TUGAS PENGAYAAN
Oleh
: - Zaki Akbar
- Suci Viani
- Erni Nuraeni
- Feby Juwita Rachmawati R.
- Natasha Amalda E.
- Desak Gede Arie Yudhantari
- Henry Leo
- Cory Primaturia
Divisi
: Respirologi
Pembimbing : Prof. dr. Cissy B. Kartasasmita, Sp.A(K), MSc, PhD
Hari/Tanggal :
Tahap intensif, selama 2 bulan pertama. Pada tahap intensif, diberikan minimal 3 macam
Pada TB anak dengan gejala klinis yang berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal seperti
TB milier, meningitis TB, TB tulang, dan lainlain dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan
Pada kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB endobronkial,
meningitis TB, dan peritonitis TB, diberikan kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1-2 mg/kg
BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Dosis maksimal prednisone adalah 60mg/hari. Lama pemberian
kortikosteroid adalah 2-4 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam jangka
waktu yang sama. Tujuan pemberian steroid ini untuk mengurangi proses inflamasi dan
mencegah terjadi perlekatan jaringan
Paduan OAT untuk anak yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di
Indonesia adalah:
-
Paduan OAT Kategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa obat Kombinasi Dosis Tetap
(OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 3 jenis obat dalam satu tablet.
Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk
satu pasien.
OAT untuk anak juga harus disediakan dalam bentuk OAT kombipak untuk digunakan dalam
pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.
Catatan : Mengacu kepada upaya Program Nasional Pengendalian TB, setelah pemberian
pengobatan selama 6 bulan, dapat dilaporkan sebagai pasien dengan hasil akhir : Pengobatan
Lengkap.
Paduan OAT Kategori Anak dan peruntukannya secara lebih lengkap sesuai dengan tabel tabel
berikut ini:
Keterangan:
sarana yang lebih lengkap. Sistem skoring hanya digunakan untuk diagnosis, bukan untuk
menilai hasil pengobatan.
Setelah pemberian obat selama 6 bulan, OAT dapat dihentikan dengan melakukan
evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang lain seperti foto toraks. Pemeriksaan
tuberkulin tidak dapat digunakan sebagai pemeriksaan untuk pemantauan pengobatan, karena uji
tuberkulin yang positif masih akan memberikan hasil yang positif. Meskipun gambaran
radiologis tidak menunjukkan perubahan yang berarti, tetapi apabila dijumpai perbaikan klinis
yang nyata, maka pengobatan dapat dihentikan dan pasien dinyatakan selesai.
Pada pasien TB anak yang pada awal pengobatan hasil pemeriksaan dahaknya BTA
positif, pemantauan pengobatan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dahak ulang sesuai
dengan alur pemantauan pengobatan pasien TB BTA pos.
Efek Samping Pengobatan TB Anak
Pasien dengan keluhan neuritis perifer (misalnya: kesemutan) dan asupan piridoksin
(vitamin B6) dari bahan makanan tidak tercukupi, maka dapat diberikan vitamin B6 10 mg tiap
100 mg INH.
Untuk pencegahan neuritis perifer, apabila tersedia piridoksin 10 mg/ hari
direkomendasikan diberikan pada
bayi yang mendapat ASI eksklusif
pasien gizi buruk
anak dengan HIV positif. P
Penanganan efek samping lain dari OAT pada anak mengacu pada buku Pedoman
Nasional Pengendalian TB.
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia.
Petunjuk
Teknis
Manajemen
Anak.2013,27
Xanthochrome
< 40 mg/dL
< 0,5
100 500 mg/dL (moderate to marked
WBC (cells/L)
Cell differential
Culture
Opening pressure
increase)
< 500 cells/L
Predominance of lymphocytes
Positive for acid fast bacteria
Variable
TB
Sumber : Grace Marx, Edward Chan. Tuberculosis Meningitis: Diagnosis and Treatment
Overview. Hindawi Journals. Volume 2011(2011), Article 1D 798764,9 pages.
3. PERJALANAN ALAMIAH TB
Proses infeksi TB tidak segera memberikan gejala. Pada awal terjadinya infeksi TB,
dapat dijumpai demam yang tidak tinggi dan eritema nodusum, namun kelainan kulit ini
berlangsung singkat sehingga jarang terdeteksi. Sakit TB primer dapat terjadi kapan saja pada
tahap ini.Uji tuberkulin biasanya positif dalam 4-8 minggu setelah kontak dengan kuman TB.
Tuberkulosis milier dapat terjadi setiap saat, namun biasanya berlangsung dalam 3-6
bulan pertama setelah terpapar kuman TB. Begitu juga dengan meningitis TB. Tuberkulosis
pleura terjadi pada 3-6 bulan pertama setelah terinfeksi TB. Tuberkulosis sistem skeletal terjadi
pada 1 tahun pertama. Tuberkulosis ginjal biasanya terjadi lebih lama, yaitu 5-25 tahun setelah
infeksi primer. Sebagian besar manifestasi klinis dari TB muncul pada 5 tahun pertama terutama
pada tahun pertama. 90% persen kematian akibat oenyakit TB terjadi pada tahun pertama setelah
terinfeksi oleh kuman TB.
Sumber : Wallgren,A.The Time Table of Tuberculosis.Tubercle,(1938)29,245
Uji Tuberkulin Mantoux Test
Menurut WHO, mantoux tuberculin skin test (TST), atau disebut juga uji
tuberkulin Mantoux test merupakan pemeriksaan untuk menentukan apakah seseorang
terinfeksi kuman TB ataukah tidak. Tenaga kesehatan yang terpercaya dalam membaca hasil uji
tuberkulin Mantoux test adalah seseorang yang telah mengikuti standarisasi dan pelatihan
(CDC, 2011).
Tes tuberkulin berguna dalam menentukan diagnosis penderita (terutama pada anak-anak
yang mempunyai kontak dengan penderita TB yang menular), namun penderita tersebut harus
diperiksa oleh dokter yang berpengalaman. Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan
paling bermanfaat untuk menunjukkan sedang/ pernah terinfeksi kuman TB dan sering digunakan
dalam screening TBC. Efektifitas dalam menemukan infeksi kuman TB dengan uji
tuberkulin adalah lebih dari 90% (Sidhi, 2010).
Terdapat dua jenis tuberkulin yang dipakai, yaitu: Old Tuberculin (OT) dan tuberkulin
Purified Protein Derivative (PPD). Ada dua jenis tuberkulin PPD yang dipakai, yaitu PPD-S
5 TU dan PPD RT-23 2TU. Tuberkulin yang tersedia di Indonesia saat ini adalah PPD RT-23 2TU
buatan Statens Serum Institute Denmark dan PPD dari Biofarma (Sidhi, 2010).
Alat-alat yang dibutuhkan dalam melakukan uji tuberkulin Mantoux Test antara lain
sebagai berikut: (Sidhi, 2010)
Semprit tuberkulin (spuit 1 CC)
Jarum suntik no. 26 atau 27
Tuberkulin
Mantoux test dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml tuberculin purified
protein derivative (PPD) secara intrakutan dibagian lengan bawah. Penyuntikan dilakukan
menggunakan tuberculin syringe dengan posisi bevel jarum menghadap ke atas. Jika lokasi
penyuntikan telah benar, maka akan terbentuk indurasi pada kulit. Dalam pembacaan hasil uji
tuberkulin Mantoux test dilakukan dalam rentang waktu 48-72 jam setelah dilakukan
penyuntikan (CDC, 2011).
Indurasi tersebut terjadi karena vasodilatasi lokal, edema, endapan fibrin, dan
meningkatnya sel radang lain di daerah suntikan. Ukuran dan bentuk reaksi tuberkulin tidak dapat
menentukan tingkat aktifitas dan beratnya proses penyakit. Uji ini dilakukan berdasarkan adanya
hipersensitivitas tubuh akibat adanya infeksi kuman TB terutama pada anak dengan sensitivitas
dan spesifisitas di atas 90% (Sidhi, 2010).
Tabel 2.4. Klasifikasi reaksi positif uji tuberkulin Mantoux test
Ukuran Indurasi Dengan Pertimbangan
5 mm
antagonist
10 mm
15 mm
Anak >4 tahun tanpa faktor resiko apapun
Seseorang yang tanpa diketahui memiliki faktor resiko TB
Sumber: Sidhi, 2010; CDC 2011
Tabel 2.5. Sebab-sebab hasil positif palsu dan negatif palsu uji Tuberkulin
KOMPOSISI
1 mL Tuberkulin PPD 2 TU mengandung:
Tuberkulin PPD RT 23 dari:
8
Polysorbate 80 50 mcg\
yang diperkirakan.
Seseorang dengan tuberkulosis aktif dapat menunjukkan reaksi
kurang dari 6 mm jika sistem kekebalan menga-lami penurunan
yang drastis akibat infeksi tuberkulosis.Seseorang dapat
menunjukkan hasil uji Mantoux positif walaupun tidak / tidak
pernah terinfeksi Tuberculosis. Hal ini dapat disebabkan oleh
vaksi- nasi BCG sebelumnya ataupun infeksi awal mycobacterium
non-tubercu- lous dari lingkungan yang tidak me- nyebabkan
suatu penyakit tertentu.
DOSIS & METODE PENYUNTIKAN
Pengujian pada kulit harus dilakukan menggunakan metode
Mantoux. Saat digunakan untuk tujuan diagnostik medis, sangat
disarankan untuk meng- gunakan 0,1 mL Tuberkulin PPD RT 23 2
TU. Tuberkulin PPD RT 23 1 TU dapat digunakan bila diinginkan
reaksi yang kuat.
Dosis yang digunakan adalah 0,1 mL cairan PPD RT 23.
Penyuntikan harus dilakukan secara intrakutan di tengah
sepertiga lengan, karena reaksi yang lemah di dekat pergelangan
atau siku.
Untuk penyuntikan sebaiknya meng- gunakan jarum suntik 1 mL
dengan kemiringan pendek 25 26 gauge (0,5 x 10 mm). Ambil
0,1 mL cairan tuberkulin dengan dilebihkan sedikit. Keluarkan
kelebihan dan gelembung udara dari alat suntik, hingga ter- sisa
tepat 0,1 mL cairan tuberkulin. Regangkan kulit sedikit, dan