Anda di halaman 1dari 27

TERAPI FARMAKOLOGI

TUBERKULOSIS
Tujuan Pengobatan TB
Prinsip Pengobatan
Tahapan Pengobatan
Pengobatan Untuk TB Laten dan Aktif
Pengobatan TB Untuk Populasi Khusus
Deskripsi Obat-Obat TB

KELOMPOK 6BD

TUJUAN PENGOBATAN TB
a.Menyembuhkan
pasien
dan
memperbaiki
produktivitas serta kualitas hidup
b.Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB
atau dampak buruk selanjutnya
c.Mencegah terjadinya kekambuhan TB
d.Menurunkan penularan TB
e.Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan
obat.

PRINSIP PENGOBATAN

Pengobatan
diberikan
dalam
bentuk
panduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah
terjadinya resistensi

Diberikan dalam dosis yang tepat

Ditelan secara teratur dan diawasi secara


langsung oleh PMO (Pengawas Menelan Obat)
sampai selesai pengobatan.
Pegobatan diberikan dalam jangka waktu
yang cukup terbagi dalam tahap awal serta
tahap
lanjutan
untuk
mencegah
kekambuhan.

TAHAPAN PENGOBATAN
TB

Tahap Awal : Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan


pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk
secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam
tubuh pasien dan meminimaisir pengaruh dari sebagian kecil
kuman yang mungkin sudah resisren sejak sebelum pasien
mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada
pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya
dengan pengobtana secara teratur dan tanpa adanya
penyulit, daya penularan sudah sangat menurun seteah
pengobatan selama 2 minggu.
Tahapan Lanjutan: Pengobatan tahap lanjutan merupakan
tahap yang paling penting untuk membunuh sisa-sisa kuman
yang masih ada dalam tubuh khususnya kuman persisten
sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadonya
kekambuhan.

Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

Sesuai rekomendasi WHO dan ISTC


Kategori 1 : 2 (HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2 (HRZE) S / ((HRZE)/ 5(HR)3E3.
Kategori Anak : 2 (HRZ)/ 4 (HR) atau 2HRZA (S)/4-10HR

Kategori 1 diobati dengan INH, rifampisin, pirazinamid,


dan etambutol selama 2 bulan (fase intensif) setiap hari
dan selanjutnya 4 bulan (fase lanjutan) dengan INH dan
rifampisin 3 kali dalam seminggu (2HRZE/ 4H3R3)
Kategori 2 diobati dengan INH, rifampisin, pirazinamid,
etambutol dan streptomisin selama 2 bulan setiap hari
dan selanjutnya dengan INH, rifampisin dan etambutol
selama
5
bulan
seminggu
3
kali
(2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Jika setelah 2 bulan BTA masih positif, fase intensif ditambah 1
bulan sebagai sisipan (dengan HRZE)

OAT KDT KATEGORI 1


KDT (Kombinasi dosis tetap)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
Paien TB paru terkonfirmasi bakteriologis
Pasien TB paru terdiagnosis klinis
Pasien TB ekstra paru

KDT (Kombinasi dosis tetap)

OAT KDT KATEGORI 2

OAT KDT KATEGORI 1 DAN 2

PENGOBATAN TB LATEN

PENGOBATAN TB AKTIF

CONT... PENGOBATAN TB
AKTIF
isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol selama 2

Standar rejimen pengobatan TB adalah


bulan, diikuti oleh isoniazid dan rifampisin selama 4 bulan, untuk total 6 bulan pengobatan.
Jika rentan terhadap isoniazid, rifampisin, dan pirazinamid ditunjukkan, etambutol dapat dihentikan
setiap saat. Tanpa pirazinamid, diperlukan pengobatan dengan isoniazid dan rifampisin sekitar 9 bulan.
Ketika terapi intermiten digunakan, DOT sangat penting.
Dosis yang terlewatkan selama rejimen TB intermiten menurunkan efikasi dan meningkatkan tingkat
kambuh.
Ketika dahak terdeteksi negatif, risiko menginfeksi orang lain sangat berkurang, tetapi tidak nol. Pasien
dapat keluar dari isolasi pernapasan, tetapi harus berhati-hati untuk tidak batuk pada orang lain dan
harus ditempatkan di ruang berventilasi. Pasien sputum-negatif masih mungkin kultur-positif, sehingga
masih dapat menularkan TB ke orang lain.
Pasien yang lambat untuk merespon secara klinis, pasien dengan kultur-positif setelah 2 bulan
pengobatan, pasien dengan lesi kavitas pada rontgen dada, dan pasien dengan HIV-positif harus diobati
selama 9 bulan dan minimal 6 bulan dari waktu ketika kultur negatif.
Ketika isoniazid dan rifampisin tidak dapat digunakan, jangka waktu pengobatan menjadi 2 tahun atau
lebih tanpa penyesuaian status.

Resistensi obat harus dicurigai pada situasi berikut:

Pasien yang telah menerima terapi TB sebelumnya

Pasien dari daerah dengan prevalensi tinggi resistensi

Pasien yang kehilangan tempat tinggal, dilembagakan, penyalahgunaan obat iv, atau terinfeksi HIV

Pasien yang masih memiliki dahak AFB-positif setelah 1-2 bulan terapi

Pasien yang masih memiliki kultur-positif setelah 2-4 bulan terapi

Pasien yang gagal pengobatan atau kambuh setelah pengobatan

Pasien yang diketahui terkena kasus MDR-TB


Pasien yang terdaftar harus dipertimbangkan terinfeksi TB dengan resistensi obat sampai terbukti
sebaliknya. Terapi empiris dengan empat atau lebih obat mungkin diperlukan. Rejimen ini dapat diubah

MDR Multi Drug Resistant

Pengobatan TB Untuk Populasi


Khusus
Tuberculous Meningitis and
Extrapulmonary Disease
Anak-anak
Wanita Hamil
Infeksi HIV
Gagal ginjal
Gangguan Hati
Obesitas

1..Tuberculous Meningitis and


Extrapulmonary Disease

2. TB Pada Anak-anak
TB pada anak diobati dengan rejimen yang sama
pada orang dewasa
Selama 9 bulan, dosis disesuaikan dengan BB

3. TB Pada Wanita Hamil


Wanita dengan TB harus diedukasi agar sebaiknya tidak hamil
terlebih dahulu karena beresiko untuk janin
Jika sdh hamil, obat yg digunakan yaitu isoniazid, rifampin dan
etambutol selama 9 bulan. Tambahan : Vitamin B
Isoniazid/etambutol lebih aman
Streptomisin : gangguan pendengaran pd bayi baru lahir
Ethionamid : kelahiran prematur dan cacat bawaan
Ciprofloksasin, levofloksasin, moksifloksasin, dan kuinolon lainnya :
kerusakan permanen pada tulang rawan
Pada Ibu Menyusui dan Bayinya :
Pengobatan tdk berbeda dgn pengobatan pd umunya
Semua jenis OAT aman utk ibu menyusui
Pencegahan penularan ke bayi : INH selama 6 bln, dosis sesuai berat
badannya. Vaksinasi BCG setelah INH
Pada Wanita Pengguna Kontrasepsi :
Rifampisin dpt berinteraksi dgn kontrasepsi hormonal (pil KB, suntik KB
dan implan KB) dpt menurunkan efikasi kontrasepsi

4. TB Pada Pasien
HIV/AIDS
Terapi sama dengan penderita TB pd
umumnya
Beberapa
pasien
AIDS
biasanya
malabsorbsi terhadap obat oral, sehingga
efikasi obat harus di monitoring

5. TB Pada Pasien Gagal Ginjal

Isoniazid dan rifampin : tdk


perlu
penyesuaian
dosis,
karena dieliminasi terutama di
hati
Ethionamid dan asam paminosalisilat : tdk perlu
penyesuaian dosis, karena
klirens utama di hati
Metabolit
isoniazid,
pirazinamid dan asam paminosalisilat di klirens di
ginjal jika terjadi akumulasi
bisa beresiko bagi ginjal
monitoring

6. TB Pada Pasien
Gangguan Hati
Obat AntiTB yg di eliminasi dihati antara
lain : isoniazid, rifampisin, pirazinamid,
etionamid dan asam p-aminosalisilat
Streptomisin, levofloxaxin dan etambutol
(liver sparing regimen) dpt digunakan,
selama 18 bulan atau lebih tapi
selanjutnya di ganti dengan rejimen yg
mengandung isoniazid + rifampin

7. TB Pada Pasien
Obesitas
Obat Anti TB hidrofilik (isoniazid, pirazinamid,
aminoglikosida, capreomycin,etambutol, asam paminosalisat dan sikloserin) dapat diberikan dalam
dosis awal sesuai berat badan ideal

Mekanisme Kerja ObatObat TB


Isoniazid : Menghambat sintesis asam mikolat, komponen
terpenting pada dinding sel bakteri
Rifampisin : Menghambat aktivitas RNA polimerase yang
tergantung RNA pada sel-sel yang rentan.
Pirazinamid : Belum diketahui secara pasti
Etambutol : Menghambat sintesis minimal 1 metabolit yang
menyebabkan kerusakan pada metabolisme sel, menghambt
multipikasi dan kematian sel.
Streptomisin : Antibiotik bakteresid yang mempengaruhi sintesis
protein
Etionamida : Menghambat sisntesis peptida pada organisme yang
rentan
Asam aminosalisilat : Menghambat pembentukan asam folat
atau menghambat pembentukan komponen dinding sel, mikobaktin
dengan menurunkan pengambilan besi oleh M. Tuberculosis.
Rifampin memiliki mekanisme kerja yang sama dengan rifampisin

REGIMEN PENGOBATAN ANTI TB

RESISTENSI OBAT ANTI


TB

Anda mungkin juga menyukai