DI SUSUN OLEH:
1. KRISTIAN SEPTIADI
2. PUTRI UTAMI
A. PENGERTIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME
Carpal tunnel syndrome ( sindrom terowongan karpal) merupakan suatu
kumpulan gejala akibat kompresi pada nervus medianus di dalam terowongan karpal
pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah fleksor retinaculum. (Zairin Noor Helmi,
2012)
Carpal tunnel syndrome(CTS) Salah satu penyakit yang paling sering mengenai
nervus medianus adalah neuropati tekanan(entrapment neuropathy). Di pergelangan
tangan nervus medianus berjalan melalui terowongan karpal(carpal tunnel) dan
menginnervasi kulit telapak tangan dan punggung tangan di daerah ibujari, telunjuk,jari
tengah dan setengah sisi radial jari manis (Rambe,2004).
Carpal tunnel syndrome adalah kumpulan gejala akibat penekanan pada nervus
medianus oleh ligamentum karpal transversal, di dalam terowongan karpal pada
pergelangan tangan. (Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia,2011).
B. PENYEBAB
Kawasan sensorik N. Medianus bervariasi terutama pada permukaan polar. Dan
pola itu sesuai dengan variasi antara jari ketiga sampai jari keempat sisi radial telapak
tangan. Pada permukaan dorsum manus, kawasan sensorik N. Medianus bervariasi antara
dua sampai tiga palang distal jari kedua, ketiga dan keempat. Di terowongan karpal N.
Medianus sering terjepit. N. Medianus adalah saraf yang paling sering mengalami cedera
oleh trauma langsung, sering disertai dengan luka di pergelangan tangan. Tekanan dari N.
median sehingga menghasilkan rasa kesemutan yang menyakiti juga. Itulah parestesia
atau hipestesia dari carpal tunnel sydrome(Huldani,2013).
Beberapa penyebab dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian carpal
tunnel syndrome antara lain (6,12):
1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,
misalnya HMSN (hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan
tangan dan tangan .Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap
pergelangan tangan.
3. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang
berulang-ulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik, pekerja kasar yang
sering mengangkat beban berat dan pemain musik terutama pemain piano dan
pemain gitar yang banyak menggunakan tangannya juga merupakan etiologi
dari carpal turner syndrome.
4. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
5. Metabolik: amiloidosis, gout, hipotiroid - Neuropati fokal tekan, khususnya
sindrom carpal tunnel juga terjadi karena penebalan ligamen, dan tendon dari
simpanan zat yang disebut mukopolisakarida.
6. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus,
hipotiroidi, kehamilan.
7. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
8.Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika,
skleroderma, lupus eritematosus sistemik.
9. Degeneratif: osteoartritis.
10.Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis,
hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.
11. Faktor stress
12.Inflamasi : Inflamasi dari membrane mukosa yang mengelilingi tendon
menyebabkan nervus medianus tertekan dan menyebabkan carpal tunnel
syndrome.
D. NURSING MANAGEMENT
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Riwayat Keperawatan
Data Subjektif ( Barbara, 1996 & Sari Mulyati, 1997)
Gejala-gejala yang diungkapkan pasien sehubungan dengan compresi
syaraf median antara lain :
1) Nyeri seperi diungkapkan secara episodik dan kesemutan pada
tangan, dan adanya pernyataan dari pasien biasanya nyeri
berkurang dengan mengguncang tangan atau menggerakan tangan.
2) Hipoestesia pada ibu jari, telunjuk dan jari manis, telunjuk dan jari
manis, khususnya setelah fleksi yang lama atau fleksi yang
dipaksa, misal waktu memegang buku.
3) Perasaan bengkak pada area yang terkena.
4) Sulit memegang benda – benda kecil.
3. NURSING DIAGNOSIS
4. INTERVENSI
a. Meredakan nyeri.
1) Untuk mengontrol pembengkakan yang dapat meningkatkan nyeri
dan ketidaknyamanan pasien, tangan ditinggikan setinggi jantung
dengan bantal. Bila dianjurkan peninggian yang lebih tinggi, dapat
dipasang saling yang digantungkan ke tiang penggantung infus
atau bingkai diatas tempat tidur. Bila pasien dirawat jalan, lengan
di naikkan dengan saling konvensioanal.
2) Pemberian kompres es intermiten ditempat operasi selam 24
sampai 48 jam pertama dapat dianjurkan untuk mengontrol
pembengkakan. Ekstensi dan fleksi aktif jari-jari dapat
memperbaiki peredaran darah dan sebaiknya dianjurkan, namun
demikian gerakan akan terbatas oleh balutan yang tebal.
3) Pengkajian neurovaskuler jari yang terbuka setiap jam selama 24
jam pertama sangat penting untuk memantau fungsi saraf dan
perfusi tangan. Pasien diminta menjelaskan sensasi pada tangan
dan memperagakan mobilitas jari-jari. Fungsi saraf pasien
diperhatikan dengan hati-hati pascaoperasi karena informasi ini
diperlukan untuk menerangkan fungsinya setelah pembedahan.
Kerusakan fungsi neurovaskuler dapat menyebabkan nyeri.
4) Secara umum, ketidaknyamanan dapat dikontrol dengan analgetika
oral. Perawat mengevaluasi respon pasien terhadap analgetika dan
terhadap upaya pengontrolan nyeri lainnya. Pendididkan pasien
mengenai analgetika sangat penting.
b. Memperbaiki Perawatan diri.
1) Selama beberapa hari pertama setelah pembedahan, pasien
mungkin perlu mengatur untuk bantuan dalam hal makan, mandi,
berpakaian, berdandan, dan toileting.
2) Dalam beberapa hari pasien akan mampu mengembangkan
keterampilan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan satu tangan
dan biasanya mampu berfungsi dengan bantuan minimal.
3) Penggunaan tangan yang sakit dalam batas rasa nyaman dianjurkan
untuk dilakukan.
4) Dengan berkembangnya rehabilitasi, pasien akan mampu kembali
menggunakan tangan yang cedera.
5) Dianjurkan melakukan latihan yang didasarkan fisioterapi.
Kepatuhan terhadap program terapi perlu ditekankan.
c. Mencegah infeksi.
1) Pasien diajarkan untuk memantau suhu dan denyut nadi bila
meningkat menunjukan kemungkinan terjadi infeksi.
2) Pasien juga diminta untuk menjaga agar balutan tetap kering dan
bersih. Setiap adanya cairan yang keluar, bau busuk karena balutan
atau peningkatan nyeri dan pembengkakan harus dilaporkan.
3) Luka dilihat untuk mengetahui adanya tanda infeksi.
4) Pendidikan pasien meliputi perawatan luka aseptik disamping
pendidikan yang berkaitan dengan pemberian antibiotika
profilaktik.
E. COLLABORATIVE MANAGEMENT
1. TES DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan laboratorium. Bila etiologi sindrom terowongan karpal belum
jelas, misalnya pada penderita usia muda, tanpa adanya gerakan tangan
yang repetitive, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar gula
darah, kadar hormone tiroid, ataupun darah lengkap.
b. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
1) Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik,
gelombang positif, dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-
otot thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada
pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa normal pada 31% kasus
sindrom terowongan karpal.
2) Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa
normal. Pada yang lainnya KHS akan manurun dan masa laten
distal memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi
saraf di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitive
dari masa laten motoric.
2. MEDIKASI
a. Obat antiinflamasi nonsteroid
b. Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg atau hidrokortison 10-25 mg atau
metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan
karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm kea rah
proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon muskulus
palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2
minggu atau lebih . Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil
terapi belum memuaskan setelah diberikan 3 kali suntikan.
c. Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.
d. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu
penyebab STK adalah defenisi piridoksin sehingga mereka mneganjurkan
pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Akan teapi,
beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak
bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan dalam
dosis besar.
e. Fisiotrapi. Ditunjukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan.
3. TERAPI OPERATIF
Tindakan operasi pada STK disebut neurolis nervus medianus pada
pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami
perbaiakan dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang
berat atau adanya atrofi otot-otot thenar. Pada STK bilateral biasanya operasi
pertama dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus
dilakukan operasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi
mutlakdilakukan bila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar,
sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang
persisten.
Biasanya tindakan operasi STK dilakukan secara terbuka dengan anestesi
local, terapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara endoskopi.
Operasi endoskopi memungkinkan mobilitas penderita secara dini dengan
jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi, tindakan
ini lebih sring menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada safar.
Beberapa penyebab STK seperti adanya massa atau anomaly maupun
tenosinovitis pasca STK terowongan kapral lebih baik dioperasi secara terbuka.
DAFTAR PUSTAKA