Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini bencana merupakan kejadian yang sering terjadi di berbagai
nelahan dunia, baik yang disebabkan oleh faktor alam maupun non alam, salah satunya
adalah kebakaran. Menurut Mehaffey dan Bert pada tahun 1997, kebakaran adalah suatu
proses oksidasi yang cepat, reaksi eksotermis dimana bagian dari energy yang di lepaskan
menyokong proses tersebut. Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik itu hutan,
perkotaan, pemukiman , tempat umum, maupun di kawasan industry.
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor, namun secara umum faktor-faktor yang
menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis (Ramli, 2010). Untuk
kasus kebakaran di Indonesia sekitar 62,8% disebabkan oleh listrik atau adanya hubungan
pendek arus listrik. Penataan ruang dan minimnya prasarana penanggulangan bencana
kebakaran juga berkontribusi terhadap timbulnya kebakaran, khususnya kebakaran
kawasan industry dan pemukiman (Nugroho, 2010). Kerugian yang ditimbulkan oleh
kebakaran antara lain dapat menyebabkan kerugian jiwa, kerugian materi, menurunnya
produktivitas, gangguan bisnis dan kerugian social.
Industry khususnya yang menggunakan bahan yang mudah terbakar dan terdapat
proses kerja yang berpotensi menimbulkan kebakaran memiliki tingkat risiko kebakaran
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan, pemukiman dan tempat umu. Untuk itu
Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja telah mengatur bahwa
setiap tempat kerja harus melakukan upaya untuk menciptakan tempat kerja yang sehat
dan selamat, termasuk dari bahaya kebakaran.
Dari 69.579 kasus kebakaran yang terjadi di New Zealand dari tahun 2009-2010,
1.815 diantaranya terjadi di industry. Dari 1.815 kejadian kebakaran di industry tersebut,
6 diantaranya terjadi di industry tekstil, kulit dan karet (New Zealand Fire Service, 2010).
Kerugian yang dialami apabila kebakaran terjadi si suatu industry sangat besar karena
menyangkut nilai asset yang tinggi, proses produksi dan peluang kerja. Besarnya kerugian
yang diakibatkan oleh kebakaran menurut berbagai pihak terutama pihak pengelola suatu
industry untuk melakukan usaha pencegahan dan penanggulangan untuk mengurangi
kerugian tersebut. Usaha tersebut antara lain adalah dengan membuat system proteksi
kebakaran yang mencakup sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran, sarana
penyelamatan jiwa, serat ,manajemen proteksi kebakaran.
Peristiwa ledakan besar pada Kamis pagi 26 Oktober 2017 pada PT Panca Buana
Cahaya Sukses yang merupakan pabrik petasan telah memerangkap sedikitnya 103 buruh
didalam pabrik. Tragedi yang menewaskan hingga 48 orang itu diyakini sebagai buah dari
berbagai pelanggaran aturan. Hal ini menunjukkan bahwa kasus kebakaran dan peledakan
di industry merupakan salah satu bentuk kecelakanaan yang memerlukan perhatian
khusus dan memerlukan pencegahan (preventif) untuk mengurangi bahkan
menghilangkan kemungkinan terjadinya kebakaran.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah
ini yaitu Bagaimana telaah kasus kebakaran yang terjadi pada PT Panca Buana Cahaya
Sukses yang terjadi pada tanggal 26 Oktober 2017?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan
analisis terjadinya kasus kebakaran pada PT Panca Buana Cahaya Sukses yang terjadi pada
tanggal 26 Oktober 2017.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Bencana
Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
menyebutkan bahwa bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupu faktor manusia, sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam,
nonalam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga
mendefinisikan mengenai bancana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
a. Bencana Alam Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
b. Bencana Nonalam Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan
wabah penyakit.
c. Bencana Sosial Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar
komunitas masyarakat dan teror.

2.2 Manajemen Bencana


Manajemen bencana menurut The United Nations International Strategy for Disaster
Risk (UNISDR), merupakan proses sistematis dari arahan administratif, organisasi,
keterampilan, dan kapasitas untuk mengimplementasikan strategi, kebijakan, dan penanganan
untuk mengurangi dampak buruk dari bahaya dan kemungkinan bencana. Federal Emergency
Management Agency (FEMA) membagi manajemen bencana kedalam 4 fase, yaitu mitigasi
persiapan, respon, dan pemulihan.
a. Fase Mitigasi
Fase ini meliputi kegiatan yang mencegah keadaan darurat, mengurangi kemungkinan
terjadinya, atau mengurangi efek kerusakan dari bahaya yang tidak dapat dihindari.
Kegiatan mitigasi ini haris dipertimbangkan jauh sebelum keadaan darurat.
b. Fase Persiapan
Fase ini meliputi pengembangan rencana untuk apa yang harus dilakukan sebelum
peristiwa terjadi, dan tindakan yang akan menigkatkan peluang untuk dapat
menangani keadaan darurat. Jika mitigasi lebih bertujuan untuk mencegah terjadinya
bencana, maka fase persiapan ini berfokus pada penyiapan kelengkapan dan prosedur
yang digunakan ketika bencana terjadi.
c. Fase Respon
Tindakan respon dilakukan segera setelah terjadinya bencana untuk mengurangi
dampak yang ditimbulkan, seperti korban jiwa, dan kerugian ekonomi. Fase ini juga
meliputi mobilisasi relawan, transportasi, komoditi untuk menjangkau dan
menyelamatkan korban bencana.
d. Fase Pemulihan
Fase ini dilakukan untuk mengembalikan ke keadaan semula atau mendekati keadaan
semula. Hal ini termasuk pemulihan pelayanan dasar dan perbaikan kerusakan fisik
fasilitas, sosial, dan ekonomi. Fase ini dapat dilakukan tepat setelah bencana terjadi.

2.3 Pengertian Kebakaran


Kebakaran merupakan salah satu bencana yang sangat sering terjadi khusunya di
daerah perkotaan padat penduduk. Penanggulangan bahaya kebakaran merupakan salah satu
bagian dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Berikut beberapa contoh perundang
undangan mengenai pencegahaan dan penanggulangan bahaya kebakaran :
a. Perda Pemko Medan No. 16 Tahun 2002 pasal 8 tentang Penanggulangan Bahaya
Kebakaran dengan kewajiban pemasangan Hidran.
b. Peraturan Menteri Pekerja Umum No.26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
c. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No.11/KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan. Selama
tahun 2012 2013 tercatat sekitar 9 kasus kebakaran di Medan, sedang di Jakarta
setiap tahun timbul kasus kebakaran 800 kasus dengan rata rata 67 kali perbulan
atau dua kali setiap harinya. Tingginya angka kebakaran ini sangatlah
memprihatinkan dan sejauh ini belum diupayakan secara maksimal untuk
mencegah dan mengendalikan kebakaran.
2.4 Faktor Penyebab Kebakaran
Kebakaran merupakan peristiwa yang selalu identik dengan api, seperti yang
diungkapkan oleh Anizar (2009: 22) api adalah reaksi kimia eksotermik yang disertai
timbulnya panas/kalor, cahaya (nyala), asap dan gas serta bahan yang terbakar. Dalam
terjadinya api memerlukan tiga (3) unsur pembentuk api, yaitu bahan bakar, panas, dan
oksigen yang selanjutnya disebut teori segitiga api. Segitiga api merupakan sebuah bangun
dua dimensi berbentuk segitiga sama sisi, dimana setiap sisinya mewakili salah satu dari
ketiga unsur pembentuk api. Menurut teori ini, kebakaran akan terjadi apabila ketiga unsur
tersebut saling bereaksi satu sama lain, tanpa adanya salah satu unsur dalam teori ini maka
api tidak akan terjadi. Pembahasan tersebut turut didukung oleh Ramli (2010: 16), api tidak
timbul begitu saja namun merupakan suatu proses kimiawi antara uap bahan bakar dengan
oksigen dan bantuan panas.

2.5 Potensi Kebakaran


Potensi Kebakaran Potensi kebakaran timbul dari suatu pekerjaan panas yang tidak
dilakukan dengan baik dan benar serta sesuai dengan standar yang berlaku. Potensi kebakaran
timbul dari pekerjaan panas yang mengandung tindakan tidak aman (unsafe action) dan
kondisi tidak aman (unsafe condition) dalam pelaksanaan pekerjaannya. Oleh karena itu,
idealnya faktor tersebut harus dikendalikan dengan tujuan pelaksanaan pekerjaan panas yang
aman baik bagi pekerja ataupun aset perusahaan dari bahaya kebakaran. Potensi kebakaran
dapat dikendalikan dengan langkah-langkah upaya pencegahan dan penanggulangan
kebakaran, sehingga pekerjaan yang dilakukan menjadi pekerjaan aman. Namun apabila
potensi kebakaran yang timbul tidak dikendalikan, maka potensi kebakaran menjadi tinggi
pada pekerjaan panas yang dilakukan (Sahab, 1997: 69).

2.6 Upaya Penanggulangan dan Pencegahan Kebakaran


Mengelola bahaya kebakaran harus dilakukan secara terus menerus selama kegiatan operasi masih
berlangsung. Pada kenyataannya pencegahan kebakaran merupakan suatu proses yang sering
diabaikan oleh semua pihak, padahal pencegahan dan penanggulangan kebakaran merupakan tahapan
strategis dalam rangka mencegah terjadinya peristiwa kebakaran (Ramli, 2010: 137). Upaya
pencegahan dan penanggulangan kebakaran dapat ditempuh melalui sebagai berikut:
- Kebijakan manajemen
- Organisasi dan prosedur
- Identifikasi bahay kebakaran
- Pembinaan dan pelatihan
- Sistem proteksi
- Inspeksi kebakaran
- Perlindungan bangunan lain.
- Pengendalian bahaya kebakaran.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus Kebakaran Pabrik Kembang Api


TABGERANG,KOMPAS Terkuncinya pintu gerbang pabrik kembang api di Kosambi,
Kabupaten Tangerang, yang terbakar dan meledak pada Kamis (26/10)pagi, diduga menjadi
penyebab banyaknya korban ytewas terjebak api. Sebanyak 47 orang tewas, sebagian besar
remaja.
Wakil Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Brigadir Jenderal (Pol) Purwadi Arianto
yang mendatangi lokasi kejadian pada Kamis malam mengatakan, dari jumlah korban yang
sudah di evakuasi dari lokasi, masih tersisa 10 pegawai yang belum ditemukan.
Purwadi menjelaskan, kebanyakan terjadi di dekat pintu sehingga pekerja sulit keluar.
Pintu hanya satu sehingga korban terjebak didalam pabrik, kata Purwadi. Sampai pukul
23.00, sudah 22 keluarga yang dating ke posko ante mortem RS Polri Kramatjati. Jumlah
kantong jenazah yang dibawa ke RS Polri sebanyak 47. Dugaan adanya ledakan besar dalam
peristiwa itu dipicu oleh api yang mengenai bahan-bahan kimia di dalam pabrik.

Kronologi kejadian :
Sekitar pukul 09.00
- Ledakan hebat disusul kebakaran terjadi dipabrik kembang api di Kosambi.
- Percikan api pertama diliohat oleh dua pekerja bangunan disekitar lokasi.
- Ledakan bersumber dari arah depan gedung, kemudian menjalar kebelakang.
- Ada 103 karyawan di dalam pabrik yang sedang melakukan proses produksi.

Pukul 10.30
- Petugas pemdam kebakaran dating dan memadamkan api.
Pukul 12.30
- Api berhasil dilokalisasi oleh sekitar 11 unit mobil pemadam.
- Petugas dari kepolisian, medis, dan pemadam kebakaran mengevakuasi korban.
Pukul 17.30
- Evakuasi dinyatakan selesai dan dilanjutkan proses sterilisasi.
3.2 Analisis Kasus
Didalam kasus kebakaran yang terjadi di pabrik kembang api PT Panca Buana
Cahaya Sukses penyebab langsung nya yaitu karna percikan api dari pengelasan yang
mengenai bahan-bahan kimia. Adapun penyebab lainnya yaitu izin usaha, system manajemen
k3, penerapan UU ketenagakerjaan.
1. PENYEBAB
a. Izin Usaha
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mengatakan pabrik mercon milik PT
Panca Buana Cahaya Sukses itu memiliki izin lengkap mulai dari izin industri, izin
lingkungan, hingga izin mendirikan bangunan.
Awalnya, pabrik itu beroperasi dengan izin gudang. Lalu tahun 2015 sesuai
permintaan pemiliknya, statusnya ditingkatkan sebagai manufaktur. Tahun 2016, izin
industrinya diterbitkan dan tahun 2017 diperpanjang lagi sejak dua bulan lalu.
Meski mengantongi izin, belakangan diketahui ada perizinan yang dilanggar.
Pelanggaran ini membuat izin pabrik dicabut oleh Pemkab Tangerang.
"Izin usaha industri dan di sana dijelaskan ditandatangani oleh direksi,
pekerjanya jauh di bawah 100 hanya 10 orang. Jadi proposal semuanya dengan luasan
sedemikian rupa, hanya 10 15 orang masih memungkinkan, tapi ketika kita tahu ada
100 orang pekerja kemudian ada pelanggaran bangunan sudah pasti dicabut," ucap
Zaki, Minggu (29/10/2017) malam.
Adanya ketidak sesuaian pada saat memberikan izin dan setelah diberikannya
izin menandakan kurang pengawasan dari pihak terkait sehingga terjadinya
pelanggaran yang tidak diketahui. Pada saat mengajukan izin pendirian sebuah
industry yang memiliki risiko terjadinya bencana harus melalaui serangkaian tahap
yang harus dipenuhi, seperti dilakukannya pengkajian (AMDAL) analisis mengenai
dampak lingkungan dari pendirian industry tersebut. PT Panca Buana Cahaya Sukses
merupakan pabrik kembang api yang terbuat dari bahan-bahan berbahaya B3
termasuk memiliki potensi tinggi terhadap bahaya ledakan dan kebakaran dan
tetntunya perlu dilakukan pengelolaan limbah B3 sesuai dengan PP RI No 101 tahun
2014 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun yang bertujuan untuk
menghilangkan atau mengurangi risiko yang dapat ditimbulkan dari limbah B3 yang
telah dihasilkan.
Tidak dilakukannya penerapan system ijin kerja pada PT Panca Buana Cahaya
Sukses yang berada pada tahap pelaksanaan dalam sebuah system manajamen
kebakaran menjadi salah satu penyebab terjadinya kebakaran pabrik kembang api di
kosambi, ijin kerja ini diperlukan dengan tujuan untuk mengendalikan potensi bahaya
yang berhubungan dengan pekerjaan. Ijin kerja adalah suatu dokumen tertulis sebagai
persyaratan untuk melaksanakan pekerjaan berbahaya dengan memperhatikan bahaya
potensial yang ada, dan harus dikendalikan baik terhadap keselamatan personil,
peralatan, lingkungan, instalasi dan keterlangsungan operasional, serta langkah
pencegahan yang harus dilakukan.

b. Sistem Manajemen K3
Penyelidikan polisi dan kesaksikan dari korban selamat menguak awal
mula kebakaran pada Kamis pagi itu. Api berasal dari percikan yang muncul saat
sebagian pekerja mengelas asbes. Percikan itu diduga menyambar ke bahan-bahan
baku kembang api dan petasan banting yang mudah terbakar.
Kobaran cepat api dan minimnya akses keluar masuk juga dituding sebagai
penyebab banyaknya korban meninggal, kesulitan menyelamatkan diri.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Hanif Dhakiri mengatakan dari segi
konstruksi bangunan sendiri, pabrik ini lebih mirip seperti gudang. Sarana, prasarana,
dan keselamatan kerjanya tidak memadai.
"Yang terkait K3 ada beberapa SOP untuk penimbunan, penggunaan,
kemudian produksi bahan berbahaya ini SOP lebih tinggi, soal panas saja ada diatur
sarana prasarana yang baik untuk mengendalikan panas," ujar Hanif ketika
berkunjung ke pabrik, Minggu (29/10/2017).
Tidak diterapkannya system manajemen k3 yang baik dan benar merupakan
salah satu penyebab terjadinya kebakaran pada pabrik kembang api. Adanya
pengelasan pada saat proses produksi berlangsung tentunya menunjukan tidak adanya
system dan tidak diterapkannya aspek k3 sehingga memicu terjadinya kebakaran ynag
berpotensi pada bahaya baik bagi manusia, harta benda maupun lingkungan. Dalam
setiap pekerjaan yang melibatkan pihak manusia/pekerja berarti pekerjaan tersebut
memiliki potensi bahaya kerja yang ditimbulkan dari kelalaian manusia. Salah satu
kelalaian yang terjadi yaitu faktor manusia yang kurang peduli terhadap keselamatan
dan bahaya kebakaran seperti dilakukannya pengelasan asbes pada saat produksi.
Peran pengelola dalam melaksanakan kebijakan K3 jmerupakan faktor penting
yang harus dilakukan dalam menekan angka kecelakaan kerja. Apabila pihak
pengelola tidak menetapkan aturan/prosedur kerja yang jelas dalam setiap pekerjaan
yang dilakukan, maka tidak ada tanggungjawab yang dibebankan pada setiap pekerja
terhadap keselamatan dalam bekerja. Terkait kasus kebakaran pada pabrik kembang
api ini tidak adanya peran pengelola seperti :
- Tidak adanya komitmen yang dari pengelola terhadap pelaksanaan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3).
- Belum maksimal dalam pengawasan terhadap kegiatan pekerja, baik dikarenakan
kekurangan personil ataupun kesadaran tentang K3.
- Tidak adanya standar yang jelas dalam pelaksanaan K3.
- Tidak ada atau kurangnya sistem penanggulangan bahaya kebakaran berupa
sistem proteksi kebakaran, baik sistem proteksi aktif ataupun sistem proteksi pasif
tidak diawali dengan baik.
- Tidak dilakukan pelatihan penanggulangan kebakaran bagi pekerja ataupun mitra
kerja hal ini tentu tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI no 186
tahun 1999 tentang Uit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.
- Disekitar pabrik juga tidak ada ditemukan hidrant air padahal merupakan suatu
kewajiban pemilik pabrik untuk menyediakan hidrant air apalagi pabrik tersebut
bahan baku dan bahan jadinya adalah karet yang resiko kebakaran sangat tinggi.
Perbuatan pemilik pabrik yang tidak menyediakan hidrant air disekitar pabrik
dapat dikualifisir sebagai bentuk kelalaian pemilik pabrik.
- Pada kasus ini juga terdapat adanya keteledoran,dimana pada waktu kebakaran
pintu darurat yang seharusnya digunakan untuk menyelamatkan diri saat itu,
dalam kondisi terkunci sehingga menyulitkan karyawan keluar. Dan sistem
pemadaman kurang baik dimana alat-alat pemadam api yang dimiliki Pabrik tidak
berfungsi dengan baik karena peletakan dan pemeliharaan yang kurang
tepat. Dalam hal ini melanggar PERMEN No. 4 Tahun 1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan pasal 4 ayat 1
yaitu Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada
posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta
dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.

c. Penerapan UU Ketenagakerjaan
Bupati Tanggerang, Ahmed Zaki Iskandar, menjelaskan izin pabrik kembang
api PT Panca Buana Cahaya Sukses terdaftar sejak 2015 dan baru mendapat izin
usaha industri pada tahun ini.
Menurutnya, perusahaan ini 'nakal' lantaran melanggar soal aturan pelaporan
jumlah pekerja. Ketika pertama kali melapor, perusahaan ini hanya memiliki 10
pekerja yang kemudian meningkat menjadi 35 orang menjelang proses produksi.
Namun pada saat kebakaran terjadi, terdapat 103 buruh yang bekerja pada saat itu, 48
di antaranya meninggal dan kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak.
Kesaksian para korban selamat mengatakan banyak anak bekerja, dari usia 13
hingga 17 tahun. Mereka direkrut oleh mandor untuk kerja dengan upah harian.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan melarang anak atau
mereka yang berusia di bawah 18 tahun untuk bekerja pada pekerjaan yang
membahayakan bagi kesehatan, keselamatan, atau moral anak. Dipekerjakannya anak
dibawah umur pada PT Panca Buana Cahaya Sukses tentunya sudah dilakukan
pelanggaran hukum.

2. Jenis Bahan Kimia


Bahan baku kembang api kawat jika diurai, ada tiga komponen utama
kembang api kawat: bahan bakar bubuk logam, oksidator, dan pengikat reaksi
(binder).
- Bahan bakar bubuk logam yang biasa dipakai adalah serbuk besi, sulfur, tembaga,
aluminium, magnesium, barium, stronsium, atau titanium. Pemilihan bahan
tergantung warna yang diinginkan saat bunga api terbakar: apakah putih, kuning
keemasan, merah, hijau, atau biru, dan sebagainya.
- Proses oksidasi berperan penting. Oksidator yang sering dipakai adalah kalium
klorat, kalium nitrat, atau kalium perklorat. Hampir 50-60 persen dari setiap satu
batang kembang api kawat adalah oksidator.
- Saat dipanaskan, senyawa pengoksidasi ini membusuk alias dekomposisi. Proses
ini memicu reaksi terbakarnya bubuk logam, menimbulkan efek cipratan bunga
api akibat bereaksi dengan oksigen

Efek Ledakan
- Sebagai pabrik kembang api kawat, PT Panca Buana Cahaya Sukses sangat
mungkin memiliki bahan baku kalium klorat atau kalium nitrat, senyawa bahan
peledak berkekuatan rendah.
- Kalium klorat identik dipakai sebagai bahan baku bom oleh kelompok Taliban
sejak perang melawan Uni Soviet dekade 1980-an. Di Indonesia, bahan baku
pentul korek api ini lazim dipakai kelompok teroris. Sepanjang aksi teror
kelompok Jamaah Islamiyah dekade 2000-2010, senyawa ini ditemukan pada tiap
aksi teror. Misal, 300 kilogram pada Bom Marriot 2003 atau 400 kilogram saat
Bom Kedubes Australia 2004.
- Reaksi peledak berdaya rendah hanya lewat proses pembakaran. Ini berbeda dari
peledak berdaya tinggi seperti trinitrotoluena (TNT) yang menyulut reaksi
menghancurkan struktur molekul kimianya. Itulah sebabnya efek gelombang
ledakan (blast wave) kalium nitrat tak sebesar seperti senyawa kimia nitrogliserin,
TNT, nitroselulosa, atau RDX.
- Saat bom meledak, area di sekitar ledakan menjadi overpressurized. Artinya,
ledakan menghasilkan partikel udara yang sangat terkompresi dan bergerak lebih
cepat ketimbang kecepatan suara. Istilah ini disebut blast wave atau gelombang
ledakan.
- Blast wave akan menghilang seiring waktu dan jarak serta hanya muncul dalam
hitungan milidetik, menimbulkan kerusakan luar biasa. Dan ketika blast
wave mengenai struktur atau orang, ia memicu hempasan.
- Bom juga menghasilkan ledakan angin. Udara seketika bergerak cepat dan
mendadak kosong. Sebentar kemudian udara terisi kembali. Ia mendorong benda-
benda terfragmentasi; kaca dan puing-puing ditarik kembali ke arah sumber
ledakan.
- Dalam kasus ledakan pabrik kembang api di Kosambi, pekan lalu, Profesor
Irwandy Arif, ahli peledak dari Institut Teknologi Bandung, menyebut bahwa
ledakan ini tidak terhitung dalam kategori high explosive. Jika memang ada high
explosive, konstruksi tiang-tiang pancang penyangga atap di dalam pabrik sudah
ambruk seluruhnya akibat tak kuasa menahan gelombang ledakan dan gelombang
kejut. Begitu juga bakal menghancurkan beton pembatas pabrik dan gerbang
utama. Selain itu, bakal tampak kawah akibat bekas ledakan.

3. Dampak terhadap Kesehatan Lingkungan


- Pencemaran udara karna asap yang dihasilkan mengandung bahan-bahan kimia
berbahaya yang dapat mengganggu pernafasan.
-
PUSTAKA

http://yunisuryani11.blogspot.co.id/2013/06/k3-kebakaran.html (diakses tanggal

1/12/2017)

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320604-S-Putri%20Novianty.pdf diakses tanggal

1/12/2017)

http://lib.unnes.ac.id/20602/1/6411410015-S.pdf diakses tanggal 1/12/2017)

http://megapolitan.kompas.com/read/2017/10/30/10153601/4-pelanggaran-pabrik-

mercon-di-tangerang-yang-berujung-kebakaran diakses tanggal 1/12/2017)

http://megapolitan.kompas.com/read/2017/10/27/06035311/detik-detik-meledak-dan-

terbakarnya-pabrik-mercon-di-tangerang diakses tanggal 1/12/2017)

http://www.bbc.com/indonesia/vert-tra-41813027 diakses tanggal 1/12/2017)

https://tirto.id/apa-kata-pakar-ledak-dan-forensik-soal-ledakan-pabrik-kembang-api-

czme diakses tanggal 1/12/2017)

http://e-journal.uajy.ac.id/9804/3/2TI06762.pdf diakses tanggal 1/12/2017)

Anda mungkin juga menyukai