Anda di halaman 1dari 9

A.

Definisi TB
Tuberkulosis adalah suatu penyakit kronik menular yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat
tahan asam sehingga sering dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA). Sebagian
besar kuman TB sering ditemukan menginfeksi parenkim paru dan menyebabkan
TB paru, namun bakteri ini juga memiliki kemampuan menginfeksi organ tubuh
lainnya (TB ekstra paru) seperti pleura, kelenjar limfe, tulang, dan organ ekstra
paru lainnya.

B. ETIOLOGI

Terdapat 5 bakteri yang berkaitan erat dengan infeksi TB: Mycobacterium


tuberculosis, Mycobacterium bovis, Mycobacterium africanum, Mycobacterium
microti and Mycobacterium cannettii. M.tuberculosis (M.TB), Kasus yang paling
infeksius adalah penularan dari pasien dengan hasil pemeriksaan sputum positif,
dengan hasil 3+ merupakan kasus paling infeksius. Pasien dengan hasil
pemeriksaan sputum negatif bersifat tidak terlalu infeksius. Kasus TB ekstra paru
hampir selalu tidak infeksius, kecuali bila penderita juga memiliki TB paru. Individu
dengan TB laten tidak bersifat infeksius, karena bakteri yang menginfeksi mereka
tidak bereplikasi dan tidak dapat melalukan transmisi ke organisme lain. Penularan
TB biasanya terjadi di dalam ruangan yang gelap, dengan minim ventilasi di mana
percik renik dapat bertahan di udara dalam waktu yang lebih lama. Cahaya
matahari langsung dapat membunuh tuberkel basili dengan cepat, namun bakteri
ini akan bertahan lebih lama di dalam keadaan yang gelap.
C. Patogenesis TB
Setelah inhalasi, nukleus percik renik terbawa menuju percabangan trakea-
bronkial dan dideposit di dalam bronkiolus respiratorik atau alveolus, di mana
nukleus percik renik tersebut akan dicerna oleh makrofag alveolus yang kemudian
akan memproduksi sebuah respon nonspesifik terhadap basilus. Infeksi
bergantung pada kapasitas virulensi bakteri dan kemampuan bakterisid makrofag
alveolus yang mencernanya. Apabila basilus dapat bertahan melewati mekanisme
pertahanan awal ini, basilus dapat bermultiplikasi di dalam makrofag.
Tuberkel bakteri akan tumbuh perlahan dan membelah setiap 23-32 jam sekali di
dalam makrofag. Mycobacterium tidak memilikiendotoksin ataupun
eksotoksin, sehingga tidak terjadi reaksi imun segera pada host yang terinfeksi.
Bakteri kemudian akan terus tumbuh dalam 2-12 minggu dan jumlahnya akan
mencapai 103-104, yang merupakan jumlah yang cukup untuk menimbulkan
sebuah respon imun seluler yang dapat dideteksi dalam reaksi pada uji tuberkulin
skin test. Bakteri kemudian akan merusak makrofag dan mengeluarkan produk
berupa tuberkel basilus dan kemokin yang kemudian akan menstimulasi respon
imun.
Sebelum imunitas seluler berkembang, tuberkel basili akan menyebar melalui
sistem limfatik menuju nodus limfe hilus, masuk ke dalam aliran darah dan
menyebar ke organ lain

D. Gejala klinis TB paru


Gejala penyakit TB tergantung pada lokasi lesi, sehingga dapat menunjukkan
manifestasi klinis sebagai berikut:
1. Batuk ≥ 2 minggu
2. Batuk berdahak
3. Batuk berdahak dapat bercampur darah
4. Dapat disertai nyeri dada
5. Sesak napas
Dengan gejala lain meliputi :
1. Malaise
2. Penurunan berat badan
3. Menurunnya nafsu makan
4. Menggigil
5. Demam
6. Berkeringat di malam hari

E. Klasifikasi dan tipe pasien TB


Pasien TB yang terkonfirmasi bakteriologis adalah pasien TB yang terbukti
positif bakteriologi pada hasil pemeriksaan (contoh uji bakteriologi adalah sputum,
cairan tubuh dan jaringan) melalui pemeriksaan mikroskopis langsung, TCM TB,
atau biakan.
Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah :
1. Pasien TB paru BTA positif
2. Pasien TB paru hasil biakan M.TB positif
3. Pasien TB paru hasil tes cepat M.TB positif
4. Pasien TB ekstra paru terkonfirmasi secara bakteriologis, baik dengan BTA,
biakan maupun tes cepat dari contoh uji jaringan yang terkena.
5. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis.
REGIMEN PENGOBATAN TBC
Kategori 1 = Pasien Kasus Baru
Kategori 2 = Pasien Kasus Lama (Kambuhan, Pindahan, Lalai, Gagal, Kronis)
Kategori 3 = Profilaksis TB/Suspek TB (BTA-, bercak +)
Singkatan nama obat; H=Isoniazid; R=Rifampicin; Z=Pyrazinamide;
E=Ethambutol; S=Streptomycin
Sputum Smear (Pemeriksaan dahak)
Kasus Baru 2HRZE + 4H3R3 pada bulan kedua,
kelima dan keenam

2HRZE+1HRZE+5H3R3E3
*Streptomisin
dipakai jika
Sputum Smear pada bulan ketiga,
Kambuhan resisten etambutol
kelima dan kedelapan
Tuberculosis *1HRZE : regimen
sisipan menunggu
hasil kultur
resistensi.
*Kanamisin digunakan jika
alergi streptomisin
Grup 1
(Injeksi) 15-20 mg/kg
Streptomycin 15-20 mg/kg
Amikacin 15-20 mg/kg
Resistensi
Capreomycin 15-20 mg/kg
MDR-XDR
Kanamycin
Grup 2 (FluorQ)
Ofloxacin Levofloxacin 750-1000 mg qd
Moxifloxacin 750-1000 mg qd
400 mg qd

Panduan pengobatan TB Resisten obat standar konvensional (20-26 bulan) :


Kanamisin – Levofloksasin – Etionamid – Sikloserin – Pirazinamid – Etambutol – Isoniazid /
Levofloksasin – Etionamid – Sikloserin – Pirazinamid – Etambutol – Isoniazid
Aturan Penggunaan Regimen TB:
Keterangan Waktu Tatal
aksa
na
Lalai Berobat / < 2 minggu Lanjutkan pengobatan sesuai jadwal
Tidak Patuh / > 2 minggu ≥ 4 Bulan : (BTA, Klinik -) Stop Pengobatan
Menghentikan ≥ 4 Bulan : (BTA +) Gunakan regimen kambuhan
Terapi < 4 Bulan : (BTA+) ulangi pengobatan dari awal dengan
regimen yang sama.
(2-4 minggu)< 4 Bulan: (BTA-) pengobatan dilanjutkan
sesuai jadwal

Pendekatan berdasarkan gejala untuk mengobati efek samping dari


OAT

Efek Samping Kemungkinan oPengobatan


Penyebab b
a
t

BERAT

Ruam kulit dengan streptomisin isoniazid Hentikan OAT


atau tanpa gatal
rifampisin pirazinamid
Tuli streptomisin Hentikan streptomisin

Pusing vertigo dan Streptomisin Hentikan streptomisin


nistagmus

Ikterik tanpa streptomisin, Hentikan OAT


penyakit hepar isoniazid, rifampisin,
(hepatitis) pirazinamid
Bingung (curigai Isoniazid, pirazinamid, Hentikan OAT
gagal hati imbas rifampisin Sebagian
obat bila terdapat besar
ikterik) OAT

Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan etambutol


(singkirkan penyebab
lainnya)

Syok, purpura, gagal Rifampisin Hentikan rifampisin


ginjal akut (sangat
jarang terjadi, akibat
gangguan
imunologi)

Oligouria Streptomisin Hentikan streptomisin

Anoreksia, mual, nyeri Pirazinamid,rifampicin, rBerikanobat dengan bantuan


perut isedikit makanan atau
isoniazid
fmenelan OAT sebelum tidur,
adan sarankn untuk menelan
mpil secara lambat dengan
psedikit air. Bila gejala menetap
iatau memburuk, atau muntah
s
i
n
,

Berkepanjangan atau
terdapat tandatanda
perdarahan, pertimbangkan
kemungkinan ETD mayor
dan rujuk ke dokter ahli
segera

Nyeri sendi isoniazid Aspirin atau obat anti


inflamasi,non-steroid, atau
parasetamol
Rasaterbakar,kebas isoniazid Piridoksin 50-75 mg/hari(13)

atau kesemutan di
tangan dan kaki

Rasa mengantuk isoniazid Obat dapat diberikan


sebelum tidur

Air kemih berwarna Rifampisin Pastikan pasien


kemerahan
diberitahukan sebelum
mulai minum obat dan bila
hal ini terjadi adalah normal

Sindrom flu (demam, Pemberian rifampisin Ubah pemberian rifampisin


intermiten menjadi setiap
menggigil, malaise, intermiten
hari
sakit kepala, nyeri
tulang)

KONDISI KHUSUS

Tatalaksana Keterangan
Kondisi Khusus
Wanita Hamil KI: Streptomisin Menyebabkan ototoksik
Permanen
Penggunaan Gunakan kontrasepsi mekanik (kondom, Interaksi Rifampicin
Kontrasepsi spiral) atau Estrogen dosis tinggi terhadap obat
hormonal 
Kegagalan Obat
Kontrasepsi
HIV Terapi TB selama 2-8 minggu, kemudian Rekomendasi Pemberian
dilanjutkan bersama terapi HIV. INH seumur hidup
Hepatitis Akut Terapi Hepatitis hingga perbaikan hepar Jika darurat gunakan
terlebih dahulu. regimen 3SE/6RH
Hepatitis Kronis KI: Pirazinamid Rekomendasi:
2HRES/6RH
atau 2HES/10HE
Ginjal Warning!: penggunaan Etambutol & Rekomendasi:
Streptomisin 2RHZ/6HR
DM Interaksi Rifampicin dengan Sulfonil Urea. Dosis sulfonilurea
Warning!: Penggunaan Ethambutol Ditingkatkan
TB PADA ANAK

Kategori Diagnostik Fase Fase


Intensif Lanjutan
TB Paru BTA Negatif
2 HRZ 4 HR
TB kelenjar
Efusi pleura
TB Paru BTA Positif
2 HRZE 4 HR
TB paru dengan kerusakan luas
TB ekstraparu (selain TB meningitis dan TB tulang/sendi)
TB Tulang/Sendi
2 HRZE 10 HR
TB Miller,TB Meningitis

Beberapa contoh obat yang berinteraksi/ efek samping OBAT TBC dan
pengelolaannya

Contoh Interaksi / efek samping Penanganan


Makanan Makananakan menurunkan konsentrasi INH, Minum INH saat
dan beberapa jenis keju dapat
menyebabkan reaksi.

Antasida Beberapa antasida menurunkan kadar Minum INH 2 jam sebelum


INH dalam plasma atau 6
jam sesudah antasida
Obat KB Rifampisin dapat menyebabkan Harus diterapkan cara KB lain
ketidakaturan menstruasi, ovulasi, dan
kadang kegagalan obat KB oral

Ketokonazol Rifampisin menurunkan konsentrasi Pemisahan dosis ketokonazol


ketokonazol, dan rifampisin 12 jam
INH dan Rifampisin Kelainan kulit yang bervariasi, antara lain Bila terjadi efek samping ini
gatal-gatal
pemberian OAT dapat
diteruskan sesuai dosis.
Rifampisin Tidak ada nafsu makan, mual, sakit perut Obat diminum malam
sebelum tidur

Pirazinamid Nyeri Sendi Beri Aspirin


Sumber : Pendoman Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2005

Study kasus PNEUMONIA DAN TB

Seorang ibu dengan BB 47.6 kg, datang ke IGD dengan keluhan sesak 4 sejak 4 hari, bengkak
pada kaki dan tangan serta mual muntah hebat. Diagnosa dokter TB Paru dengan AKI

Pasien tidak memiliki alergi, dengan riwayat gangguan ginjal dan hipertensi.

Hasil lab :

TD : 170/91 mmHg
HR : 62 x /menit
RR : 20x / menit
Darah rutin : 8 G/DL
HB : 22.4 %
MCV : 83.3%
Ur : 127 mg.dl
dr : 3.9 mg/dl
PCO2 : 23.0 mmHg
HCO3 : 15.9 mmol/L

Pengobatan yang diberikan :


Furosemid
INH
Pyrazinamide
Acetyl sistein

Pertanyaan :
1. Jelaskan patofisiologi dan etiologi TB
2. Jelaskan tata laksana pengobatan TB
3. Apakah pasien membuthkan obat lain ?
4. Apa perbedaan pengobatan TB anak dan Dewasa
5. Jelaskan SOAP untuk pasien diatas
6. Jelaskan konseling yang diberikan

Anda mungkin juga menyukai