Anda di halaman 1dari 3

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

 OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
 Untn langsung (DOT directly observed treatment) oleh seorang Pengawas Menelan
Obat (PMO).
 Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan lanjutan.
o Tahap awal (intensif)
 Pada tahap awal (intensif) pasien mandapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
 Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
 Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
o Tahap lanjutan
 Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama.
 Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
Panduan OAT yang digunakan di Indonesia
Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di
Indonesia adalah:
 Kategori 1: 2HRZE/4(HR)3
 Kategori 2: 2HRZES/(HRZE)/5(HR)3E3
Di samping kedua kategori ini, disediakan panduan OAT sisipan: HRZE dan OAT anak:
2HRZ/4HR
Panduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan
dalam bentuk OAT kombipak.
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Panduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu
pasien.
Paket kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid
dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program
untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.
Peresepan Maksimal :
untuk Kombipak II Digunakan pada pengobatan TB tahap awal. Kategori 1: Maks 448 tab
(56 blister) selama 2 bulan pertama, pemberian setiap hari.
Untuk Kombipak III Digunakan pada pengobatan TB tahap lanjutan. Kategori 1: Maks 144
tab selama 4 bulan (48 blister Kombipak III), pemberian 3x seminggu.
Paduan OAT disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian
obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu paket untuk
satu pasien dalam satu masa pengobatan.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
 Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat
dan mengurangi efek samping.
 Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan risiko terjadinya resistensi
obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep.
 Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.
Paduan OAT dan peruntukannya
Kategori-1
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
 TB paru BTA positif
 TB paru BTA negatif foto toraks positif
 TB ekstra paru
Dosis paduan OAT KDT kategori-1: 2(HRZE)/4(HR)3
Berat badan Tahap intensif tiap hari selama 56 Tahap lanjutan 3 kali seminggu selama
hari RHZE (150/75/400/275) 16 minggu RH (150/150)
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT
38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
≥71 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT
 Dosis paduan OAT Kombipak kategori-1: 2HRZE/4H3R3
Jenis obat Dosis per hari/kali menelan Dosis per hari/kali menelan
obat Tahap Intensif 2 bulan, obat Tahap Lanjutan 4 bulan,
56 hari 48 hari
Tablet Isoniasid @ 300mg 1 2
Kaplet Rifampisin @ 450mg 1 1
Tablet Pirazinamid @ 500mg 3 –
Tablet Etambutol @ 250mg 3 –
Kategori-2
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
 Pasien kambuh (relaps)
 Pasien gagal (failure)
 Pasien putus obat (default)

Dosis paduan OAT KDT kategori-2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
berat tahap intensif tiap hari tahap sisipan tiap hari tahap lanjutan 3 kali seminggu
badan RHZE(150/75/400/275)+S RHZE (150/75/400/275) RH (150/150)+E(400) selama
(kg) selama 56 hari selama 28 hari 20 minggu
30-37 2 tab 4 KDT + 500mg 2 tab 4 KDT 2 tab 2 KDT + 2 tab Etambutol
Streptomisin inj.
38-54 3 tab 4 KDT + 750mg 3 tab 4 KDT 3 tab 2 KDT + 3 tab Etambutol
Streptomisin inj.
55-70 4 tab 4 KDT + 1000mg 4 tab 4 KDT 4 tab 2 KDT + 4 tab Etambutol
Streptomisin inj.
≥71 5 tab 4 KDT + 1000mg 5 tab 4 KDT 5 tab 2 KDT + 5 tab Etambutol
Streptomisn inj
 
Dosis paduan OAT Kombipak kategori-2: 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
jenis obat tahap intensif tiap hari tahap sisipan tiap hari tahap lanjutan 3 kali
selama 2 bulan (56 selama 1 bulan (28 seminggu selama 4
hari/kali) hari/kali) bulan (60 hari/kali)
tablet Isoniazid 1 1 2
@300mg
kaplet Rifampisin 1 1 1
@450mg
tablet Pirazinamid 3 3 –
@500mg
tablet Etambutol 3 3 1
@250mg
tablet Etambutol – – 2
@400mg
Streptomisin inj 0,75g – –
Catatan:
 pasien berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah 500mg
tanpa memperhatikan berat badan.
 perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.
 cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml=250mg)
OAT sisipan yang diberikan pada tahap sisipan paduan kategori-2 juga diberikan pada
kategori-1 jika pada akhir pengobatan intensif masih tetap ditemukan BTA positif.
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida seperti Kanamisin
dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama.
Di samping itu dapat juga meningkatkan risiko terjadinya resistensi pada OAT lapis
kedua.

Anda mungkin juga menyukai