Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycabacterium
tuberkulosis, sejenis kuman berbentuk batang.
Sebagian besar kuman ini terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan terhadap gangguan kimia dan
fisik.
Epidemiologi
Di Indonesia, kasus baru tuberkulosis hampir separuhnya adalah wanita, dan
menyerang sebagian besar wanita pada usia produktif. Kira-kira 1-3% dari
semua wanita hamil menderita tuberkulosis. Pada kehamilan terdapat
perubahan-perubahan pada sistem humoral, imunologis, peredaran darah,
sistem pernafasan, seperti terdesaknya diafragma ke atas sehingga paru-paru
terdorong ke atas oleh uterus yang gravid menyebabkan volume residu
pernafasan berkurang. Dimana kehamilan pemakaian oksigen akan bertambah
kira-kira 25% dibandingkan diluar kehamilan, apabila penyakitnya berat atau
prosesnya luas dapat menyebabkan hipoksia sehingga hasil konsepsi juga ikut
menderita, dapat terjadi, partus prematur prematur, atau kematian janin.
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
American Thoracic Sosiety memberikan klasifikasi baru yang diambil dari
klasifikasi kesehatan masyarakat.
Kategori 0 : tidak pernah terpapar, dan tidak terinfeksi. Riwayat kontak
negatif, tes tuberkulin negatif.
Kategori I : terpapar tuberkulosis, tapi tidak terbukti ada infeksi. Disini rowayat
kontak positif, tes tuberkulin negatif.
Kategori II : terinfeksi tuberkulosis tapi tidak sakit. Tes tuberkulin posirif,
radiologis dan sputum negatif.
Kategori III : terinfeksi tuberkulin dan sakit.
1
demam inflenza yang hilang timbul ini dipengaruhi oleh daya tahan tubuh,
berat-ringan infeksi dan jumlah kuman yang masuk.
b. Batuk : gejala ini banyak ditemukan, yang disebabkan karena iritasi pada
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar.
Sifat batuk mula-mula kering dan setelah timbul peradangan menjadi
produktif, pada keadaan lanjut dapat perdarah (hemoptoe) karena pecahnya
pembuluh darah.
c. Sesak nafas : pada penyakit yang ringan belum dirasakan sesak. Sesak
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri dada : agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise : penyakit tuberkulosis bersifat radang menahun, gejala malaise yang
sering ditemukan berupa : anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan semakin
kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam,
dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara
tidak teratur.
2
3. Ethambutol 5-25 mg/kg/hari, dan tidak lebih dari 2,5 gr sehari (biasanya
25mg/kg/hr selama 6 minggu kemudian diturunkan 15mg/kg/hr).
EVALUASI PENGOBATAN
1. KLINIS. Biasanya penderita dikontrol setiap minggu selama 2 minggu,
selanjutnya setiap 2 minggu selama sebulan sampai akhir pengobatan. Secara
klinis hendaknya terdapat perbaikan dari keluhan-keluhan penderita seperti :
batuk-batuk berkurang, batuk darah hilang, nafsu makan bertambah.
2. BAKTERIOLOGIS. Biasanya setelah 2-3 minggu pengobatan, sputum BTA mulai
jadi negatif. Pemeriksaan kontrol sputum BTA dilakukan sekali sebulan. Bila
sudah negatif, sputum BTA tetap diperiksa sedikitnya sampai 3 kali berturut-turut
bebas kuman. Sewaktu-waktu mungkin terjadi silent bacterial shedding, dimana
sputum BTA positif dan tanpa keluhan yang relevant pada kasus-kasus yang
memperoleh kesembuhan. Bila ini terjadi, yakni BTA positif pada 3 kali
pemeriksaan biakan (3 bulan), berarti penderita mulai kambuh lagi
tuberkulosisnya. Bila bakteriologis ada perbaikan tetapi klinis dan radiologis,
harus dicurigai adanya penyakit lain disamping tuberkulosis paru. Bila klinis,
bakteriologis dan radiologis tetap tidak ada perbaikan padahal penderita sudah
diobati dengan dosis adekuat serta teratur, perlu dipikirkan adanya gangguan
imunologis pada penderita tersebut.
3
OBAT ANTI TUBERKULOSIS DAN EFEK SAMPING DAN EFEK TEROTOGENIK
OBAT DOSIS DEWASA EFEK SAMPING EFEK TERATOGENIK KETERANGAN
Isoniazid 300 mg/hr, oral Gangguan Tidak teratogenik tapi Melewati plasenta dan dpt
Pencernaan Embriocidal pada Ditemukan pada ASI
Neuropathy Kelinci dan tikus Pada bayi-bayi yang dirawat
hepatitis Dilaporkan piridoxyn menye
babkan seizures
Rifampin 600 mg/hr, oral Gangg. Pencernaan Rodents: spina bifida Melewati plasenta, alergi
Sakit kepala Dan palatum terbelah
hepatitis
Ethambutol 25mg/kg untuk 1 Penglihatan menurun Tikus-menurunkan Tdk teratogenik pada
bln kemudian mendadak Fertilitas, palatum manusia direkomendasikan
10-15mg/kg/hr oral (optic neuritis) Terbelah, exencephaly untuk anak <1 tahun
Kelinci : monophtalmia
Pyrazinamide 20-35mg/kd/hr hepatotoxic Tidak diketahui
oral hyperuricemia
Streptomycin 0,75-1/hr untuk Ototoxicity (vestibular Tidak diketahui Melewati plasenta dan
14-21 hari kmd & choclear), skt Dihubungkan dengan
1g 3 kali/ mg kepala pd tempat Ototoxic pada bayi baru lahir
suntikan,
nephrotoxicity
PENANGANAN OBSTETRI
Pemeriksaan antenatai care yang teratur, termasuk istirahat yang cukup,
makan makanan yang bergizi, mengobati anemia, pemeriksaan kehamilan
yang baik, dukungan keluarga. Penatalaksanaan obstetrik yang optimal
didasarkan pada pertimbangan matemal atau janin. Berikan isolaso yang
memadai selama persalinan, kelahiran dan periode pasca persalinan.
Plasenta harus diukur dan bayi diperiksa untuk mengetahui adanya
tuberkulosis. Walaupun infeksi trans-plasentai jarang, bayi mempunyai resiko
infeksi melalui pemaparan dengan pamatasan dari ibunya yang mempunyai
penyakit aktif. Untuk perlindungan terhadap bayi yang tidak menunjukkan
gejala dan tanda penyakit aktif, berikan baik isoniazid maupun vaksinasi BCG.
Bila proses tenang, persalinan akan berjalan seperti biasa dan tidak perlu
tindakan apa-apa
Bila proses aktif, kala 1 dan II diusahakan seringan mungkin. Pada kala I, ibu
hamil diberi obat-obat penenang dan analgetika dosis rendah. Kala II
diperpendek dengan ekstraksi vakum/forceps
Bila ada indikasi obstetrik untuk seksio sesarea, hal ini dilakukan bekerja
sama dengan ahli anastesi untuk memperoleh anastesi mana yang terbaik
4
Bila ada anemia sebaiknya diberikan tranfusi darah, agar daya tahan ibu kuat
terhadap infeksi sekunder
Ibu dianjurkan segera memakai kontrasepsi atau bila jumlah anak sudah
cukup, segera dilakukan tubektomi