Anda di halaman 1dari 40

ANTITUBERKULOSIS

Nova Suliska, S.Farm., M.Si., Apt.


Antibiotik
Antibiotik :
Zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme
yg menghambat pertumbuhan atau
membunuh mikroorganisme lain
Pengertian secara luas
Senyawa alami/sintetis yang dapat
memusnahkan /membunuh/ menghambat
mikroba lain
Antibiotik
– Pertahanan alami tubuh, prosedur
pembedahan (membuang jaringan yang
terinfeksi dan penggantian pembalut luka),
penggunaan antibakteri  infeksi sembuh
– Antibakteri :
• alami (penicillin) 1928
• sintetik (sulfonamid)
Mekanisme Kerja
• Bakteriostatik
 menghambat
pertumbuhan bakteri
(tetracyclin, sulfonamida)
• Bakterisida
 membunuh bakteri
(penicillin, sefalosforin)

Tergantung dari dosis dan kadar dlm serum


 obat2 tertentu dpt bersifat bakteriostatik atau
bakterisid
Spektum Kerja Antibiotika
Spektrum luas:
• sefalosforin dan tetrasiklin efektif terhadap
bakteri gram + (pos) dan Gram – (neg)
Spektrum sempit
• melawan satu jenis organisme
• penisilin, eritromisin  pada bakteri Gram +
(pos)
Mekanisme kerja Antibiotik
1. Penghambatan sintesis
dinding sel bakteri.
a) pemecahan enzim
dinding sel
b) penghambatan enzim
dlm sintesa dinding sel
c) sel mjd lisis

efek: bakterisidal

Contoh obat : penisilin, sefalosforin, basitrasin, vankomisin


Mekanisme kerja Antibiotik….(LANJUTAN)
2. Pengubahan permeabilitas kapiler
- Meningkatkan permeabilitas membran bakteri
- Hilangnya substansi selular menyebabkan sel mjd
lisis.

*efek bakteriostatik
contoh obat :
- amfoterisin,
- nistatin,
- polimiksin,
- kolistin
Mekanisme kerja Antibiotik….(LANJUTAN)
3. Penghambatan sintesis protein

• Mengganggu sintesis protein


bakteri tanpa mempengaruhi sel
normal
• Menghambat tahap sintesa
protein bakteri
* bakteriostatik
contoh obat : aminoglikosida ,
tetrasiklin, eritromisin, linkomisin
Mekanisme kerja Antibiotik….(LANJUTAN)
4. Mengganggu metabolisme seluler
mengganggu tahap2 metabolisme dlm sel bakteri
/mikroba
* efek
bakteriostatik

contoh obat :
sulfonamid,
isoniazid, rifampin
Mekanisme kerja Antibiotik….(LANJUTAN)
Kesimpulan
TBC
• Tuberkulosis  infeksi kuman
Mycobacterium tuberculosis, sistemik, dan
dapat bermanifestasi pada hampir semua
organ tubuh dengan lokasi terbanyak di
paru, biasanya merupakan lokasi infeksi
primer

• Mycobacterium tuberkulosis  bakteri


berbentuk batang, sifat khusus tahan
terhadap asam  Basil Tahan Asam (BTA)
Etiologi
• M. tuberculosis adalah bacillus ramping dengan lapisan
luar lilin
• Panjang 1 sampai 4 mikron (bakteri aerob)
• M. tuberculosis tumbuh perlahan-lahan, dua kali lipat
setiap 20 jam ((jauh lebih lambat daripada bakteri
Gram positive dan Gram negatif, yang membelah
setiap 30 menit)
• Perwarna dilakukan dengan pewarna Ziehl-Neelsen
untuk menentukan Basil Tahan Asam (BTA)
• Mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan
hidup pada tempat yang gelap dan lembab.
• Dalam jaringan tubuh, bakteri dapat dormant
(beberapa tahun).
Tujuan Terapi TBC
• Menyembuhkan pasien
• Mencegah kematian
• Mencegah kekambuhan
• Mencegah penularan
• Mencegah berkembangnya MDR-TB (Multi
Drug Resistance)
Terapi Non-Farmakologi
• Peningkatan nutrisi
• Peningkatan daya tahan tubuh
• Terapi psikologis
• Operasi
Pasien-pasien yang perlu mendapat tindakan operasi:
• Pasien batuk darah berat yang tidak dapat diatasi dengan cara
konservatif.
• Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat
diatasi secara konservatif.
• Pasien MDR TB dengan kelainan paru yang terlokalisir.
• Untuk TB ekstra paru: pasien TB ekstra paru dengan komplikasi,
misalnya pasien TB tulang
Prinsip Pengobatan TBC
• OAT diberikan dengan dikombinasi, tidak
boleh monoterapi
• Penggunaan OAT-KDT lebih menguntungkan
dan dianjurkan
• Untuk kepatuhan, dilakukan pengawasan
langsung DOT (Directly Observed Treatment)
oleh PMO (Pengawas Menelan Obat)
• Pengobatan dilakukan 2 tahap, yaitu tahap
intensif dan lanjutan
Strategi DOT
1. Komitmen pasien
2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin
mutunya
3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi
semua kasus TB, dengan tatalaksana kasus yang
tepat, dan pengawasan langsung pengobatan.
4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu
5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu
memberikan penilaian terhadap hasil
pengobatan pasien dan kinerja program secara
keseluruhan.
PENGOBATAN
Di dalam pengobatan Tb terdapat dua kategori obat yaitu:
1. Obat pilihan pertama (first line drugs)
efikasi tinggi dengan efek samping dan efek toksik yang kecil.
Contoh : isoniazid (INH), rifampisin, etambutol, streptomisin,
dan pirazinamid.
Pengobatan minimal 6 bulan : 2 bulan dengan empat obat
sekaligus (isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol),
kemudian dilanjutkan dengan dua obat (isoniazid dan
rifampisin ) selama 4 bulan berikutnya.
2. Obat pilihan kedua (second line drugs)
Digunakan bila terjadi resistensi mikroba dengan obat pilihan
pertama. Contoh: ofloksasin, siprofloksasin, etionamid,
asam p-aminosalisilat (PAS), sikloserin, amikasin, kanamisin,
dan kapreomisin.
Mekanisme kerja OAT
Rimfampisin , INH , Streptomisin, Rimfampisin , INH , pirazinamid
pirazinamid, etambutol

Basil multiplikasi lambat ( intraseluler )


Basil multiplikasi aktif ( ekstraseluler )

Kerja sterilisasi pengobatan


pengobatan adekuat tidak adekuat
Pengobatan Kerja bakterisidal
tidak adekuat pengobatan adekuat

Eliminasi Kambuh
Eliminasi basil resisten dan presisten ( sensitif obat)
sensitif

Gagal pengobatan
(resistensi obat )
Penyembuhan TB
Isoniazid (INH)
• INH adalah obat antiTb yang paling poten.
• INH selalu digunakan dalam kombinasi dengan
obat lain untuk mencegah terjadinya resistensi.
• Obat ini bekerja dengan menganggu asam
mikolat pada dinding sel mikobakteria.
• INH bersifat bakteriostatik pada basilus yang
sudah dewasa dan bersifat bakterisid pada
bakteri yang sedang membelah.
• Eliminasi INH adalah melalui hati dengan cara
asetilasi.
Rifampisin
• Rifampisin menginhibisi sintesis RNA dengan
berikatan dengan subunit beta pada RNA
polimerase bergantung-DNA bakteri.
• Rifampisin dieliminasi melalui empedu dan
urin.
• Rifampisin mempercepat aktivitas enzim
sitokrom P450 hati sehingga menurunkan
waktu paruh dari kebanyakan obat.
Pirazinamid

• Pirazinamid bersifat bakterisid terhadap


basilus yang sedang membelah.
• Mekanisme kerja yang pasti tidak diketahui.
• Efek Samping: hiperurisemia
Streptomisin
Mekanisme Kerja dengan
mengikat protein ribosom
subunit 30S yang spesifik
yaitu S12
1. Mengganggu proses awal
pembentukan peptida
(pada tahap inisiasi)
2. Menyebabkan salah
pembacaan pada mRNA
3. Menyebabkan pemecahan
polisom menjadi monosom
non-fungsional
Etambutol
• Etambutol dapat berpenetrasi ke dalam sawar
darah otak sehingga dapat digunakan pada
pengobatan Tb meningitis.
• Etambutol dapat menyebabkan neuritis optik,
sehingga menyebabkan gangguan pada
penglihatan pada warna merah dan hijau.
Ethambutol
Pengobatan TB
Panduan OAT di Indonesia (Program Nasional Penanggulangan TB)

KATEGORI I: 2HRZE / 4H3R3


- Selama 2 bulan minum INH, Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol tiap
hari (tahap intensif). Dilanjutkan dengan minum INH, Rifampisin,
diberikan 3 kali seminggu selama 4 bulan (tahap lanjutan).
- Tersedia dalam KDT (Kombinasi Dosis Tetap ) atau Kombipak

Diberikan untuk:
- Pasien TB baru BTA (+)
- Pasien TB paru BTA (-) foto toraks (+)
- Pasien TB ekstra paru
Dosis untuk paduan OAT KDT – kategori 1

Berat badan Tahap intensif tiap Tahap lanjutan 3 x


hari selama 56 hari seminggu selama
RHZE 16 minggu RH
(150/75/400/275) (150 / 150)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT

38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT

55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

>71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2KDT


Pengobatan TB
KATEGORI 2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Selama 2 bulan diberikan INH, Rifampisin, Pirazinamid,
Etambutol, dan Streptomisin tiap hari (tahap intensif).
Dilanjutkan dengan kombinasi INH, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Etambutol selama 1 bulan. Dan INH,
Rifampisin, dan Etambutol diberikan 3 kali seminggu
selama 5 bulan (tahap lanjutan).

Diberikan untuk:
- Pasien kambuh
- Pasien gagal
- Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Dosis untuk paduan OAT KDT – kategori 2
Tahap lanjutan 3
Tahap intensif tiap hari RHZE x seminggu RH
Berat badan (150/75/400/275) + S (150 / 150) + E (
275)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30 – 37 kg 2 tab 4KDT + 500 mg 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT + 2 tab


streptomisisn inj Etambutol

38 – 54 kg 3 tab 4KDT + 750 mg 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT + 3 tab


streptomisisn inj Etambutol

55 – 70 kg 4 tab 4KDT + 1000 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT + 4 tab


mg streptomisisn inj Etambutol

>71 kg 5 tab 4KDT + 1000 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT + 5 tab


mg streptomisisn inj Etambutol
Catatan:
• Untuk pasien yang berumur 60 tahun
ke atas dosis maksimal untuk
streptomisin adalah 500mg tanpa
memperhatikan berat badan.
• Untuk perempuan hamil lihat
pengobatan TB dalam keadaan
khusus.
Pengobatan TBC
3. OAT Sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket


untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama
sebulan (28 hari).

4. Kategori Anak (2RHZ/ 4RH)

Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan


diberikan dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap
hari, baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan dosis obat
harus disesuaikan dengan berat badan anak.
Dosis untuk paduan OAT KDT – obat sisipan
Berat badan Tahap intensif selama 28 harii RHZE (150/75/400/275)
30 – 37 kg 2 tab 4KDT
38 – 54 kg 3 tab 4KDT
55 – 70 kg 4 tab 4KDT
>71 kg 5 tab 4KDT

Dosis untuk paduan OAT KDT – anak


Berat badan 2 bulan tiap hari 4 bulan tiap hari
RHZ (75/50/150) RH(75/50)
5 -9 1 tablet 1 tablet
10 – 19 2 tablet 2 tablet
20 - 32 4 tablet 4tablet
Dosis OAT kombipak pada anak
Jenis obat BB<10 kg BB 10 – 20 BB 20 – 32
kg kg
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Rimfampicin 75 mg 150 mg 300 mg

Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg


Keterangan:
• Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg
dirujuk ke rumah sakit
• Anak dengan BB 15 – 19 kg dapat diberikan
3 tablet
• Anak dengan BB > 33 kg, dirujuk ke rumah
sakit
• Obat harus diberikan secara utuh, tidak
boleh dibelah
• OAT KDT dapat diberikan dengan cara
ditelan secara utuh atau digerus sesaat
sebelum diminum
Evaluasi Pengobatan
1. Evaluasi klinik
o Setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan selanjutnya setiap 1 bulan
o Evaluasi : respons pengobatan, lihat ES, pemeriksaan fisik seperti Bobot Badan

2. Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6/9 bulan pengobatan)


o Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik
o Ditambah dengan uji resistensi jika bisa

3. Evaluasi radiologik (0 - 2 – 6/9 bulan pengobatan)


o Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks

4. Evaluasi efek samping secara klinik


 Fungsi hati : SGOT,SGPT, bilirubin
 Fungsi ginjal : ureum, kreatinin, gula darah , serta asam urat
 Darah lengkap
 Asam urat  pirazinamid
 Visus dan uji butawarna  etambutol  hanya bila ada keluhan
 Uji keseimbangan dan audiometri  streptomisin
Efek Samping
• Efek samping ringan
Obat Efek Samping Penanganan
Rifampisin Warna kemerahan Hanya perlu penjelasan
pada urin pada pasien

Pirazinamid Nyeri Sendi Beri anagesik


Meningkatkan kadar Diberikan terapi
asam urat urikostatik, seperti
alopurinol
INH Kesemutan sampai Beri vitamin B6
dengan rasa terbakar (piridoxin) 100 mg /
di kaki hari
Efek Samping
• Efek samping ringan
Obat Efek Samping Penanganan
Streptomisin Autotoksik, gangguan Hentikan penggunaan
keseimbangan streptomisin

Nefritis Hentikan penggunaan


streptomisin

Etambutol Gangguan penglihatan Hentikan etambutol

Semua jenis obat Gatal dan kemerahan Konsultasikan pada


pada kulit dokter
Penanganan Kasus Efek Samping
• Jika penyebab ES itu belum diketahui, maka pemberian OAT harus
dengan obat lepas  menentukan obat penyebab ES.

• Hepatotoksisitas bisa terjadi karena reaksi hipersensitivitas atau


karena kelebihan dosis. Pembedaan  OAT dihentikan dan
diberikan dosis rendah. Jika reaksi timbul  hepatotoksik karena rx
hipersensitifitas

• Obat yang menjadi penyebab ES jangan digunakan lagi. Ganti


dengan obat lain, waktu diperpanjang  ↓ resiko kambuh.

• Jika hipersensitif terhadap INH dan Rifampisin  desensitisasi. Hal


ini khusus pada HIV (-). HIV(+) tidak dapat didesensitisasi karena ↑
resiko terjadinya keracunan berat.

Anda mungkin juga menyukai