Anda di halaman 1dari 55

PENGANTAR FARMAKOLOGI 2

FARMASI
FMIPA-UNPAK
toksikologi farmasi UNPAK 2
KONTRAK KULIAH
FARMAKOLOGI II
• Nama Mata kuliah : Farmakologi II
• Jumlah SKS : 3 (2 T/1 P)
• Jadwal : Selasa jam 07.30-09.10
• Dosen Pengampu
– UTS : Nina Herlina.,S.Farm.,M.Si
– UAS : Apt.Lusi Agus S.,M.Farm
Tujuan
Menjelaskan dinamika kemoterapeutik dan efeknya
terhadap agent penyakit seperti bakteri, virus, fungi,
parasit baik endomaupun ektoparasit dan kanker serta
efek sampingnya pada induksemang
Referensi
a. Harvey RA and Champe PC.1997. Pharmacology Lippinscott,s Illustrated Reviews 2
nd edition

b. Mutschler E. 1991 Dinamika Obat , ITB.

c. Katzung, B. G. 1992. Basic and Clinical Pharmacology. 5th Ed. Appleton & Lange
Norwalk, Connecticut.

d. Ganiswarna, S. G. Setyabudi, R. Suyatna, F. D. Purwatyastuti. dan Nafrialdi. 1995.


Farmakologi dan Terapi. Ed. 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.

6
EVALUASI
• Daftar Kehadiran (DHMD),
• Nilai UTS,
• Nilai Tugas (Individu & kelompok),
• Nilai Praktikum (jika ada),
• Nilai UAS
Tanggal
JADWAL TENTATIF Pokok Bahasan Dosen

22/09/2020 Antibiotik beta laktam(penisilin sefalosporin) Nina Herlina


29/09/2020 aminoglikosida, makrolida dan tetrasiklin Nina Herlina
6/10/2020 Antibiotik golongan sulfonamid, kloramfenikol dan Nina Herlina
tiamutilin
13/10/2020 Antituberkulosis dan antilepra Nina Herlina
20/10/2020 antiseptik dan desinfektan Nina Herlina
27/10/2020 Antibiotik beta laktam(penisilin sefalosporin) Nina Herlina
UTS
17/11/2020 Antiseptik dan Desnfektan Apt.Lusi Agus S.,M.Farm
24/10/2020 Antitumor I Apt.Lusi Agus S.,M.Farm
01/10/2020 Antitumor II Apt.Lusi Agus S.,M.Farm
A Min Rahminiwati
08/11/2020 B: Dewi Oktavia Gunawan Antiendoparasit Apt.Lusi Agus S.,M.Farm
C: Lusi Agus Setiani
D: Sara Nurmala
15/11/2020 E: Nina Herlina Antijamur Apt.Lusi Agus S.,M.Farm
F: Emma Nilafita K
22/11/2020 Antiviral Apt.Lusi Agus S.,M.Farm
29/11/2020 Interaksi Obat Apt.Lusi Agus S.,M.Farm

UAS Apt.Lusi Agus S.,M.Farm


Mekanisme Kuliah
• Kuliah daring di LMS UNPAK
• Akan ada minimal 4 aktivitas
– Absensi
• 3x tidak absen tanpa keterangan ➔ tidak bisa mengikuti
ujian
– Materi
– Teleconference
• BBB/Jitsi/google meet
– Tugas/Kuis
– Video pembelajaran
– Diskusi
9
ADA PERTANYAAN?

10
DASAR DASAR KEMOTERAPI
DEFINISI
• Kemoterapi :
terapi mengunakan obat – obat kimiawi untuk
memberantas penyakit infeksi yg disebabkan
mikroorganisme : bakteri, fungi, virus, protozoa, sel –
sel kanker (obat sitostatika), termasuk juga dalam
golongan ini adalah obat cacing.

• Antibiotik :
zat – zat kimia yang (dihasilkan oleh fungi & bakteri),
memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi
manusia relatif kecil.
KLASIFIKASI ANTIBIOTIKA

I. Berdasarkan mekanisme kerja, aktivitas antibiotik,


dibagi :
1. Bakterisid, yaitu antibiotik yang pada dosis biasa
berkhasiat mematikan kuman (bakteri).
irreversible
1.1. bekerja pada fase tumbuh
contoh : gol. Beta laktam (penisilin,
sefalosporin), gol. Polipeptida (polimiksin,
basitrasin); rifampicin; asam nalidiksat, dan
gol. Kinolon.
1.2. bekerja pada fase istirahat
contoh : gol. Aminoglikosida, nitrofurantoin,
INH, kotrimoksazol.
KLASIFIKASI ANTIBIOTIKA

2. Bakteriostatis, yaitu antibiotik yang pada dosis


biasa berkhasiat menghentikan / menghambat
pertumbuhan dan perbanyakan kuman
(pembiakan), pemusnahan kuman dilakukan oleh
sistem imun dari tubuh sendiri (inang/hospes) dg
jalan fagositosis (dimakan oleh limfosit).
contoh obat : sulfonamid, kloramfenikol,
tetrasiklin, makrolida, linkomisisn, asam fusidat,
PAS (p-aminosalisilat).
KLASIFIKASI ANTIBIOTIKA
II. Berdasarkan luas aktivitasnya
1. Antibiotik spektrum sempit (narrow-spectrum)
yaitu antibiotika yang aktif terhadap beberapa
jenis kuman saja, contoh : penisilin G & V,
eritromisin, klindamisin, kanamisin, asam fusidat
(hanya bekerja terhadap kuman gram-positif);
streptomisin, gentamisin, polimiksin-B, dan asam
nalidiksat (hanya aktif terhadap bakteri gram
negatif)
2. Antibiotik spektrum luas (broad-spectrum),
yaitu antibiotik yang bekerja terhadap lebih
banyak jenis kuman baik bakteri gram positif
maupun gram negatif. Contoh obat : sulfonamida,
ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasikiln,
rifampisin.
KLASIFIKASI BAKTERI
• Pengolongan bakteri yang mempunyai makna
(manfaat) dalam poses terapi adalah pengolongan
menurut dr. Gram, secara garis besar bakteri
dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :

– Bakteri gram positif : yaitu bakteri dengan struktur


dinding sel tertentu sehingga memberikan warna
(positif) terhadap pengecatan gram

– Bakteri gram negatif : yaitu bakteri dengan struktur


dinding sel tertentu yang negatif terhadap
pengecatan gram.
Spektrum
20
Indeks Terapeutik Kemoterapi
• rasio antara dosis toksik dan dosis
terapeutik untuk obat tersebut.
• Indeks terapi ➔ sempit
MEKANISME KERJA
ANTIBIOTIKA
MEKANISME KERJA ANTIBIOTIKA

1. Penghambatan sintesis dinding sel


jika sintesis dinding sel terganggu maka dinding sel menjadi
kurang sempurna & tekanan osmotik dalam sel kuman lebih
tinggi daripada di luar sel shg terjadi kerusakan dinding sel
kuman, akibatnya pecah/lisis.
contoh obat : penisilin, sefalosporin, basitrasin, sikloserin,
vankomisin.

2. Penghambatan fungsi membran sel


molekul lipoprotein di dalam dinding sel yg semi permeabel
diganggu sintesisnya shg menjadi lebih permeabel. Akibatnya
zat-zat penting (isi sel) dapat merembes keluar maka sel
rusak / mati.
contoh obat : polimiksin, polien (nistatin, amfoterisin B), azol /
imidazol (mikonazol, ketokonazol, klotrimazol).
MEKANISME KERJA ANTIBIOTIKA

3. Penghambatan sintesis protein sel


sintesis protein bakteri di ribosom diganggu oleh antibiotik dg
berbagai cara.
contoh obat : aminoglikosida, tetrasiklin, makrolida
(eritromisin), kloramfenikol, linkomisin.

4. Penghambatan sintesis asam nukleat / asam inti (DNA,


RNA).
contoh : rifampisin berikatan dg enzim polimerase-RNA shg
menghambat sintesis RNA & DNA oleh enzim tsb.

5. Penghambatan metabolisme sel bakteri (antagonisme


kompetitif).
antibiotik menyaingi zat-zat penting untuk metabolisme
kuman shg pertukaran zatnya terhenti, dihasilkan efek
bakteriostatik.
contoh : sulfonamid, trimetoprim, PAS, INH, pirimetamin.
PEMILIHAN ANTIBIOTIKA
• Jika harus dipilih beberapa obat antibiotika yang mempunyai
aktivitas dan sifat farmakokinetik kurang lebih sama maka
dipilih obat dengan pertimbangan :
1. Antibiotik bakterisid lebih dipilih daripada bakteriostatik
2. Antibiotik dengan daya penetrasi kuat ke dalam organ atau
CCS lebih disukai karena obat lebih mudah diserap
ketempat infeksi, contoh obat dg penetrasi baik ke dalam
jaringan : amoksisilin, linkomisin, rifampisin. Spiramisin
berpenetrasi baik khusus ke dalam jaringan mulut dan
tenggorokan. Sulfonamid, kloramfenikol, rifampisin, adalah
obat dg penetrasi baik ke dalam CCS shg menjadi pilihan
utama pd meningitis.
3. Antibiotik dengan pemakaian 1-2 kali sehari lebih disukai
dari pada 3-4 kali sehari (meningkatkan kepatuhan minum
obat).
4. Antibiotik yang terikat protein plasma rendah lebih
diutamakan, karena prosentase obat bebas besar shg yg
didistribusikan ketempat infeksi juga besar.
PEDOMAN PENGGUNAAN OBAT

1. Dosis obat dipilih yg tinggi hingga kadar obat di tempat infeksi


melampui MIC (Minimum Inhibitory Concentration) untuk
kuman.

2. Frekuensi pemakaian tergantung t½ obat (ukuran kecepatan


eliminasi). Antibiotik dg t½ pendek, pemberiannya sampai 5x
sehari, sedangkan obat dg t½ panjang, pemberiannya 1x
sehari bahkan 1x seminggu.

3. Lama terapi dg kemoterapetik harus cukup panjang untuk


menjamin semua parasit mati &
menghindarkan kambuhnya penyakit, biasanya terapi terus
dilanjutkan 2-3 hari setelah gejala hilang, untuk lepra dan tbc
sering kali butuh waktu bertahun-tahun.
EFEK SAMPING ANTIBIOTIK
• Pengunaan antibiotika yang tidak tepat skema penakarannya
dapat menggagalkan terapi dan menimbulkan efek samping
sbb :

1. Resistensi sel bakteri : suatu sifat tidak terganggunya


kehidupan sel bakteri oleh antibiotik. (resistensi primer,
sekunder, episomal, & resistensi silang).
• Bahaya resistensi bakteri : pengobatan infeksi lebih sulit,
lama sakit bertambah, komplikasi, kematian meningkat.
• Pencegahan resistensi bakteri :
a. dosis obat relatif tinggi (dibanding dosis efektif minimal),
selama waktu agak singkat, sbg ganti kur panjang tanpa
istirahat. Bila mungkin, lama terapi maksimal 5 hari.
b. penggunaan kombinasi (2 / lebih antibiotika), terutama pd
TBC, lepra, kanker.
c. pembatasan penggunaan antibiotika hanya untuk penyakit
infeksi parah (karena kuman berbahaya) & tidak untuk
membasmi kuman biasa (mis : sakit tenggorokan, radang
telinga luar).
EFEK SAMPING ANTIBIOTIK

2. Sensitasi

• antibiotik menjadi lebih peka setelah dipakai topikal shg


pasien menjadi hipersensitif. Bila antibiotik yg sama
digunakan sistemik (p.o. / parenteral) terjadi alergi (gatal,
kemerahan, bentol, demam, kelainan darah, shock
anafilaktis, fatal !).

• Pencegahan sensitasi : jangan menggunakan antibiotik


tertentu (penisilin, kloramfenikol, sulfonamid) sbg BSO topikal
(lotion, krim, salep).

• Contoh obat yg jarang menimbulkan sensitasi & banyak


digunakan secara topikal : framisetin, fusidat, tetrasiklin.
EFEK SAMPING ANTIBIOTIK

3. Supra-infeksi

• infeksi sekunder dg parasit berlainan (parasit yg berubah patogenitasnya) yg


timbul di atas infeksi primer.

• Penyebab supra infeksi : terapi antibiotik jangka lama; dosis antibiotik yg kurang;
sistem imun pasien pengguna antibiotik terganggu; karena penggunaan antibiotik
spektrum luas sehingga mengganggu keseimbangan antar bakteri di dalam usus,
sal. nafas, & kemih. Kelompok mikroorganisme yg lebih kuat & resiten kehilangan
saingan shg menjadi lebih dominan & terjadi infeksi baru.

• Contoh obat yang menimbulkan supra-infeksi : ampisilin, kloramfenikol, tetrasiklin.

• Gejala supra infeksi : stomatitis; radang saluran nafas, usus, saluran kencing;
infeksi kulit & kandidiasis, bahkan diare.

• Pencegahan supra infeksi : awasi adanya gejala supra infeksi, pemberian


antibiotik spektrum sempit lebih dianjurkan dari pada spektrum luas, waktu
penggunaan antibiotik sebaiknya ≥ 1 minggu (maksimal 5 hari) dg dosis rasional.
EFEK SAMPING ANTIBIOTIK

4. Toksisitas antibiotik yg langsung pd organ.


• Beberapa antibiotik menimbulkan kerusakan pd organ tertentu.
• Tabel : toksisitas organ yg ditimbulkan oleh beberapa antibiotik & hal-hal
yg perlu diwaspadai.

Antibiotik Tempat Hal yg perlu diwaspadai


toksisitas
Penisilin Otak 1. Hndari pemberian dg injeksi intratekal /
Sefalosporin spinal.
2. Lakukan pemantauan terhadap pasien dg
riwayat konvulsi & gagal ginjal, jika diberi
antibiotik tsb.
Gentamisin Telinga bagian 1. Jangan menggunakan bersamaan dg
Vankomisin dalam (ototoksik) obat lain yg menggeanggu fungsi telinga,
Eritromisin (jarang) mis : diuretik furosemid.
2. Pastikan sebelum, selama & setelah
terapi, bahwa fungsi pendengaran &
keseimbangan pasien tetap baik.
3. Bila pasien mengalami tinitus (telinga
berdenging), segera laporkan pd
prescriber.
• Lanj. Tabel

Antibiotik Tempat toksisitas Hal yg perlu diwaspadai

Tetrasiklin Tulang & gigi yg Jangan memberikan antibiotik ini pd


sedang tumbuh ibu hamil & anak < 8 tahun.

Eritromisin Hepar (jepatotoksik) 1. Penggunaan jangka lama,


Rifampisin sebaiknya dilakukan tes
Tetrasiklin laboratorium sebelum & selama
terapi secara teratur untuk
Sefalosporin (jarang) memantau fungsi hati (awasi
kenaikan SGPT & SGOT).
2. Hindari penggunaannya pd
pasien dg riwayat abuse alkohol
atau mengalami fatty liver pd
kehamilannya.
Kotrimoksazol Pankreas 1. Hati-hati terhadap gejala vomitus
berat & nyeri yg menjalar ke
punggung.
2. Lakukan pemantauan kadar
glukosa darah.
Tetrasiklin Kulit (fotosensitifitas) Hindari kulit terkena sinar matahari
Asiklovir langsung, gunakan krim tabir
surya (sunscreen).
• Lanj. tabel

Antibiotik Tempat toksisitas Hal yg perlu diwaspadai

Gentamisin Ginjal (nefrotoksik) Sebaiknya melakukan


Kotrimoksazol pemeriksaan darah untuk
Vankomisin memantau nilai fungsi ginjal, atau
menggunakan obat alternatif lain
Sefalosporin (jarang) bila pasien menderita gangguan
Penisilin fungsi ginjal.
Tetrasiklin
Kloramfenikol Sumsum tulang belakang 1. Hindari penggunaannya pd
Kotrimoksazol pasien dg riwayat kelainan
Sefalosporin (jarang) sumsum tulang belakang &
sedang menggunakan obat
Asiklovir lain (mis : karbimazol) yg
berpotensi toksik terhadap
sumsum tulang belakang.
2. Sebaiknya melakukan
hitung sel darah lengkap.
EFEK SAMPING ANTIBIOTIK

5. Alergi &/ hipersensitifitas.

• Antibiotik dianggap sebagai antigen / alergen oleh tubuh, shg


tubuh membentuk antibodi (IgE) yg berikatan dg antigen tsb.
Ikatan Ag-Ab tsb mengikatkan diri pd mast cels (a.l. di mata ,
hidung, sal. nafas, & kulit) & kelamaan mast cels pecah
(degranulasi) serta melepaskan mediator (a.l. histamin) dg
akibat : ruam kulit, urtikaria, pruritus, bronkokonstriksi,
udema, hipersekresi mukus. Apabila pelepasan mediator tsb
secara menyeluruh (general release) maka dapat terjadi syok
anafilaktik, dg gejala : kolaps vaskuler, udema larings,
bronkospasme & henti jantung bahkan kematian). Contoh
obat yg sering menimbulkan syok anafilaktik : injeksi penisilin
(± 20 menit sesudah injeksi).
EFEK SAMPING ANTIBIOTIK

• Lanj. Alergi
• Cara menangani alergi / hipersensitifitas antibiotika :
1. Mengkaji riwayat alergi obat dg cermat, bila perlu lakukan uji
kepekaan obat.
2. Segera hentikan penggunaan obat bila ada gejala alergi
ringan/berat.
3. Gejala alergi ringan diatasi dg pemberian antihistamin /
kortikosteroid (p.o.).
4. Syok anafilaktik diatasi dg :
– pemberian injeksi adrenalin i.m., diulang tiap 5 menit
sampai ada perbaikan TD & denyut nadi).
– Pemberian O2 dan antihistamin (klorfeniramin) i.v.
Pada anafilaktik parah / berulang kali dianjurkan
pemberian injeksi hidrokortison i.m. / i.v.
PENGGUNAAN KOMBINASI ANTIBIOTIK

• Pada umumnya penggunaan kombinasi antibiotik tidak


dianjurkan tetapi beberapa kombinasi dapat bermanfaat, yaitu :
– Infeksi campuran : (basitrasin +
polikmiksin), BSO topikal.
– Untuk memperoleh potensiasi : (sulfamotoksazol +
trimetropin = kotrimoksazol)
– Untuk mengatasi resistensi : (amoksisilin + asam-
Klavunolat)
– Untuk menghambat resistensi : khususnya pada infeksi
menahun TBC (rifampisin + INH + ethambutol)
– Untuk mengurangi toksisitas : (trisulfa = sulfadiazin,
sulfamerazin, sulfametazin, dan sitostatika).
ANTIBIOTIK GOLONGAN BETA-LAKTAM
(PENISILIN & SEFALOSPORIN)

I. GOLONGAN PENISILIN

• Penisilin-G dan turunannya merupakan bakterisid terutama


terhadap gram positif, hanya beberapa kuman gram negatif.
• Tak dapat dikombinasikan dengan bakteriostatik
(tetrasiklin,kloramfenikol, eritromisin dan asam fusidat).
• Efek samping yang perlu diwaspadai adalah reaksi alergi
karena hipersensitasi dan dapat menimbulkan shock
anafilaksis bahkan kematian.
• Semua penisilin dianggap aman untuk ibu hamil & laktasi.
Contoh obat gol. Penisilin :
1. Benzil penisilin (penisilin-G)

• untuk radang paru-paru, radang otak, pencegahan


sifilis, gonorhoe.
• Tidak tahan asam diberikan infus i.v. atau injeksi i.m.
• Distribusi ke jaringan intraseluler bagus, penetrasi ke
jaringan otak buruk tetapi menjadi lebih baik jika ada
radang selaput otak
• Dosis infeksi umum i.v./i.m 1-4 MU 4-6 dd dari garam
long aktingnya.
Contoh obat gol. Penisilin :

2. Ampisilin

• Mempunyai spektrum luas & tahan asam.


• Banyak digunakan untuk infeksi pernafasan (bronkitis kronis),
saluran cerna , saluran kemih, telinga, gonore, kulit dan
jaringan lunak.
• absorpsinya dari usus 30-40% (dikurangi oleh makanan),
plasma t½ 1-2 jam.
• dosis : infeksi umum (oral) 4dd 500 -1000 mg, a.c ; ISK : 3-4 dd
500 mg; gonorhoe: 1x3,5 g + probenesid 1 g, tifus 4 dd 1-2 g
selama 2 minggu.
• Efek samping : gangguan lambung-usus, alergi
Contoh obat gol. Penisilin :

3. Amoksisilin

• Merupakan derivat hidroksi dari ampisilin


• absorpsinya dari usus 80%
• Plasma - t½nya hampir sama dengan ampisilin, tetapi penetrasi
kejaringan tubuh lebih baik, ekskresi bentuk utuhnya pada urin
jauh lebih besar ± 70% sehingga lebih layak digunakan untuk
infeksi saluran kencing dibanding ampisilin.
• Dosis oral 3 dd 375-1000 mg, anak 3-10 thn 3 dd 250 mg,1-
3thn 3xsehari 125mg, 0-1 tahun 3xsehari 100mg, juga
diberikan i.m. / i.v.
• Efek samping : alergi, gangguan saluran G.I.
II. GOLONGAN SEFALOSPORIN

• Termasuk golongan beta laktam yang struktur, khasiat


dan sifatnya mirip penisilin.
• Merupakan antibiotik semi sintetik.
• Termasuk antibiotik spektrum luas & bakterisid pada
fase pertumbuhan kuman.
• Tidak terlalu peka terhadap beta-laktamase.
• Efek samping mirip dengan penisilin (obat oral : diare,
mual, muntah; alergi; gangguan ginjal pd generasi I).
• Resistensi dapat timbul dengan cepat jadi tidak boleh
digunakan sembarangan, cadangan untuk infeksi
berat.
• Resistensi silang dg penisilin dapat terjadi.
Penggolongan sefalosporin menurut khasiat dan
ketahanan/resistensinya terhadap
beta-laktamase :
• Generasi ke-1: sefalotin, sefazolin,sefadrin, sefaleksin
dan sefadroksil. Tidak tahan beta-laktamase.

• Generasi ke-2 : sefaklor, sefamandol, sefmetazol,


sefuroksim. Agak kuat tahan beta-laktamase.

• Generasi ke-3 : sefoperazon,sefotaksim, seftitokzim,


seftriakson, sefotiam, sefiksim. Lebih kuat tahan beta-
laktamase.

• Generasi ke-4 : sefepim dan sefpirom. Sangat


resisten / tahan beta-laktamase.
Penggunaan sefalosporin
• Sebagian besar sefalosporin diberikan parental terutama di RS
• Zat generasi ke-1 sering digunakan peroral pada infeksi
saluran kemih ringan dan obat pilihan ke-2 untuk infeksi saluran
pernafasan dan kulit yang tidak serius dan bila terdapat alergi
untuk penisilin.
• Zat generasi ke-2 / ke-3 digunakan parental pada infeksi
serius yg resisten amoksisilin dan sefalosforin generasi ke-1,
biasa dikombinasi dengan aminoglikosida untuk memperkuat
aktivitasnya & untuk profilaksis bedah jantung, usus, dan
ginekologi.
• Zat generasi ke-3 seftriakson & sefotaksim sebagai obat
pilihan pertama untuk gonorhoe.
• Penggunaan pada kehamilan hanya sefalotin dan sefaleksin,
yang lain belum ada cukup data. Obat generasi I, sefaklor,
sefotaksim, seftriakson dianggap aman untuk bayi.
ANTIBIOTIK GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA
• Dapat digolongkan menjadi :
– Streptomisin
– Kanamisin, amikasin, dibekasin, gentamisin, netilmisin,
tobramisin
– Neomisin, framisetin, dan paromomisin
• Merupakan antibiotik spektrum luas pengunaan untuk terapi
TBC (streptomisin & kanamisin).
• Aktivitasnya adalah bakterisid.
• Efek samping : (parenteral) terjadi kerusakan organ
pendengaran (irreversibel)dan merusak ginjal (reversibel).
Toksisitas tsb tidak tergantung dosis melainkan dari lama
pemakaian & jenis aminoglikosida, sebaiknya diberikan 1 – 2
dd.
• Obat golongan ini tidak dianjurkan selama hamil karena dapat
melewati plasenta dan merusak ginjal & ketulian pada janin.
Dapat diberikan selama laktasi.
ANTIBIOTIK GOLONGAN TETRASIKLIN

• Merupakan antibiotik spektrum luas dg aktivitas


bakteriostatik.
• Penggunaan untuk infeksi saluran nafas, saluran
kemih, kulit dan mata
• Efek samping : (oral) mual, muntah, diare; supra-
infeksi; kerusakan pada tulang & gigi yg sedang
tumbuh; fotosensitasi (kulit peka cahaya, jangan kena
sinar matahari); kemungkinan hepatotoksik (pd ibu).
• Tetrasiklin tidak boleh diberikan bersama makanan yg
kaya Fe, Ca, & Zn (khususnya susu) & antasida.
Sebaiknya tetrasiklin diminum 1 jam a.c. atau 2 jam
p.c.
• Tidak boleh diberikan pada ibu hamil terutama setelah
bulan ke-4, menyusui dan anak dibawah 8 tahun.
ANTAGONISME & SINERGISME

• Pada umumnya penggunaan kombinasi antibiotik dari


berbagai kelompok menghasilkan potensiasi/adisi
(sinergisme) tetapi dapat juga menimbulkan
antagonisme (penurunan / peniadaan efek terapi).

• Contoh adisi : kombinasi penisilin dan sulfa.

• Contoh antagonisme : kombinasi penisilin /


sefalosporin dengan tetrasiklin / kloramfenikol, hal ini
karena penisilin/sefalosporin aktif ketika bakteri
tumbuh (bakterisid) sedangkan
tetrasiklin/kloramfenikol merupakan bakteriostatik.
RESISTENSI kemampuan bakteri untuk bertahan hidup
dari efek serangan antibiotik.

• Obat tidak dapat mencapai tempat kerjanya di


dalam sel mikroba
– karena:menghilang atau bermutasinya porin pada kuman gram negatif,
kuman mengurangi mekanisme transpor aktif yang memasukkan
antimikroba(AM) ke dalam sel (gentamisin), mikroba mengaktifkan
pompa efluks yang untuk membuang keluar AM dalam sel (tetrasiklin).

• Inaktivasi obat
– resistensi terhadap golongan aminoglikosida dan beta laktam (penisilin dan
sefalosporin) karena mikroba mampu membuat enzim yang merusak kedua
golongan AM tersebut (enzim penisilinase

• Mikroba mengubah tempat ikatan AM.


• terlihat pada S. Aureus yang resisten terhadap metisilin (methicillin resistan S. aureus
= MSRA). Kuman ini mengubah penisilin binding proteinnya (PBP) sehingga
afinitasnya menurun terhadap metisilin dan antibiotika beta laktam yang lain
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai