, kolesterol
total 260 mg/dL, LDL 140mg/dl. Dokter akhirnya mengganti
obat antihipertensinya
1.Sebutkan obat antihipertensi mana saja yang mungkin dapat
menyebabkan hipotensi orthostatik dan jelaskan bagaimana mekanisme
terjadinya efek samping tersebut
◦ Diltiazem HCl
◦ Hidralazin
4. Apa saja yang harus dimonitoring
selama terapi?
Kelas Parameter
Agonis B Adrenergik
◦ Mengikat produksi CAMP dengan mengikat reseptor B Adrenergik
Inhibitor fosfodiesterase
◦ Menghambat fosfodiesterase (enzim yang memecahkan cAMP) cAMP meningkatkan ambilan kalsium
meningkatkan kontraksi jantung
2. Jika pasien mendapatkan digoksin, apa saja
yang harus dimonitor selama terapi dan
mengapa?
Perlu dilakukan monitor terhadap kadar serum digoksin dalam darah, kadar kalium, EKG
Selain itu, waspada henti jantung mendadak
Terapeutik window sempit mudah terjadinya toksik henti jantung mendadak
3. Penderita mendapat terapi awal berupa loop diuretik. Mengapa dokter
memilihkan obat tersebut untuk penderita ?
loop diuretic sering diberikan pertama kali untuk meredakan tanda-tanda atau gejala-
gejala kelebihan volume, seperti dispnea, dan edema perifer
4.Penderita juga mendapat terapi ACE inhibitor. Apa peran ACE inhibitor
dalam memperbaiki hemodinamik jantung pada kasus tersebut?
Antiplatelet mampu mengarungi simtom dan kejadian infark pada angina tidak stabil
7. Apa yang diharapakan dokter dengan
memberikan enoxaparin?
Enoxaparin yang merupakan heparin bobot rendah mampu mencegah terjadinya infark
8. Bolehkah penderita mendapatkan
streptokinase? Kenapa?
Tidak Boleh
Streptokinase yang merupakan agen trombolitik mempunyai kontraindikasi pemakaian terhadap
pasien yang mempunyai riwayat hipertensi
Daftar Pustaka
Pedoman Nasional Pengendalian TBC. 2014. Jakarta: Kemenkes RI.
Katzung, B. G. (2012). Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 10. Jakarta: EGC. Halaman 671, 321-
340.
ISO Indonesia, Volume 46. Penerbit IAI 2012.
JULIA FASHNER, MD; KEVIN ERICSON, MD; and SARAH WERNER, DO. 2012. Treatment of the
Common Cold in Children and Adults. American Academy of Family Physicians.