Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS)

DAN RHEUMATOID FEVER


FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL 2

Oleh :

1. Ayu Puspita Dewi (5191004)


2. Dewi Yulia (51910)
3. Rizki Adi Saputra (519100)

STIKES NASIONAL SURAKARTA


D-IV FISIOTERAPI
2021
I. Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan suatu kelainan akibat penekanan saraf
medianus pada terowongan karpal di pergelangan tangan dengan gejala utama berupa
kesemutan dan rasa nyeri yang menjalar ke jari serta tangan yang dipersarafi oleh saraf
medianus, disertai rasa kebas, kelemahan otot, kekakuan dan kemungkinan atrofi otot. Carpal
tunnel syndrome (CTS) atau disebut juga entrapment neuropathy adalah keadaan dimana
nervus medianus tertekan di daerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri,
parastesia, dan kelemahan pada pergelangan tangan.
Beberapa penyebabnya telah diketahui seperti trauma, infeksi, gangguan endokrin dan
lain-lain, tetapi sebagian tetap tidak diketahui penyebabnya. Resiko untuk menderita CTS
sekitar 10% pada usia dewasa. CTS secara umum dijumpai pada wanita, dengan usia 42
tahun (40-60 tahun). Perempuan beresiko lebih tinggi dibandingkan laki – laki dengan
tingkat perbandingan sebesar 3:1 pada usia antara 45 – 60 tahun. Hanya sebesar 10% kasus
CTS yang dilaporkan ditemukan pada usia yang lebih muda di usia 30-an tahun. Perempuan
diduga memiliki ukuran canalis carpi yang lebih kecil dibandingkan kaum laki – laki.

II. Etiologi
Sensorik N. Medianus bervariasi terutama pada permukaan volar. Pola tersebut sesuai
dengan variasi antara jari ketiga sampai jari keempat sisi radial telapak tangan. Pada
permukaan dorsum manus, kawasan sensorik N. Medianus bervariasi antara dua sampai tiga
palang distal jari kedua, ketiga dan keempat. Di terowongan karpal N. Medianus sering
terjepit. N. Medianus adalah saraf yang paling ering mengalami cedera oleh trauma langsung,
sering disertai dengan luka di pergelangan tangan. Tekanan dari N. Medianus ini yang
menghasilkan rasa kesemutan.
Beberapa penyebab dan factor-faktor yang berpengaruh pada kejadian Carpal Tunnel
Syndrome :
 Herediter : neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy, misalnya
HMSN (hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
 Trauma : seperti dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan
tangan dan tangan. Sprain pergelangan tangan ataupun trauma langsung terhadap
pergelangan tangan.
 Pekerjaan : seperti gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
yang berulang-ulang. Contoh seorang sekretaris yang sering mengetik, pekerja pasar
yang sering mengangkat beban berat dan pemain musik terutama pemain piano dan
pemain gitar yang banyak menggunakan tangannya.
 Inflamasi : Inflamasi dari membrane mukosa yang mengelilingi tendon menyebabkan
nervus medianus tertekan dan menyebabkan carpal tunnel syndrome.
III. Patofisiologi
Carpal tunnel syndrome sebagian besar dikarenakan kompresi pada carpal tunnel. carpal
tunnel diisi oleh sembilan tendon flexor dan saraf medianus. Sebelum masuk ke carpal
tunnel, cabang yang menginervasi palmar cutaneus membawa serabut sensorik untuk otot
thenar. Setelah dari area carpal tunnel, cabang tersebut menginervasi otot abductor pollicis
longus, m lumbrical I dan II, dan m opponeus pollicis serta m flexor pollicis brevis (Pasnoor
dan Dimachkie, 2011)
IV. Anatomi Elbow Joint
Canalis carpi (carpal tunnel) dibentuk oleh : bagian atas terdapat ligamentum carpi
transversum (bagian dari. flexor retinaculum yang membentang dari Os. Scapoideum dan
trapezoideum ke arah medial menuju Os. Piriformis & hamatum), Lateral (radial) terdapat
Os. naviculare dan tuberculum os trapezium, bagian Medial (ulnar) dibatasi oleh Os.
pisiformis dan os hamatum.
Secara anatomi Canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan tangan.
Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi yang
dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang – tulang carpal. Nervus dan tendon
memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari – jari tangan. Jari tangan dan otot –
otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon – tendonnya berorigo pada epicondilus
medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang – tulang metaphalangeal, interphalangeal
proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi
berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam
pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm.
Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis carpi,
membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan lubrikasi pada
tendon – tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90⁰ dapat mengecilkan
ukuran canalis. Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di
dalam ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan
pada otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang
diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi
oleh bagian distal N. Medianus.
V. Biomekanika Canalis carpi (carpal tunnel)
Gerakan arthrokinematik di wrist joint meliputi gerak traksi dan translasi. gerakan traksi
ossa carpal kearah distal searah dengan axis pada tulang radius, sedangkan gerakan translasi
selalu berlawan arah, translasi palmar flexi kearah dorsal, saat dorsal flexi kearah palmar, dan
translasi kearah radial saat ulnar deviasi dan translasi ke ulnar saat radial deviation.
Wrist joint adalah sendi yang dapat digerakkan secara maksimal pada ulnar deviasi 5
derajat dan palmar flexi 5 derajat. Sedangkan saat dorso flexi sendi akan mengunci
maksimal. Pada wrist joint dimana terdapat pola kapsuler extensi terbatas dibandingkan
dengan flexi.
VI. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik : Melakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan
perhatian khusus pada fungsi motoric, sensorik, dan otonom tangan.
 Phalen's test : Klien diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal.
Apabila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong
diagnosa.

 Torniquet test : Melakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan


tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila
dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnose
 Tinel's sign : Test positif apabila timbul nyeri ketika di lakukan gerakan pada
daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada terowongan
karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
 Flick's sign : Klien diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-
gerakkan jari-jarinya.
 Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi
otot-otot thenar
 Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun
dengan alat dynamometer
 Wrist extension test : Klien diminta melakukan ekstensi tangan secara
maksimal, sebaiknya dilakukan bersamaan pada kedua tangan sehingga dapat
dibandingkan. Test positif apabila dalam 60 detik timbul gejala.
 Pressure test : Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan
menggunakan ibu jari. Test positif apabila dalam waktu kurang dari 120 detik
timbul gejala.
 Luthy's sign (bottle's sign) : Klien diminta melingkarkan ibu jari dan jari
telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat
menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif.
 Pemeriksaan sensibilitas : Bila klien tidak dapat membedakan dua titik
(twopoint discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus
medianus, tes dianggap positif.
 Pemeriksaan fungsi otonom : klien diperhatikan apakah ada perbedaan
keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi
nervus medianus. Bila ada test positif.
2. Pemeriksaan spesifik
 Nyeri pada area sekitar wrist menggunakan VAS (Visual Analogue scale)
 Lingkup Gerak Sendi menggunakan Goniometer

 Menggunakan Manual muscle Testing untuk mengukur ekuatan otot pada


gerakan (fleksor dan ekstensor)
3. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang
positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar.
4. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat
apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto palos leher berguna untuk
menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan MRI
dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi.
5. Pemeriksaan Laboratorium
Apabila etiologi CTS belum jelas, seprti pada penderita usia muda tanpa adanya
gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar
hormon tiroid ataupun darah lengkap.
VII. Penatalaksanaan carpal tunnel syndrome
Penatalaksanaan Fisioterapi
 Metode Ultrasound
Dapat memberikan efek termal pada jaringan sehingga peningkatan
ekstensibilitas jaringan ikat. Peningkatan ekstensibilitas jaringan ini membuat
latihan perenggangan lebih aktif yang memacu peningkatan kekuatan otot,
peningkatan kekuatan otot ini di dukung dengan latihan yang di berikan
kepada pasien setiap kali melakukan terapi. (Signorini et al., 2012).
Prosedur pelaksanaan :
1) Posisi pasien duduk dengan posisi tangan supinasi dengan disanggah
bantal
2) Posisi terapis duduk di depan pasien kemudian menyiapkan alat
3) Arahkan tranduser pada titik sasaran yakni retinakulum
4) Terapi dengan ultrasound dilakukan selama 15 menit. Jika sudah
selesai matikan alat, rapikan kembali
 Intercarpal joint mobilization
Mobilization pada pasien di dapatkan hasil pemeriksaan yaitu adanya
peningkatan LGS (Lingkup gerak sendi) Dalam persendian yang bersifat
kaku, panas di kombinasikan dengan mobilisasi sendi didapatkan
meningkatnya perpanjangan dari kolagen dan meningkatan gerakan fisiologis.
(Signorini et al., 2012).
Prosedur pelaksanaan :
1) Posisi pasien duduk dengan posisi tangan supinasi dengan di sanggah
bantal
2) Posisi terapis duduk berada di depan pasien
3) Penatalaksanaan Terapis terlebih dahulu memberikan pengertian
kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
4) Terapis membeikan gerakan pada sesi pertama dengan manual terapi
dengan durasi 10 menit pada bagian yang paling menebal, jaringan
permukaan tangan palmar dan pergelangan tangan dan lengan bawah
volar dengan memberikan gerakan pijat melintang yang dalam
(cyriax), untuk memperbaiki elastisitas jaringan dengan manuver
detasemen dilakukan dalam arah cranio-caudal
5) Pada sesi kedua dan ketiga dengan durasi 15 menit, dilakukan dengan
tangan ditraksi, pasif mobilisasi sendi radio-carpal dan radio-ulnar, dan
pembukaan permukaan palmar metacarpalal-phalangeal sendi
ditambahkan.
6) Untuk pergelangan tangan dengan fleksi-ekstensi lalu berikan gerakan
transversal
VIII. Underlying Proses
IX. Evaluasi
X. Daftar Pustaka

AMALIA, F. R. (2019). PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN MODALITAS


ULTRASOUND DAN INTERCARPAL JOINT MOBILIZATION PADA CARPAL
TUNNEL SYNDROME (CTS) DEXTRA . SURABAYA: Fisioterapi Fakultas Ilmu
Kesehatan

Jagga, V., Lehri, A., & Verma, S. K. (2011). Occupation and its association with Carpal Tunnel
syndrome-A Review. Journal of Exercise Science and Physiotherapy, 7(2), 68-78.

Kurniawan, B., Jayanti, S., & Setyaningsih, Y. (2008). Faktor risiko kejadian carpal tunnel
syndrome (CTS) pada wanita pemetik melati di desa Karangcengis, Purbalingga. Jurnal
promosi kesehatan Indonesia, 3(1), 31-37.

Goldfarb, C. A. (2016). The clinical practice guideline on carpal tunnel syndrome and workers’
compensation. The Journal of hand surgery, 41(6), 723-725.

Anda mungkin juga menyukai