DOSEN PENGAMPU :
Kelompok : 3
Nama :
Alfian Bagas Pratama (22164859A)
Retno Suci Pratiwi (22164860A)
A. Latar Belakang
Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia.
Menurut WHO, negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal
sebagai pelengkap pengobatan primer yang diterima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80%
dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003).
Dalam rangka memacu perkembangan obat tradisional tersebut, pemerintah
menetapkan bahwa fitofarmaka dapat digunakan dalam sistem pengobatan formal
bersama-sama dengan obat kimia. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan
standardisasi guna menjamin mutu produk yang dihasilkan (Ivan, 2002 cit Arini, 2004).
Standardisasi dalam kefarmasian adalah serangkaian parameter, prosedur dan
cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigma mutu
kefarmasian, mutu dalam artian memenuhi syarat standar (kimia, biologi, dan farmasi),
termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas sebagai produk kefarmasian umumnya.
Persyaratan mutu bahan baku berupa simplisia maupun ekstrak terdiri dari berbagai
parameter standar umum (non spesifik) dan parameter standar khusus (spesifik).
Pemerintah melakukan fungsi pembinaan dan pengawasan serta melindungi
konsumen untuk tegaknya trilogi “mutu-keamanan-manfaat”. Pengertian standardisasi
juga berarti proses menjamin bahwa produk akhir (obat atau produk ekstrak)
mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan (dirancang dalam
formula) terlebih dahulu.
Pegagan (Lat. Centella Asiatica) merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan, ladang, tepi jalan, serta pematang sawah. Pegagan yang simplisianya
dikenal dengan sebutan Centella Herba memiliki kandungan asiaticoside, thankuniside,
isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic
acid, meso-inositol, centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine, tanin serta garam
mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Diduga
glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside merupakan antilepra dan penyembuh
luka yang sangat luar biasa. Tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit-penyakit
seperti mengobati luka, mengobati Sakit maag dan Perut kembung mencegah demam,
menambah nafsu makan, mengobati asma dan batuk, mengobati sariawan usus dan
Disentri, dan obat wasir.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara standarisasi obat herbal terstandar tanaman pegagan (Lat.
Cantella Asiatica) ?
2. Bagaimana cara penetapan kadar tanaman pegagan (Lat. Cantella Asiatica) ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana cara standarisasi obat herbal terstandar tanaman
pegagan (Lat. Cantella Asiatica).
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penetapan kadar tanaman pegagan (Lat.
Cantella Asiatica) ?
D. Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana cara standarisasi obat herbal
terstandar tanaman pegagan (Lat. Cantella Asiatica).
2. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana cara penetapan kadar tanaman
pegagan (Lat. Cantella Asiatica) ?
BAB II
PEMBAHASAN
HERBA PEGAGAN
Herba pegagan adalah seluruh bagian diatas tanah Centella asiatica (L) Urb., suku Apiaceae
mengandung asiatikosida tidak kurang dari 0,07%.
Identitas Simplisia
Pemerian
Berupa lembaran daun yang menggulung dan berkeriput disertai stolon dan tangkai daun yang
terlepas, warna hijau kelabu, berbau aromatik lemah, mula-mula tidak berasa kemudian agak
pahit, helai daun berbentuk ginjal atau berbentuk bundar, umumnya dengan tulang daun yang
menjari, pangkal helai daun berlekuk, ujung daun membundar, pinggir daun beringgit sampai
bergerigi, pinggir pangkal daun bergigi, permukaan daun umumnya licin, tulaang daun pada
permukaan bawah agak berambut, stolon dan tangkai daun berwarna coklat kelabu, berambut
halus.
Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah epidermis atas, urat daun dengan kristal kalsium oksalat bentuk roset,
mesofil daun, berkas pengangkut dan epidemis bawah dengan stomata tipe anomositis.
Pola Kromatografi
Lakukan kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada kromatografi dengan parameter
sebagai berikut :
Larutan uji : 1% didalam etanol P, gunakan larutan uji KLT yang tertera pada
kromatografi.
Deteksi : Liebermann-Burchard LP
Lakukan penetapan kadar yang sesuai dengan cara kromatografi lapis tipis-densitrometri
seperti yang tertera pada kromatografi.
Larutan uji timbang seksama lebih kurang 500 mg serbuk, buat larutan uji sesuai dengan
pembuatan larutan uji simplisia, gunakan pelarut etanol 7-% p, dalam labu tentukkr 50-mL.
Larutan pembanding Asiatikosida 0,1% dalam etanol 70% P, buat enceran hingga diperoleh
serapan yang mendekati serapan Larutan uji.
Pengukuran Totolkan masing-masing 1 µL larutan uji dan encerkan pembanding pada lempeng
silika gel 60 F254, kembangkan dengan fse gerak kloroform : P-metanol : P-air ( 65:25:4)
semprot dengan pereaksi Liebermann-Bourrchard LP, dipanaskan dalam oven pada suhu 105°
selama 10 menit dan segera ukur dengan Kromatografi lapis tipis-densitometri pada panjang
gelombang 506 nm. Hitung kadar asiatikosida dalam larutan uji dengan rumus :
𝐴𝑢 𝐶𝑝
% = 𝐴𝑝 X 𝐶𝑢 X f X 100
Keterangan :
F = faktor pengencer
Ekstrak kental herba pegagan adalah ekstrak yang dibuat dari herba Cantella asiatica (L.) Urb.,
suku Apiaceae, mengandung asiatikosida tidak kurang dari 0,90%
Pemerian Ekstrak kental; warna coklat tua; berbau tidak khas; rasa agak pahit
Struktur kimia :
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan cara kromatografi lapis tipis-densitometri seperti yang
tertera pada Kromatografi <61>
Larutan uji timbang saksama lebih kurang 50 mg ekstrak, larutkan dalam 25 mL etanol 70% P
di dalam tabung reaksi. Saringke dalam labu terukur 50-mL, bilas kertas saring dengan etanol
70%P secukupnya sampai tanda.
Larutan pembanding Asiatikosida 0,1% dalam etanol 70% P, buat enceran hingga di peroleh
serapan yang mendekati serapan larutan uji.
Pengukuran Totolkan masing-masing 1μL Larutan uji dan enceran Larutan pembanding pada
lempeng silica gel 60 F254 , kembangkan dengan fase gerak Kloroform P-metanol P-air
(65:25:4), semprot dengan pereaksi Liebermann-Bouchard LP, dipanaskan dalam oven pada
suhu 1050 selama 10 menit dan segera ukur dengan kromatografi lapis tipis-densitometri pada
panjang gelombang 506nm. Hitung kadar asiatikosida dalam Larutan uji dengan rumus:
% = AU x CP x f x 100
AP CU
Jurnal : JKTI
Tahun : 2015
Tujuan :Karakterisasi ekstrak berupa parameter non spesifik dan spesifik sesuai acuan
dari PPOMN (Depkes RI, 2000) meliputi; kadar susut pengeringan, kadar abu,
cemaran mikroba angka lempeng total, kadar senyawa yang larut dalam air,
kadar senyawa yang larut dalam etanol, uji fitokimia, kadar total fenolik,
kadar total flavonoid dan penentuan logam berat Pb dan Cd10,11,12,14.
Metode :
Maserasi sejumlah 5.0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 mL air kloroform LP
( 2,5 mL CHCl3 addkan hingga menjadi 1000 mL dengan aquadest, LP = Larutan
Pereaksi) menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam dan
kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam
cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan residu pada suhu 105 oC
hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam air, dihitung
terhadap ekstrak awal.
Maserasi sejumlah 5.0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 mL ethanol (95 %),
menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam dan kemudian
dibiarkan selama 18 jam.Saring, uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan
dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan residu pada suhu 105 oC hingga
bobot tetap. Hitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam ethanol (95 %),
dihitung terhadap ekstrak awal.
3. Cemaran mikroba
a. Metode Angka Lempeng Total (ALT)
1. Kapang/Fungi
0,1 gr ekstrak pegagan disuspensikan dalam 10 mL air tween 0,1 % steril, kemudian
dilakukan pengenceran 10 -1 dan 10-2, diambil 1 ml dari setiap pengenceran kemudian
dihomogenkan dengan media tumbuhnya ( PDA ) sebanyak 15 mL. Setelah beku,
inkubasi dalam oven inkubator 30 oC. Semua tahapan pekerjaan dilakukan secara
aseptic. Pengamatan dilakukan setelah inkubasi 24 jam dan 48 jam.
2. Bakteri
5. Uji Alkaloid
Sampel + Ammonium 10% ,diekstraksi dengan CHCl3 + HCl 1 N.
Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil : + (positif), larutan kuning
jingga dan terbentuk endapan putih.
6. Uji Fenolik
Sampel + FeCl3 1% (dalam air/ethanol) hasil positif, jika terjadi perubahan warna
hijau, merah ungu, biru/hitam. Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil
: + (positif) warna merah ungu.
7. Uji Flavonoid
Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil : + (positif) larutan merah
jingga.
Sampel + asam asetat anhidrat (terendam) , biarkan 15 menit + 2 tetes H2SO4 pekat.
Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil : (+) Triterpenoid,(-) Steroid.
9. Uji Saponin
Sampel + air ,dididihkan dalam penangas selama 5 menit, disaring kemudian dikocok
kuat terbentuk busa stinggi 2 cm yang stabil selama 1 jam + HCl 0,1 N busa tetap
hasil positif Saponin.Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil : +
(positif), busa tetap selama 1jam dan dengan penambahan HCl 0,1 N.
Pembahasan :
Oleh karena tidak ada satupun cawan yang menunjukan jumlah koloni 30-300
koloni, maka nilai angka lempeng total kapang, bakteri maupun uji nilai duga terdekat
perkiraa nilainya diambil dari angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah.
Nilai rata-rata angka lepeng total perkiraan dari ekstrak etanol pegagan adalah
0,75±1,91 CFU/g. Nilai ini termasuk dalam batas aman sesuai acuan SNI 19-2897-
1992.Menurut SNI 19-2897-1992, batas jumlah cemaran mikroba dalam ekstrak yang
dipersyaratkan adalah <106 CFU/g. Untuk karakteristik parameter spesifik kadar
senyawa yang larut dalam air ekstrak etanol pegagan diperoleh hasil rata-rata kadar
senyawa yang larut dalam air sekitar 59.14 % sedangkan kadar senyawa larut air
ekstrak pegagan sesuai dengan acuan Farmakope herbal yaitu ≥ 28,3%.Untuk
karakteristik parameter spesifik kadar senyawa yang larut dalam etanol ekstrak etanol
pegagan diperoleh hasil rata-rata kadar senyawa yang larut dalam etanol sekitar 17.89
% sedangkan kadar senyawa senyawa yang larut dalam etanolekstrak pegagan sesuai
dengan acuan Farmakope herbal yaitu ≥ 2,1%.Dari hasil uji fitokimia menunjukkan
bahwa ekstrak etanol pegagan positif mengandung senyawa alkaloid, fenolik,
flavonoid, triterpenoid dan saponin akan tetapi ekstrak etanol pegagan tidak
mengandung senyawa steroid (negatif).Secara kuantitatif kandungan total fenol dalam
ekstrak sebesar 0.825 % b/b sedangkan untuk kadar total flavonoid sebesar 0.556 %
b/b. Penentuan kandungan kadar logam berat, diujikan pada 2 jenis logam yaitu: Pb
dan Cd. Kandungan logam dalam ekstrak pegagan sebesar 1.61 ppm untuk logam Pb
dan 0.069 ppm untuk logam Cd.Jadi parameter spesifik kadar senyawa yang larut
dalam air untuk ekstrak etanol pegagan masih dalam range acuan Farmakope Herbal.
Dari semua hasil data karakteristik parameter spesifik dan non spesifik yang
telah dilakukan terhadap ekstrak etanol pegagan menunjukkan bahwa ekstrak yang
dibuat telah memenuhi persyaratan Farmakope Herbal tahun 2008, yang berarti
ekstrak etanol pegagan yang dibuat telah memenuhi standar sebagai ekstrak terstandar.
Kesimpulan :
Uji in vivo dan in vitro terhadap ekstrak tanaman pegagan telah menunjukkan
hasil yang sangat baik. Ekstrak etil asetat 17,5 mg/kg BB dan butanol 228,8 mg/kg BB
pegagan dibuktikan mempunyai efek hepatoprotektor pada uji in vivo menggunakan
mencit yang diinduksi oleh CCl4. Ekstrak etil asetat mampu menurunkan kadar enzim
alanine aminotransferase (ALT) dan aspartate aminotransferase (AST) sebesar 56%
dan 44% berturut-turut, sementara ekstrak butanol mampu menurunkan kadar enzim
AST sebesar 3%.
Secara kuantitatif kandungan total fenol dalam ekstrak sebesar 0.825 % b/b
sedangkan untuk kadar total flavonoid sebesar 0.556 % b/b. Penentuan kandungan
kadar logam berat, diujikan pada 2 jenis logam yaitu: Pb dan Cd. Kandungan logam
dalam ekstrak pegagan sebesar 1.61 ppm untuk logam Pb dan 0.069 ppm untuk logam
Cd.
Dari semua hasil data karakteristik parameter spesifik dan non spesifik yang
telah dilakukan terhadap ekstrak etanol pegagan menunjukkan bahwa ekstrak yang
dibuat telah memenuhi persyaratan Farmakope Herbal tahun 2008, yang berarti
ekstrak etanol pegagan yang dibuat telah memenuhi standar sebagai ekstrak terstandar.
BAB III
PENUTUP
Pada jurnal yang kami gunakan dan dibandingkan dengan standart pada buku FHI untuk
melihat kesesuaiannnya maka dapat dilihat bahwa dari data parameter non spesifik dan spesifik
pada jurnal yang terdapat dibab sebelumnya maka dapat disimpulkan ada kesesesuaian dengan
persyaratan pada FHI ( Farmakope herbal Indonesia).
DAFTAR PUSTAKA
E.M. Williamson , D.T. Okpoko dan F.J.Evans. Selection, Preparation and Pharmacology
Evaluation of Plant Material. Pharmacological Method in Phytotherapy Research,
1:155-167. John Willey and Sons, Chichester.