Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU IRJ

INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN


RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

MAKALAH TUBERKULOSIS

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO


SURABAYA
2018
TUBERKULOSIS
A. DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Kemenkes RI, 2014).

B. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis yaitu bakteri spesies Mycobacterium. Terdapat beberapa
spesies Mycobacterium antara lain : M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, yang juga
dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis termasuk
basil gram positif, berbentuk batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-
glikolipida serta lilin (wax) yang sulit ditembus zat kimia. Basil tuberculosis dapat
hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan
mati dalam suhu 600 C dalam 15-20 menit.

C. PATOFISIOLOGI
Infeksi diawali karena seseorang menghirup Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat
bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai
ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran
darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru
(lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan
melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis
(menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan)
basil dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu
setelah terpapar bakteri (Knechel, 2009).
Secara klinis, TB dapat terjadi melalui infeksi primer dan paska primer. Infeksi
primer terjadi saat seseorang terkena kuman TB untuk pertama kalinya. Setelah terjadi
infeksi melalui saluran pernafasan, di dalam alveoli (gelembung paru) terjadi
peradangan. Hal ini disebabkan oleh kuman TB yang berkembang biak dengan cara
pembelahan diri di paru. Waktu terjadinya infeksi hingga pembentukan komplek primer
adalah sekitar 4-6 minggu. Kelanjutan infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman
yang masuk dan respon daya tahan tubuh dapat menghentikan perkembangan kuman
TB dengan cara menyelubungi kuman dengan jaringan pengikat. Ada beberapa kuman
yang menetap sebagai “persisten” atau “dormant”, sehingga daya tahan tubuh tidak
dapat menghentikan perkembangbiakan kuman, akibatnya yang bersangkutan akan
menjadi penderita TB dalam beberapa bulan. Pada infeksi primer ini biasanya menjadi
abses (terselubung) dan berlangsung tanpa gejala, hanya batuk dan nafas berbunyi.
Tetapi pada orang-orang dengan sistem imun lemah dapat timbul radang paru hebat,
ciri-cirinya batuk kronik dan bersifat sangat menular.

D. TANDA DAN GEJALA KLINIS


Berikut merupakan tanda dan gejala klinis yang muncul pada tuberkulosis
(Zumla, 2013) :
1. Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu
2. Demam
3. Berat badan turun tanpa sebab
4. Berkeringat malam hari walaupun tanpa kegiatan
5. Malaise
6. Nafsu makan berkurang
7. Dahak bebercak darah, atau
8. Sakit dan bengkak di bagian yang terkena, bagi TB yang di luar paru-paru
9. Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya
pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak
nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat
gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak
napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan

E. TUJUAN TERAPI
Terapi atau Pengobatan penderita TB dimaksudkan untuk :
1. Menyembuhkan penderita
2. Mencegah kematian
3. Mencegah kekambuhan
4. Menurunkan tingkat penularan.
F. PRINSIP TERAPI
1. Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan
dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis
tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Hal ini untuk mencegah timbulnya
kekebalan terhadap OAT.
2. Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan
dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment)
oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

G. REGIMEN PENGOBATAN
Obat yang umum dipakai adalah Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid,
dan Streptomisin. Kelompok obat ini disebut sebagai obat primer. Regimen pengobatan
TB mempunyai kode standar yang menunjukkan tahap dan lama pengobatan, jenis
OAT, cara pemberian (harian atau selang) dan kombinasi OAT dengan dosis tetap
(Binfar, 2005).
Kode huruf yaitu akronim dari nama obat yang dipakai :
H = Isoniazid
R = Rifampisin
Z = Pirazinamid
E = Etambutol
S = Streptomisin
Sedangkan angka yang ada dalam kode menunjukkan waktu atau frekuensi.
Angka 2 di depan seperti pada “2HRZE”, artinya digunakan selama 2 bulan, tiap hari
satu kombinasi tersebut, sedangkan untuk angka di belakang huruf, seperti pada
“4H3R3” artinya dipakai 3 kali seminggu selama 4 bulan (Binfar, 2005).
1. Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama 2 bulan. Kemudian
diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR diberikan tiga kali dalam
seminggu selama 4 bulan. Obat ini diberikan untuk
a. Penderita baru TB Paru BTA Positif
b. Penderita baru TB Paru BTA negatif, rontgen positif
c. Penderita TB Ekstra Paru berat

2. Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan
HRZES setiap hari. Dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE setiap hari. Setelah itu
diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali
dalam seminggu.
Obat ini diberikan untuk penderita TB paru BTA(+) yang sebelumnya pernah
diobati, yaitu:
a. Penderita kambuh (relaps)
b. Penderita gagal (failure)
c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default).
3. Kategori 3 (2HRZ/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ),
diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali
seminggu.
Obat ini diberikan untuk:
a. Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan
b. Penderita TB ekstra paru ringan.
Tabel 1. Obat Anti Tuberkulosis
No Nama obat Mekanisme kerja Dosis Kontraindikasi ESO
1 Isoniazid Bersifat bakterisid, 300 mg satu kali sehari, riwayat hipersensistifitas neuritis perifer, kesemutan,
menghambatya sintesa atau 15 mg per kg berat atau reaksi adversus, gangguan penglihatan,
mycolic acid, yang badan sampai dengan 900 artritis, cedera hati, neuritis optik
diperlukan bakteri untuk mg kerusakan hati akut
membangun dinding sel
2 Rifampisin Menghambat suatu 600 mg satu kali sehari Urin, keringat, air mata
enzim bakteri Ribose (intensif) atau 600 mg 2 – berwarna merah
Nukleotida Acid (RNA)- 3 kali seminggu (lanjutan) Nyeri tulang
polimerase sehingga
sintesis RNA terganggu.
3 Pirazinamid Bersifat bakterisid, dapat 15 – 30 mg per kg berat gangguan fungsi hati Nyeri sendi
membunuh kuman yang badan, satu kali sehari. parah, porfiria,
berada dalam sel dengan Atau 50 – 70 mg per kg hipersensitivitas
suasana asam berat badan 2 – 3 kali
seminggu
4 Etambutol menghambat sintesa 15 -25 mg mg per kg berat Hipersensitivitas terhadap Gangguan penglihatan
RNA pada kuman yang badan, satu kali sehari. etambutol seperti neuritis dengan penurunan visual,
sedang membelah, juga Untuk pengobatan awal optik. buta warna dan
menghambat diberikan 15 mg / kg berat penyempitan lapangan
terbentuknya mycolic badan, dan pengobatan pandang.
acid pada dinding sel. lanjutan 25 mg per kg
berat badan
5 Streptomisin menghambat sintesa 15 mg per kg berat badan hipersensitifitas terhadap Kerusakan syaraf terkait
protein bakteri dengan maksimum 1 gram setiap streptomisin sulfat atau keseimbangan dan
jalan pengikatan pada hari, atau 25 – 30 mg per aminoglikosida lainnya pendengaran
RNA ribosomal kg berat badan, maksimum
1,5 gram 2 – 3 kali
seminggu
Paduan obat TB MDR di Indonesia
Km – Eto – Lfx – Cs – Z-(E)
Atau
Eto – Lfx – Cs- Z-(E)
Pengobatan TBC - MDR memerlukan waktu lebih lama daripada pengobatan
TB bukan MDR, yaitu sekitar 18-24 bulan. Pada tahap awal pasien akan mendapat obat
anti tuberkulosis lini kedua minimal 4 jenis OAT yang masih sensitif, dimana salah
satunya adalah obat injeksi (Menkes RI, 2013).

Tabel 2. Obat MDR-TB (Zumla, 2013)


Golongan Jenis Obat
Golongan 1 Obat lini pertama Isoniazid (H)
Rifampisin (R)
Pirazinamid (Z)
Pirazinamid (Z)
Streptomisin (S)
Golongan 2 Obat suntik lini kedua Kanamisin (Km)
Amikasin (Am)
Kapreomisin(Cm)
Golongan 3 Golongan Levofloksasin (Lfx)
Flourokuinolon Moksifloksasin(Mfx)
Ofloksasin (Ofx)
Golongan 4 Obat Bakteriostatik lini Etionamid (Eto)
kedua Protionamid (Pto)
Sikloserin (Cs)
Terizidon (Trd)
Para amino salisilat (PAS)
Golongan 5 Clofazimin
Linezolid
Amoksiklav
Imipenem/Cilastin
Klaritromisin
Daftar Pustaka :
Binfar, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberkulosis, Dirjen Binfar
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Kemenkes RI, 2014, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Knechel, Nancy., 2009, Tuberculosis : Pathophysiology, Clinical Features, and
Diagnosis, Critical Care Nurse, 29(2): 34-43.
Menkes RI, 2013, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2013 tentang Pedoman Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis
Resisten Obat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Zumla, Alimuddin., Raviglione, M., Hafner, R., 2013, Tuberculosis, N Engl J Med,
368(8): 745-755

Anda mungkin juga menyukai