Anda di halaman 1dari 18

Patogenesis Tuberkulosis

Tuberculosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi Karena kuman
dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi
dropletnuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam tergantung
pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk
dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap
kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan
Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi :
(Bahar, 2004)
Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas
berupa garis-garis fibrotik, klasifikasi di hilus.
Berkomplikasi dan menyebar secara :
Per kontinuitatum, yakni menyebar kesekitarnya
Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan
maupun paru di sebelahnya, kuman dapat juga
terte;an Bersama sputum dan ludah sehingga
menyebar ke usus.
Secara limfogen, ke organ tubuh lain lainya.
Secara hematogen, ke organ tubuh lain lainya.
Tuberculosis Sekunder
Kuman yang dormant pada tuberculosis primer
akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai
infreksi endogen menjadi tuberculosis dewasa
( tuberculosis post primer = TB sekunder).
Tuberculosis sekunder menjadi karena imunitas
menurun seperti malnutrisi, alcohol, penyakit
maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal.
Tuberculosis post primer ini dimulai dengan
sarang dini yang berlokasi di regio atas paru
(bagian apical posterior lobus superior atau
inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim
paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Klasifikasi tuberculosis
Berdasarkan organ tubuh yang terkena
1. Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang
menyerang jaringan (parenkim) paru.
2. Tuberculosis ekstra paru adalah tuberculosis
yang menyerang organtubuh selain paru seperti
pleura, selaput otak, selaput jantung, kelenjar
limfe, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin.
Berdasarkan bakteriologi
1. Tuberculosis paru BTA positif
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak
SPS hasilnya positif
2. Tuberculosis paru BTA negative
Paling tidak 3 spesimen dahak SPS, tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibody OAT,
berdasarkan tingkat keparahan penyakit :
Tuberculosis paru ekstra ringan seperti TB kelenjar
limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang kecuali
tulang belakang, sendi, dan kelenjar adrenal.
Tuberculosis ekstra paru erat seperti menigitis,
milier, pericarditis, pleuritis eksudativa bilateral,
TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan
alat kelamin.
3. Berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus baru, yakni pasien yang tidak mendapat
obat anti TB lebih dari 1 bulan.
Kasus kambuh, yakni pasien yang pernah
dinyatakan sembuh dari TB, tetapi kemudian
timbul lagi TB aktifnya.
Kasus gagal, (smear positive failure), yakni :
Pasien yang sputum BTA-nya tetap positif setelah
mendapat obat anti TB lebih dari 5 bulan.
Pasien yang menghentikan pengobatanya setelah
mendapat obat anti TB 1-5 bulan dan sputum BTA nya
masih positif.
Kasus kronik, yakni pasien yang sputum BTA nya
tetap positif setelah mendapat pengobatan ulang
(retreatment) lengkap yang disupervisi dengan
baik.
Manifestasi Klinis Tuberculosis

Demam
Batuk/batuk berdarah
Sesak napas
Nyeri dada
malaise
Komplikasi tuberkulosis
Sumber penularan adalah pasien Tuberculosis BTA positif.
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh
kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam
keadaan yang gelap dan lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
periksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan
oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup
udara tersebut.
Resiko penularan
Resiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan
percikan dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif
memberikan kemungkinan resiko penularan lebih besar
dari TB paru dengan BTA negatif.
Resiko penularan setiap tahunnya ditunjukan dengan
Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu
proporsi dan penduduk yang beresiko terinfeksi TB
selama satu tahun. ARTI sebesar 1% , berarti sepuluh
orang diantara seribu penduduk terinfeksi setiap tahun.
Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi
tuberkuli negatif menjadi positif.
Penatalaksanaan medis tuberkulosis
Klien dengan diagnosa TB aktif biasanya mulai
diberikan tiga jenis medikasi atau lebih untuk
memastikan bahwa organisme yang resisten telah
disingkarkan. lamanya pengobatan beragam, beberapa
program mempunyai dua fase yaitu :
Fase intensif yang menggunakan dua atau tiga jenis
obat, ditujukan untuk menghancurkan sejumlah besar
organisme yang berkembang baik dengan cepat
Fase rumatan, biasanya dengan dua obat diarahkan
pada pemusnahan sebagian besar basil yang masih
tersisa.
Pengobatan TB menggunakan obat kombinasi dengan
tidak menggangu bio-availabilitydari obat-obat
termasuk kombinasi obat-obatan tersebut dinamakan
FDC (Fixed Dose Combination), yang terdiri 2 jenis
tablet yaitu :
4FDC (Fixed Dose Combination) , setiap tablet
mengandung 75mg Isonasid (H),150mg Rifampisin,400
mg Pirazinamid(Z), dan 275 mg Etambutol (E). jenis ini
untuk pengobatan harian tahap intensif dan sisipan.
2FDC (Fixed Dose Combination) , setiap tablet
mengandung 150mg isonisaid, 150mg Rifampisin.
Jenis ini untuk pengobatan 3 kali seminggu tahap
lanjutan.
Selain itu tersedia obat lain untuk melengkapi panduan obat
kategori 2 yaitu tablet etambutol @ 400 mg, streptomisin
injeksi vial @ 750mg dan aquabides. Kombinasi obat-obatan
tersebut diberikan sesuai dengan penggolongan klasifikasi
penderita dengan kategori :
kategori 1 (2HRZE/4H3R3), diberikan untuk :
Penderita baru TB paru BTA positif
Penderita baru TB paru BTA negative atau pathogen positif (ringan
atau berat)
penderita TB ekstra paru (ringan atau berat)
kategori 1 (2HRZE/4H3R3), ada tambahan steptomisin (S),
diberikan untuk:
penderita TB paru BTA positif kambuh (relaps).
penderita TB paru BTA positif gagal.
Penderita TB bekas defaulter (lali) yang kembali dengan BTA positif.
Obat antituberkulosis
Nama dosis Efek toksik Pertimbangan
keperawatan
Isoniazid 5 mg/kg/hari Hepatitis Pantau enzim
(maksimum 300 Neuropati hepatic selama 3
mg/hari) Kenaikan enzim bulan pertama
hepatik pengobatan dan
pada klien yang
berusia 50 tahum
atau mereka
dengan
penyalahgunaan
alcohol dapat
menyebabkan
keletihan,
kelemahan,
anoreksia, malaise.
Nama dosis Efek toksik Pertimbangan
keperawatan

Rifampin 10 mg/kg/hari Gangguan Informasikan klien


(maksimum 600 pencernaan bahwa warna
mg/hari) diberikan perubahan warna urine,feses,
sebelum makan sekresi dan urine saliva,sputum,
menjadi orange keringat dan air
Reaksi febris mata menjadi
merah-orange jika
terjadi gejala GI
hebat.
Nama dosis Efek toksik Pertimbangan
keperawatan

Ethambutol 15-25 mg/kg/hari Neuritis optic Pemeriksaan


selama 60 hari, ( penurunan dalam visual harus
kemudian 15 ketajaman dilakukan sebelum
mg/kg/hari pengelihatan dan dan selama terapi.
maksimum 2,5 g diskriminasi warna Mungkin
merah-hijau) merupakan
Dermatitis kontraindikasi bagi
klien dengan defek
ocular ( missal.
Katarak, retinopati
diabetic, dsb.)
Nama dosis Efek toksik Pertimbangan
keperawatan

Sterptomisin 15 mg/kg/hari Ototoksisitas Pendengar harus


maksimum 1 g harus Nefrotoksisitas diperiksa sebelum
diberikan mulai pengobatan
dan secara periodic
setelahnya. Amati
terhadap tanda
nefrotoksisitas.
Nama dosis Efek toksik Pertimbangan
keperawatan

Pirazinamid 15-30 mg/kg/hari Hepatoksisitas, Amati terhadap


berkaitan dengan hepatotoksisitas
dosis maksimum 2 Pantau uji fungsi
dosis
g/hari hiperusisemia hepar dan kadar
asam urat.

Anda mungkin juga menyukai