Anda di halaman 1dari 7

PENGOBATAN TB

Obat yang digunakan sebagai obat Anti Tuberkulosis diantaranya:

1. Rifampicin
2. Pirazinamid
3. INH (isoniazid)
4. Ethambutol
5. Streptomycin

          Obat-obat tersebut akan diberikan oleh dokter dengan dosis berdasarkan berat badan dan
diberikan sesuai dengan fase pengobatannya, yaitu fase intensif dan fase lanjutan :

1. Fase intensif yaitu 2 bulan pertama pengobatan .


2. Fase lanjutan adalah 4 bulan selanjutnya.

Kepatuhan dalam penggunaan obat antituberkulosis merupakan salah satu kunci


keberhasilan dalam terapi TB. Bila pasien tidak patuh menggunakan OAT maka dapat terjadi
Multi-Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) yaitu penyakit TB yang sudah resisten atau tidak
dapat diobati dengan berbagai obat antituberkulosis sehingga memerlukan pemberian antibiotik
yang lebih kompleks.

         Angka putus obat TB di Indonesia masih cukup tinggi sehingga pemerintah melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menggunakan obat, di antaranya
pemberian program obat gratis bagi penderita TB.

         Di Indonesia terdapat dua macam bentuk OAT yaitu dalam bentuk obat kombinasi dosis
tetap (OAT-KDT) atau disebut juga Fixed-Dose Combination (FDC) dan kombipak (obat lepas).
Obat Antituberkulosis bentuk kombinasi tetap terdiri dari dua macam, yaitu :

1. OAT-KDT berisi 4 macam obat (4KDT ):


Isoniazid, rifampicin, pirazinamid, dan ethambutol. Obat 4KDT ini digunakan pada fase
intensif.

Gambar 1. OAT KDT Fase Intensif


2. OAT-KDT berisi 2 macam obat (2KDT ):
Rifampicin dan isoniazid. Obat 2KDT ini digunakan pada fase lanjutan.

Gambar 2.  OAT KDT Fase Lanjutan

Keuntungan penggunaan OAT KDT antara lain:

1. Jumlah tablet yang ditelan lebih sedikit (sederhana)


2. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan
3. Mencegah penggunaan obat tunggal yang berisiko terjadinya resistensi dan kesalahan
penulisan resep.
4. Mencegah resistensi

Panduan OAT yang digunakan berdasarkan Program Nasional Penanggulangan TB di


Indonesia dibagi dalam kategori berikut ini :

A. Kategori-1
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru TB paru BTA positif, pasien TB paru BTA
negatif dengan foto toraks positif, dan pasien ekstra paru.

Tabel 1. Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis–Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT)


Kategori 1. Berdasarkan Berat Badan Penderita

Tahap Intensif Tahap Lanjutan 


diminum setiap hari diminum 3 kali seminggu
Berat Badan selama 2 bulan selama 4 bulan
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
Keterangan :
- 4KDT: kombinasi dosis tetap yang terdiri dari Rifampicin, Pirazinamid, Isoniazid, dan
Etambutol.
- 2KDT: kombinasi dosis tetap yang terdiri dari Rifampicin dan Isoniazid

B. Kategori-2
Tahap intensif tiap hari Tahap lanjutan 3 kali seminggu
RHZE (150 / 75 / 400 / 275) + S RH (150 / 150) + E(400)
Berat badan
(dalam kg) Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
2 tablet 4KDT + 500 mg 2 tablet 2KDT + 2 tablet
30-37 streptomisin injeksi 2 tablet 4KDT etambutol
3 tablet 4KDT + 750 mg 3 tablet 2KDT + 3 tablet
38-54 streptomisin injeksi 3 tablet 4KDT etambutol
4 tablet 4KDT+ 1000 4 tablet 2KDT + 4 tablet
55-70 mg streptomisin injeksi 4 tablet 4KDT etambutol
5 tablet 4KDT+ 1000 5 tablet 2KDT + 5 tablet
≥ 71 mg streptomisin injeksi 5 tablet 4KDT etambutol
Pemberian obat kategori 2 diberikan kepada pasien dengan BTA positif yang telah
diobati sebelumnya tetapi pasien kambuh, pasien gagal, dan pasien dengan pengobatan setelah
putus berobat. Pada tahap intensif diberikan 4KDT ditambah dengan injeksi Streptomisin setiap
hari selama 2 bulan di mana injeksi dilakukan oleh tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan.

C. Kategori Anak
Prinsip dasar pada pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat dan diberikan selama 6
bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif (2 bulan : Rifampicin,
Isoniazid, dan Pirazinamid) maupun tahap lanjutan (4 bulan : Rifampicin dan Isoniazid). Dosis
obat juga harus disesuaikan dengan berat badan anak.

Tabel 2. OAT-KDT Kategori Anak Berdasarkan Berat Badan Anak


Tahap Intensif Tahap Lanjutan
diminum setiap hari diminum 3 kali seminggu
Berat Badan selama 2 bulan selama 4 bulan
5 – 7 kg 1 tablet 3KDT 1 tablet 2 KDT
8 – 11 kg 2 tablet 3KDT 2 tablet 2KDT
12 – 16 kg 3 tablet 3KDT 3 tablet 2KDT
17 – 22 kg 4 tablet 3KDT 4 tablet 2KDT
23 – 30 kg 5 tablet 3KDT 5 tablet 2KDT

Keterangan :
- Berat badan > 30kg diberikan 6 tablet atau menggunakan OAT KDT dewasa
- 3KDT: kombinasi dosis tetap yang terdiri dari Rifampicin (75mg), Pirazinamid (150mg),
dan Isoniazid  (50mg)
- 2KDT: kombinasi dosis tetap yang terdiri dari Rifampicin (75mg) dan Isoniazid (50mg)

       Penggunaan obat yang lama terkadang memunculkan efek samping pada penderita TB dan
sebaiknya menjadikan perhatian bagi para pengguna OAT.

Secara umum OAT dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan seperti gatal
atau kemerahan pada kulit dan gangguan fungsi hati. Selain itu, efek samping yang sering
muncul akibat penggunaan tuberculosis diantaranya yaitu :

Efek samping Kemungkinan penyebab Penanganan


Minor   Teruskan obat, periksa
Anoreksia, mual, sakit Berikan obat pada malam
perut Rifampisin hari sesudah makanan
Nyeri sendi Pirazinamid Aspirin
Rasa panas di kaki INH Piridoksin 100mg/hari
Urin kemerahan Rifampisin Terangkan kepada pasien

Mayor   Hentikan obat penyebab


Gatal-gatal, kemerahan
di kulit Tiasetazon Hentikan obat
Hentikan streptomisin, ganti
Ketulian Streptomisin dengan etambutol
Pusing, vertigo. Hentikan streptomisin, ganti
nistagmus Streptomisin dengan etambutol
Ikterus (tanpa sebab
lain) Berbagai antiTB Hentikan antiTB
Hentikan obat, segera
Muntah, bingung periksa fungsi hati dan
(kecurigaan gagal hati) Berbagai antiTB waktu protrombin
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan etambutol
Syok, purpura, gagal
ginjal akut Rifampisin Hentikan rifampisin

      

Pada beberapa pasien dapat menoleransi terjadinya efek samping seiring berjalannya
waktu saat penggunaan obat tersebut. Namun pada beberapa pasien yang tidak dapat menoleransi
efek samping dari OAT dapat diberikan obat lain untuk mengatasinya. Oleh karena itu pasien
harus selalu waspada terhadap munculnya efek samping tersebut dan segera berkonsultasi
kepada tenaga kesehatan yang merawat agar diberikan penanganan yang tepat.

Pemeriksaan Sputum Untuk Pemantauan Hasil Pengobatan

Pemeriksaan Regimen 6 Bulan Regimen 8 Bulan

Akhir Fase Intensif Akhir Bulan Kedua Akhir Bulan Kedua

Pada Fase Lanjutan Akhir Bulan Keempat Akhir Bulan Kelima

Akhir Pengobatan Akhir Bulan Keenam Akhir Bulan Kedelapan

Pemantauan Hasil Terapi

Hasil Pengobatan pada pasien BTA Positif harus dipantau dengan pemeriksaan Sputum.
Pemeriksaan dengan cara lain bukan merupakan keharusan. Untuk pasien dengan BTA negatif
dan TB ekstra paru, hasil pengobatan didasarkan pada pemeriksaan klinis. Biasanya diperlukan
dua kali pemeriksaan ulang sputum. Tabel diatas memperlihatkan saat-saat pemriksaan sputum
berdasarkan regimen pengobatan.

Paket Pengobatan TB yang tersedia di Puskesmas, yaitu Paket Kombipak :

- Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid
dan etambutol yang dikemas dalam bentuk blister.
- Satu paket kombipak kategori 1 berisi 114 blister harian yang terdiri dari 60 blister HRZE
untuk fase intensif, dan 54 blister HR untuk fase lanjutan, masing-masing dikemas dalam
dosis kecil dan disatukan dalam 1 dos besar.
- Satu paket kombipak kategori 2 berisi 156 blister harian yang terdiri dari 90 blister HRZE
untuk fase intensif, dan 66 blister HRE untuk fase lanjutan, masing-masing dikemas dalam
dos kecil dan disatukan dalam 1 dos besar. Disamping itu, disediakan 30 vial streptomisin @
1,5 g dan pelengkap pengobatan (60 spuit dan aquabides) untuk fase intensif.
- Satu paket kombipak kategori 3 berisi 114 blister harian yang terdiri dari 60 blister HRZ
untuk fase intensif, dan 54 blister HR untuk fase lanjutan, masing-masing dikemas dalam dos
kecil dan disatukan dalam 1 dos besar.
- Satu paket obat sisipan berisi 30 blister HRZE dikemas dalam 1 dos kecil. 

Cara minum obat TBC yang benar selama pengobatan


Terapi pengobatan TBC terbilang lama karena membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan
tahunan. Oleh karena itu sering kali beberapa penderita lupa atau bahkan tidak mengikuti anjuran
dokter dengan benar. Agar sembuh optimal, Anda perlu megikuti cara minum TBC yang benar.
Berikut beberapa tips yang Anda bisa lakukan selama pengobatan:

 Beritahukan dokter rekam medis dan obat lain yang sedang dikonsumsi.
 Meskipun sudah merasa baikan, jangan secara tiba-tiba menghentikan penggunaan saat
pengobatan masih berlangsung. Penderita perlu mengonsumsi obat TBC yang diberikan
sampai tuntas atau sesuai perintah dokter.
 Jangan menambah atau mengurangi dosis obat yang diberikan.
 Konsumsi obat TBC satu jam sebelum makan atau dua jam setelah makan dengan segelas
air.
 Khusus obat TBC rifampicin, penderita perlu mengonsumsinya dengan perut kosong.
 Hindari mengonsumsi alkohol saat sedang mengikuti pengobatan TBC.
 Jangan lupa meminum obat TBC tiap harinya.
 Sebaiknya minum obat TBC pada waktu yang sama tiap harinya.
 Jangan mengonsumsi kombinasi obat TBC rifampin, pyrazinamide, dan isoniazid dua
minggu sebelum atau saat pengobatan itraconazole.
 Bila Anda diberikan obat pyridoxine untuk mengurangi efek samping dari obat TBC,
konsumsi obat tersebut dengan obat TBC dan jangan sampai lupa meminumnya.
 Jika Anda mengalami mual saat mengonsumsi obat TBC, cobalah untuk
mengonsumsinya dengan makanan ringan, seperti roti panggang, atau makanan lainnya.
 Anda boleh mengonsumsi antasida seusai mengonsumsi obat TBC, tetapi jangan
mengonsumsinya dalam waktu satu jam seusai meminum obat TBC.
 Selalu ikuti anjuran obat TBC yang diberikan oleh dokter dan konsultasikan dengan
dokter jika Anda mengalami keluhan setelah mengonsumsi obat TBC.

Dosis obat TBC yang perlu dikonsumsi


Dosis obat TBC yang perlu diminum tergantung dari tingkat keparahan penyakit TBC yang
dialami dan instruksi dari dokter. Umumnya, pengobatan untuk TBC juga diberikan berdasarkan
usianya dan berat badan. Berikut penggunaan dosis obat TBC yang benar.

 Anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun perlu mendapatkan dosis khusus dari dokter
 Orang dewasa dan anak-anak yang berusia 15 tahun dengan berat badan 44 kg atau
kurang dari itu biasanya akan diberikan empat tablet per hari
 Orang dewasa dan anak-anak yang berusia 15 tahun ke atas dengan berat badan berkisar
45 sampai 54 kg dapat diberikan lima tablet obat TBC per harinya
 Orang dewasa dan anak-anak yang berusia 15 tahun ke atas dengan berat badan 55
kilogram atau lebih bisa diresepkan enam tablet per harinya
Tips agar tidak lupa mengonsumsi obat TBC?
Selain memerlukan kesabaran, pengobatan TBC memerlukan ketekunan. Anda tidak boleh
sekalipun lupa mengonsumsi obat TBC yang diberikan per harinya. Berikut adalah beberapa cara
yang bisa dicoba untuk menghindari lupa meminum obat TBC:

 Menggunakan kotak obat mingguan yang terdiri dari kotak-kotak kecil untuk meletakkan
obat TBC per harinya dalam satu minggu itu.
 Pasang alarm untuk mengingatkan Anda waktu meminum obat TBC.
 Biasakan mengonsumi obat TBC di jam yang sama.
 Letakkan obat TBC di tempat yang terlihat dan dilewati setiap harinya.
 Meminta bantuan anggota keluarga atau teman untuk mengingatkan Anda.
 Selalu menyadari hari dan jam obat TBC dikonsumsi.

- SEKIAN -

Anda mungkin juga menyukai