Anda di halaman 1dari 17

STANDARDISASI EKSTRAK PEGAGAN, CENTELLA

ASIATICA SEBAGAI OBAT HERBAL TERSTANDAR


HEPATOPROTEKTOR

DOSEN PENGAMPU :

Mamik Ponco Rahayu, M.Si.,Apt

Kelompok : 3
Nama :
Alfian Bagas Pratama (22164859A)
Retno Suci Pratiwi (22164860A)

Syaferi Zakaria (22164861A)

Nouv Isnin Putri Alifa (22164866A)


Octa Mentari Sukma (22164867A)
Vitta Dharma Pertiwi (22164868A)
Dewi Puspita Sari (22164869A)
Meaissy Claudia (22164871A)

PROGAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia.
Menurut WHO, negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal
sebagai pelengkap pengobatan primer yang diterima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80%
dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003).
Dalam rangka memacu perkembangan obat tradisional tersebut, pemerintah
menetapkan bahwa fitofarmaka dapat digunakan dalam sistem pengobatan formal
bersama-sama dengan obat kimia. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan
standardisasi guna menjamin mutu produk yang dihasilkan (Ivan, 2002 cit Arini, 2004).
Standardisasi dalam kefarmasian adalah serangkaian parameter, prosedur dan
cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigma mutu
kefarmasian, mutu dalam artian memenuhi syarat standar (kimia, biologi, dan farmasi),
termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas sebagai produk kefarmasian umumnya.
Persyaratan mutu bahan baku berupa simplisia maupun ekstrak terdiri dari berbagai
parameter standar umum (non spesifik) dan parameter standar khusus (spesifik).
Pemerintah melakukan fungsi pembinaan dan pengawasan serta melindungi
konsumen untuk tegaknya trilogi “mutu-keamanan-manfaat”. Pengertian standardisasi
juga berarti proses menjamin bahwa produk akhir (obat atau produk ekstrak)
mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan (dirancang dalam
formula) terlebih dahulu.
Pegagan (Lat. Centella Asiatica) merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan, ladang, tepi jalan, serta pematang sawah. Pegagan yang simplisianya
dikenal dengan sebutan Centella Herba memiliki kandungan asiaticoside, thankuniside,
isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic
acid, meso-inositol, centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine, tanin serta garam
mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Diduga
glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside merupakan antilepra dan penyembuh
luka yang sangat luar biasa. Tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit-penyakit
seperti mengobati luka, mengobati Sakit maag dan Perut kembung mencegah demam,
menambah nafsu makan, mengobati asma dan batuk, mengobati sariawan usus dan
Disentri, dan obat wasir.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara standarisasi obat herbal terstandar tanaman pegagan (Lat.
Cantella Asiatica) ?
2. Bagaimana cara penetapan kadar tanaman pegagan (Lat. Cantella Asiatica) ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana cara standarisasi obat herbal terstandar tanaman
pegagan (Lat. Cantella Asiatica).
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penetapan kadar tanaman pegagan (Lat.
Cantella Asiatica) ?

D. Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana cara standarisasi obat herbal
terstandar tanaman pegagan (Lat. Cantella Asiatica).
2. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana cara penetapan kadar tanaman
pegagan (Lat. Cantella Asiatica) ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Semua keterangan tanaman dari makroskopik, mikroskopik, organoleptic, non spesifik


dan spesifik menurut FHI (Formularium Herbal Indonesia )

HERBA PEGAGAN

Centellae Asiaticeae Herba

Herba pegagan adalah seluruh bagian diatas tanah Centella asiatica (L) Urb., suku Apiaceae
mengandung asiatikosida tidak kurang dari 0,07%.

Identitas Simplisia

GAMBAR SIMPLISIA HERBA PEGAGAN

Pemerian

Berupa lembaran daun yang menggulung dan berkeriput disertai stolon dan tangkai daun yang
terlepas, warna hijau kelabu, berbau aromatik lemah, mula-mula tidak berasa kemudian agak
pahit, helai daun berbentuk ginjal atau berbentuk bundar, umumnya dengan tulang daun yang
menjari, pangkal helai daun berlekuk, ujung daun membundar, pinggir daun beringgit sampai
bergerigi, pinggir pangkal daun bergigi, permukaan daun umumnya licin, tulaang daun pada
permukaan bawah agak berambut, stolon dan tangkai daun berwarna coklat kelabu, berambut
halus.
Mikroskopik

Fragmen pengenal adalah epidermis atas, urat daun dengan kristal kalsium oksalat bentuk roset,
mesofil daun, berkas pengangkut dan epidemis bawah dengan stomata tipe anomositis.
Pola Kromatografi

Lakukan kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada kromatografi dengan parameter
sebagai berikut :

Fase gerak : n-heksan : P-etil asetat : P-dietil amin P (80:20:2)

Fase diam : silika gel 60 F254

Larutan uji : 1% didalam etanol P, gunakan larutan uji KLT yang tertera pada

kromatografi.

Larutan pembanding : Asiatikosida 0,1 % dalam etanol P

Volume penotplan : Totolkan 10 µL larutan uji dan 5 µL larutan pembanding

Deteksi : Liebermann-Burchard LP

Susut Pengeringan tidak lenih dari 11%

Abu total tidak lebih dari 18,05%

Abu tidak larut asam tidak lebih dari 4,9%

Sari larut air tidak kurang dari 28,3%

Sari larut etanol tidak kurang dari 2,1%


Kandungan Kimia Simplisia

Kadar asiatikosida yang kurang dari 0,07%

Lakukan penetapan kadar yang sesuai dengan cara kromatografi lapis tipis-densitrometri
seperti yang tertera pada kromatografi.

Larutan uji timbang seksama lebih kurang 500 mg serbuk, buat larutan uji sesuai dengan
pembuatan larutan uji simplisia, gunakan pelarut etanol 7-% p, dalam labu tentukkr 50-mL.

Larutan pembanding Asiatikosida 0,1% dalam etanol 70% P, buat enceran hingga diperoleh
serapan yang mendekati serapan Larutan uji.

Pengukuran Totolkan masing-masing 1 µL larutan uji dan encerkan pembanding pada lempeng
silika gel 60 F254, kembangkan dengan fse gerak kloroform : P-metanol : P-air ( 65:25:4)
semprot dengan pereaksi Liebermann-Bourrchard LP, dipanaskan dalam oven pada suhu 105°
selama 10 menit dan segera ukur dengan Kromatografi lapis tipis-densitometri pada panjang
gelombang 506 nm. Hitung kadar asiatikosida dalam larutan uji dengan rumus :

𝐴𝑢 𝐶𝑝
% = 𝐴𝑝 X 𝐶𝑢 X f X 100

Keterangan :

Au = serapan larutan uji

Ap = serapan larutan pembanding

Cu = konsentrasi larutan uji

Cp = Konsentrasi larutan pembanding

F = faktor pengencer

EKSTAK KENTAL HERBA PEGAGAN

Centellae Asiaticae Herbae Extractum Spissum

Ekstrak kental herba pegagan adalah ekstrak yang dibuat dari herba Cantella asiatica (L.) Urb.,
suku Apiaceae, mengandung asiatikosida tidak kurang dari 0,90%

Pembuatan Ekstrak <311>

Rendemen Tidak kurang dari 7,2%


Identifikasi Ekstrak

Pemerian Ekstrak kental; warna coklat tua; berbau tidak khas; rasa agak pahit

Senyawa identitas Asiatikosida

Struktur kimia :

Kadar air <83> tidak lebih dari 10%

Abu total<81> tidak lebih dari 16,6%

Abu tidak larut asam <82> tidak lebih dari 0,7%

Kandungan Kimia Ekstrak

Kadar asiatikosida tidak kurang dari 0,90%

Lakukan penetapan kadar sesuai dengan cara kromatografi lapis tipis-densitometri seperti yang
tertera pada Kromatografi <61>

Larutan uji timbang saksama lebih kurang 50 mg ekstrak, larutkan dalam 25 mL etanol 70% P
di dalam tabung reaksi. Saringke dalam labu terukur 50-mL, bilas kertas saring dengan etanol
70%P secukupnya sampai tanda.

Larutan pembanding Asiatikosida 0,1% dalam etanol 70% P, buat enceran hingga di peroleh
serapan yang mendekati serapan larutan uji.

Pengukuran Totolkan masing-masing 1μL Larutan uji dan enceran Larutan pembanding pada
lempeng silica gel 60 F254 , kembangkan dengan fase gerak Kloroform P-metanol P-air
(65:25:4), semprot dengan pereaksi Liebermann-Bouchard LP, dipanaskan dalam oven pada
suhu 1050 selama 10 menit dan segera ukur dengan kromatografi lapis tipis-densitometri pada
panjang gelombang 506nm. Hitung kadar asiatikosida dalam Larutan uji dengan rumus:

% = AU x CP x f x 100

AP CU

AU = Serapan Larutan uji

AP = Serapan Larutan pembanding

CU = Konsentrasi Larutan uji

CP = Konsentrasi Larutan pembanding

f = Faktor pengencer/ Konstanta

B. Sebagai pembanding mengunakan jurnal sebagai berikut

Judul :STANDARDISASI EKSTRAK PEGAGAN, CENTELLA ASIATICA


SEBAGAI OBAT HERBAL TERSTANDAR HEPATOPROTEKTOR

Pengarang : Puspa Dewi N Lotulung, dkk

Jurnal : JKTI

Tahun : 2015

Volume/hal : Vol. 17, No. 2, 185-193

Tujuan :Karakterisasi ekstrak berupa parameter non spesifik dan spesifik sesuai acuan
dari PPOMN (Depkes RI, 2000) meliputi; kadar susut pengeringan, kadar abu,
cemaran mikroba angka lempeng total, kadar senyawa yang larut dalam air,
kadar senyawa yang larut dalam etanol, uji fitokimia, kadar total fenolik,
kadar total flavonoid dan penentuan logam berat Pb dan Cd10,11,12,14.

Metode :

1. Kadar senyawa yang larut dalam air

Maserasi sejumlah 5.0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 mL air kloroform LP
( 2,5 mL CHCl3 addkan hingga menjadi 1000 mL dengan aquadest, LP = Larutan
Pereaksi) menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam dan
kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam
cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan residu pada suhu 105 oC
hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam air, dihitung
terhadap ekstrak awal.

2. Kadar senyawa yang larut dalam etanol

Maserasi sejumlah 5.0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 mL ethanol (95 %),
menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam dan kemudian
dibiarkan selama 18 jam.Saring, uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan
dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan residu pada suhu 105 oC hingga
bobot tetap. Hitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam ethanol (95 %),
dihitung terhadap ekstrak awal.

3. Cemaran mikroba
a. Metode Angka Lempeng Total (ALT)
1. Kapang/Fungi

0,1 gr ekstrak pegagan disuspensikan dalam 10 mL air tween 0,1 % steril, kemudian
dilakukan pengenceran 10 -1 dan 10-2, diambil 1 ml dari setiap pengenceran kemudian
dihomogenkan dengan media tumbuhnya ( PDA ) sebanyak 15 mL. Setelah beku,
inkubasi dalam oven inkubator 30 oC. Semua tahapan pekerjaan dilakukan secara
aseptic. Pengamatan dilakukan setelah inkubasi 24 jam dan 48 jam.

2. Bakteri

0,1 gr ekstrak pegagan disuspensikan dalam 10 mL NaCl physologis 0,95 % steril,


kemudian dilakukan pengenceran 10 -1 dan10-2, diambil 1 mL dari setiap
pengenceran kemudian di homogenkan dengan media tumbuhnya ( NA ) sebanyak 15
mL. Setelah beku, inkubasi dalam oven inkubator 37 0C.Semua tahapan pekerjaan
dilakukan secara aseptik.Pengamatan dilakukan setelah inkubasi 24 jam dan 48 jam.

4. Uji Nilai Duga Terdekat (MPN) Coliform.

1 gram sampel dilarutkan dalam 10 mL aquadest steril, dilakukan pengenceran


bertingkat 10 -1; 10 -2 ; 10 -3. Kedalam 3 tabung pertama diinokulasi 1 mL sampel
10-1; 3 tabung kedua dinokulasi 1 mL sampel 10 -2 dan 3 tabung terakhir diinokulasi
1 mL sampel 10 -3.

5. Uji Alkaloid
Sampel + Ammonium 10% ,diekstraksi dengan CHCl3 + HCl 1 N.

- Larutan asam + pereaksi Dragendorf hasil positif , larutan kuning jingga

- Larutan asam + pereaksi Meyer hasil positif, terbentuk endapan putih

Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil : + (positif), larutan kuning
jingga dan terbentuk endapan putih.

6. Uji Fenolik

Sampel + FeCl3 1% (dalam air/ethanol) hasil positif, jika terjadi perubahan warna
hijau, merah ungu, biru/hitam. Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil
: + (positif) warna merah ungu.

7. Uji Flavonoid

Sampel + serbuk Mg + HCl 2N dipanaskan 100 oC dalam water bath selama 5 – 10


menit, didinginkan, disaring , filtrat + Amil Alkohol hasil positif , larutan merah
jingga.

Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil : + (positif) larutan merah
jingga.

8. Uji Triterpenoid /steroid

Sampel + asam asetat anhidrat (terendam) , biarkan 15 menit + 2 tetes H2SO4 pekat.

Hasil menunjukkan larutan hijau-biru positif Steroid.

Hasil menunjukkan larutan unggu positif Triterpenoid.

Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil : (+) Triterpenoid,(-) Steroid.

9. Uji Saponin

Sampel + air ,dididihkan dalam penangas selama 5 menit, disaring kemudian dikocok
kuat terbentuk busa stinggi 2 cm yang stabil selama 1 jam + HCl 0,1 N busa tetap
hasil positif Saponin.Dari percobaan terhadap sampel ekstrak pegagan, hasil : +
(positif), busa tetap selama 1jam dan dengan penambahan HCl 0,1 N.

10. Penentuan kadar Fenol


100 μl ekstrak + 4,5 mL aquadest + 100 ul Folin Ciocal, dihomogenkan selama 3 menit
+ 300 μl Na2CO3. 2 % kemudian diinkubasi pada temperatur kamar selama 2 jam,
diukur absorbannya pada λ 760 nm.

11. Penentuan kadar flavonoid

500 μl sampel + 500 μl AlCl3 2 % (dalam etanol) , dihomogenkan ,diinkubasi selama


1 jam ,kemudian diukur absorbannya pada λ 420 nm.

Pembahasan :

Standardisasi ekstrak pegagan yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah


karakterisasi ekstrak berupa parameter non spesifik dan spesifik sesuai acuan dari
PPOMN (Depkes RI, 2000) meliputi; kadar susut pengeringan, kadar abu, cemaran
mikroba angka lempeng total, kadar senyawa yang larut dalam air, kadar senyawa
yang larut dalam etanol, uji fitokimia, kadar total fenolik, kadar total flavonoid dan
penentuan logam berat Pb dan Cd. Untuk ekstrak etanol pegagan baik untuk parameter
spesifik maupun parameter non spesifik telah memenuhi persyarataan Farmakope
Herbal tahun 2008. Adapun data data hasil standardisasi yang telah dilakukan di dalam
penelitian ini bisa di lihat dalam Tabel 2 yang terlampir di bawah ini.

Untuk karakteristik parameter non spesifik kadar susut pengeringan ekstrak


etanol pegagan diperoleh hasil kadar rata-rata susut pengeringan sekitar 4.430 %
sedangkan hasil susut pengeringan yangsesuai dengan acuan Farmakope herbal (2008)
yaitu ≤ 10%. Jadi parameter kadar susut pengeringan untukekstrak etanol pegagan
masih dalam range acuan Farmakope Herbal.Untuk karakteristik parameter non
spesifik kadar abu ekstrak etanol pegagan diperoleh hasil rata-rata kadar abu sekitar
2.775 % sedangkan hasil penetapan kadar abu total sesuai dengan acuan Farmakope
herbal (2008) yaitu ≤ 16,6%. Jadi parameter kadar abu untuk ekstrak etanol pegagan
masih dalam range acuan Farmakope Herbal.

Oleh karena tidak ada satupun cawan yang menunjukan jumlah koloni 30-300
koloni, maka nilai angka lempeng total kapang, bakteri maupun uji nilai duga terdekat
perkiraa nilainya diambil dari angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah.
Nilai rata-rata angka lepeng total perkiraan dari ekstrak etanol pegagan adalah
0,75±1,91 CFU/g. Nilai ini termasuk dalam batas aman sesuai acuan SNI 19-2897-
1992.Menurut SNI 19-2897-1992, batas jumlah cemaran mikroba dalam ekstrak yang
dipersyaratkan adalah <106 CFU/g. Untuk karakteristik parameter spesifik kadar
senyawa yang larut dalam air ekstrak etanol pegagan diperoleh hasil rata-rata kadar
senyawa yang larut dalam air sekitar 59.14 % sedangkan kadar senyawa larut air
ekstrak pegagan sesuai dengan acuan Farmakope herbal yaitu ≥ 28,3%.Untuk
karakteristik parameter spesifik kadar senyawa yang larut dalam etanol ekstrak etanol
pegagan diperoleh hasil rata-rata kadar senyawa yang larut dalam etanol sekitar 17.89
% sedangkan kadar senyawa senyawa yang larut dalam etanolekstrak pegagan sesuai
dengan acuan Farmakope herbal yaitu ≥ 2,1%.Dari hasil uji fitokimia menunjukkan
bahwa ekstrak etanol pegagan positif mengandung senyawa alkaloid, fenolik,
flavonoid, triterpenoid dan saponin akan tetapi ekstrak etanol pegagan tidak
mengandung senyawa steroid (negatif).Secara kuantitatif kandungan total fenol dalam
ekstrak sebesar 0.825 % b/b sedangkan untuk kadar total flavonoid sebesar 0.556 %
b/b. Penentuan kandungan kadar logam berat, diujikan pada 2 jenis logam yaitu: Pb
dan Cd. Kandungan logam dalam ekstrak pegagan sebesar 1.61 ppm untuk logam Pb
dan 0.069 ppm untuk logam Cd.Jadi parameter spesifik kadar senyawa yang larut
dalam air untuk ekstrak etanol pegagan masih dalam range acuan Farmakope Herbal.

Dari semua hasil data karakteristik parameter spesifik dan non spesifik yang
telah dilakukan terhadap ekstrak etanol pegagan menunjukkan bahwa ekstrak yang
dibuat telah memenuhi persyaratan Farmakope Herbal tahun 2008, yang berarti
ekstrak etanol pegagan yang dibuat telah memenuhi standar sebagai ekstrak terstandar.
Kesimpulan :

Uji in vivo dan in vitro terhadap ekstrak tanaman pegagan telah menunjukkan
hasil yang sangat baik. Ekstrak etil asetat 17,5 mg/kg BB dan butanol 228,8 mg/kg BB
pegagan dibuktikan mempunyai efek hepatoprotektor pada uji in vivo menggunakan
mencit yang diinduksi oleh CCl4. Ekstrak etil asetat mampu menurunkan kadar enzim
alanine aminotransferase (ALT) dan aspartate aminotransferase (AST) sebesar 56%
dan 44% berturut-turut, sementara ekstrak butanol mampu menurunkan kadar enzim
AST sebesar 3%.

Parameter non spesifik untuk ekstrak etanol pegagan telah memenuhi


persyaratan Farmakope Herbal tahun 2008 yang meliputi; penentuan kadar susut
pengeringan ≤ 10 %, kadar abu ≤ 16.6 % dan cemaran mikroba negative. Demikian
pula untuk parameter spesifik yang dilakukan untuk ekstrak etanol pegagan, telah
memenuhi persyaratan Farmakope Herbal tahun 2008 yang meliputi; kadar senyawa
yang larut dalam air ≥ 28.3 %, kadar senyawa yang larut dalam etanol ≥ 2.1 %. Untuk
pengujian kadar kandungan kimia (fitokimia) yang dilakukan secara kualitatif, ekstrak
etanol pegagan positif mengandung senyawa alkaloid, fenolik, flavonoid, triterpenoid
dan saponin namun negatif untuk kandungan senyawa steroid.

Secara kuantitatif kandungan total fenol dalam ekstrak sebesar 0.825 % b/b
sedangkan untuk kadar total flavonoid sebesar 0.556 % b/b. Penentuan kandungan
kadar logam berat, diujikan pada 2 jenis logam yaitu: Pb dan Cd. Kandungan logam
dalam ekstrak pegagan sebesar 1.61 ppm untuk logam Pb dan 0.069 ppm untuk logam
Cd.
Dari semua hasil data karakteristik parameter spesifik dan non spesifik yang
telah dilakukan terhadap ekstrak etanol pegagan menunjukkan bahwa ekstrak yang
dibuat telah memenuhi persyaratan Farmakope Herbal tahun 2008, yang berarti
ekstrak etanol pegagan yang dibuat telah memenuhi standar sebagai ekstrak terstandar.
BAB III

PENUTUP

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa :

Pada jurnal yang kami gunakan dan dibandingkan dengan standart pada buku FHI untuk
melihat kesesuaiannnya maka dapat dilihat bahwa dari data parameter non spesifik dan spesifik
pada jurnal yang terdapat dibab sebelumnya maka dapat disimpulkan ada kesesesuaian dengan
persyaratan pada FHI ( Farmakope herbal Indonesia).
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1993. Pedoman Pengujian dan pengembangan fitofarmaka. Penapisan Farmakologi,


Pengujian Fitokimia dan Pengujian klinik. Pengembangan Pemanfaatan Obat bahan
alam.

E.M. Williamson , D.T. Okpoko dan F.J.Evans. Selection, Preparation and Pharmacology
Evaluation of Plant Material. Pharmacological Method in Phytotherapy Research,
1:155-167. John Willey and Sons, Chichester.

Kemenkes RI. 2011. Formularium Obat Herbal Asli Indonesia. Volume1.Jakarta:Kementrian


Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai