Anda di halaman 1dari 18

Epidemiologi dan

Pengobatan
Tuberkulosis
dr. Venny Dwi Jayanti, MM
Seminar Ilmiah Tuberkulosis
28 Mei 2023
Apa itu Tuberculosis?
Tuberculosis dikenal juga dengan flek paru /
TBC merupakan penyakit yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis (basil Koch) adalah
spesies bakteri patogen dalam famili
Mycobacteriaceae yang pertama kali ditemukan
pada tahun 1882 oleh Robert Koch.
M. tuberculosis memiliki lapisan lilin yang tidak
biasa pada permukaan selnya terutama karena
adanya asam mycolic.
Epidemiologi
Peraturan Pemerintah tentang TB

• Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 67 tahun 2021 tentang penanggulangan

tuberkulosis

• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 tentang

penanggulangan Tuberkulosis
Faktor Risiko

Pasien HIV /gangguan Minum obat yang menekan Merokok


kekebalan tubuh daya tahan tubuh

Kontak erat dengan pasien


Konsumsi alkohol Lansia dan balita
TB
Gejala TB
Tujuan Pengobatan Tuberkulosis

Menyembuhkan, mempertahankan Mencegah kekambuhan


Mencegah kematian akibat TB
kualitas hidup dan produktivitas pasien

Mengurangii penularan TB pada orang lain Mencegah resistensi obat


Prinsip Pengobatan Tuberkulosis

Mengandung minimal 4 macam OAT untuk


Dosis yang tepat
mencegah resistensi

Diberikan secara teratur , dan diawasi oleh PMO Jangka waktu pengobatan yang cukup
Tata Laksana

Pengobatan
Kasus Baru
Ulang
Fase
Durasi 2 bulan
Intensif
Sediaan RHZE RHZES
Sisipan Durasi 1 bulan

Sediaan RHZE
Fase
Durasi 4 bulan 5 bulan
Lanjutan
Sediaan RH RHE
R = Rifampisin, H = Inzoniazid, Z = Pirazinamid, E = Ethambutol, S = Streptomisin
Definisi Hasil Pengobatan

Pasien TB paru dengan konfirmasi bakteriologis positif pada awal pengobatan

Sembuh dan BTA sputum negatif atau biakan negatif pada akhir pengobatan dan memiliki hasil
pemeriksaan negatif pada salah satu pemeriksaan sebelumnya.

Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan tidak memiliki
Pengobatan bukti gagal pengobatan tetapi juga tidak memiliki hasil BTA sputum atau biakan
Lengkap negatif pada akhir pengobatan dan satu pemeriksaan sebelumnya, baik karena tidak
dilakukan atau karena hasilnya tidak ada.

Pengobatan Pasien TB dengan hasil pemeriksaan BTA sputum atau biakan positif pada bulan
Gagal kelima atau akhir pengobatan.
Definisi Hasil Pengobatan

Pasien TB yang meninggal dengan alasan apapun sebelum dan selama

Meninggal pengobatan TB

Pasien TB yang tidak memulai pengobatan setelah terdiagnosis TB atau


Putus Obat menghentikan pengobatan selama 2 bulan berturut-turut atau lebih

Pasien yang tidak memiliki hasil pengobatan pada saat akhir pelaporan kohort
Tidak pengobatan, termasuk pasien yang sudah pindah ke fasilitas kesehatan lain dan
dievaluasi tidak diketahui hasil pengobatannya oleh fasilitas yang merujuk pada batas akhir
pelaporan kohort pengobatan.
Resistensi Obat

Pre-extensive drug
Monoresistance Resistance (pre-XDR)

Extensive drug
Polyresistance resistance (XDR)

TB resisten Rifampisin
Multi drug resistance (MDR) (TB RR)
Treatment
Tuberculosis

TB dengan
Treatment tuberculosis pada keadaan
khusus misalnya pada penyandang
diabetes, gangguan fungsi hati, ginjal,
hamil, dan menyusui Keadaan Khusus
TB dengan Diabetes Mellitus

Hati - hati pada penggunaan obat:

Ethambutol Menyebabkan gangguan penglihatan

Jika gula darah terkontrol, prinsip penanganan


sama dengan TB tanpa Diabetes Menyebabkan neuropati perifer --> seperti
Isoniazid komplikasi diabetes
Tambahkan suplemen vitamin B6

Mengurangi efektivitas obat diabetes


Rifampisin (golongan sulfonilurea)
Jika Diabetes tidak terkontrol,
pengobatan dilanjutkan hingga 9 bulan
TB dengan Kelainan Hati

Bila kadar SGPT > 3x lipat, panduan obat yang


dapat diberikan:

2 hepatotoksik

• 9 bulan isoniazid + rifampisin + etambutol (9 RHE)


Jika fungsi hati normal, prinsip penanganan • 2 bulan isoniazid + rifampisin + etambutol + streptomisin
sama dengan kasus TB biasa diikuti 6 bulan isoniazid + rifampisin (2 HRES/6HR)
• 6-9 bulan rifampisin + pirazinamid + etambutol (6-9 RZE)

2 bulan isoniazid, etambutol, streptomisin


1 hepatotoksik diikuti 10 bulan isoniazid+etambutol
(2SHE/10HE)

Tanpa 18-24 bulan streptomisin, etambutol,


Pasien hepatitis akut yang ikterik
hepatoksik fluorokuinolon (18 – 24 SEQ)
--> OAT ditunda sampai sembuh hepatitis
--> rujuk ke dokter spesialis paru/peyakit dalam
TB dengan Gangguan Ginjal

Hati - hati pada penggunaan obat:

Ethambutol & Ekskresi di ginjal sehingga perlu penyesuaian


Pengobatan sama dengan menggunakan Pirazinamid dosis / interval pemberian
2RHZE/4RH

Bersifat nefrotoksik,
Streptomisin sebaiknya tidak diberikan

Penyesuaian dosis pada pasien


penurunan fungsi ginjal / hemodialisis
TB dengan kehamilan/Menyusui/kontrasepsi

Hati - hati pada penggunaan obat:

Streptomisin Menyebabkan gangguan pada mata


Meningkatkan risiko abortus, mortalitas
perinatal, dan BBLR

Pada pengunaan rifampisin sebaiknya


Rifampisin tidak menggunakan KB hormonal
karena efektivitas KB akan terpengaruh

OAT dapat disekresikan melalui ASI, tetapi


kadarnya terlalu rendah sehingga tidak
dapat menjadi terapi untuk bayi
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai