Anda di halaman 1dari 13

TBC DENGAN DM

STASE PARU

DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit menular

langsung yang disebabkan oleh kuman


TB (Mycobacterium Tuberculosis).
Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya.

-Cara penularan :
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
Pada waktu batuk atau bersin.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan
dimana percikan dahak berada dalam waktu yang
lama.
Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan
kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan
dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.

-Diagnosis tb paru berdasarkan kriteria WHO 1991 adalah sebagai


berikut :
Pasien dengan sputum BTA positif :
Pasien pada pemeriksaan sputumnya
ditemukan BTA, sekurang-kurangnya 2x
pemeriksaan, atau
Sedian sputumnya positif disertai
kelainan radiologis yang sesuai dengan
gambaran TB paru aktif, atau
Satu sedian sputumnya positif disertai
biakan positif.

-Pasien dengan sputum BTA negatif :

Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara


mikroskopis tidak ditemukan BTA sedikitnya 2x
pemeriksaan tetapi gambaran radiologis sesuai dengan
TB paru aktif atau
Pasien dengan pemeriksaan sputumnya negatif, tetapi
pada biakan kuman positif.

- Gejala utama pasien TB paru


batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah,
batuk darah,
sesak nafas,
badan lemas,
nafsu makan menurun,
berat badan menurun,
malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
demam meriang lebih dari satu bulan

Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia


menggunakan paduan OAT, yaitu :
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid,
dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan
selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam
seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
Penderita baru TBC paru BTA positif.
Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.

- Kategori 2 : 2 HRZES / HRZE/ 5 H3R3E3 dan


paduan obat sisipan (HRZE)
Diberikan kepada:
Penderita kambuh
Penderita gagal terapi
Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum
obat
- Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada:
Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif

DIABETES MELITUS
Secara definisi menurut American Diabetes Association
(ADA) 2005, diabetes melitus (DM) merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin ataupun keduanya.
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang
diabetes, kecurigaan akan adanya DM perlu dipikirkan
apabila terdapat keluhan klasik DM, seperti poliuria,
polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya, atau keluhan lain berupa lemah
badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita. Pasien
didiagnosis DM jika:
gejala klasik DM dan GDS 200 mg/dl
gejala klasik DM dan GDP 126 mg/dl
G2PP 200 mg/dl

TB sering ditemukan menyertai DM dan menyebabkan resistensi insulin


dan brittlediabetes. Perjalanan TB dengan DM lebih berat dan kronis
dibanding DM saja. Hal ini disebabkan meningkat kepekaan terhadap
kuman TB pada pasien DM, reaktifasi fokus infeksi lama, cenderung lebih
banyak cavitas dan pada hapusan serta kultur sputum lebih banyak positif,
keluhan dan tanda tanda klinis TB paru toksik tersamar sehingga tidak
pernah didiagnosis atau dianggap TB paru ringan dan akhirnya pada
keadaan hiperglikemiapemberian obat kemoterapi tidak efektif.
Faktor umur berperan dalam meningkatkan prevalensi TB paru pada DM
karena umur lebih tua meningkatkan kepekaan terhadap TB.

Pengobatan TB paru dengan Diabetes Melitus (DM) terdiri dari :


paduan OAT pada prinsipnya sama dengan TB tanpa DM, dengan syarat
kadar gula darah terkontrol.
Apabila kadar gula darah tidak terkontrol, maka lama pengobatan dapat
dilanjutkan sampai 9 bulan.
Hati-hati dengan penggunaan Etambutol, karena efek samping etambutol
pada mata, sedangkan pasien DM sering mengalami komplikasi kelainan
pada mata.
Perlu diperhatikan penggunaan Rifampisn karena akan mengurangi
efektivitas pbat oral antidiabetik (sulfonilurea) sehingga dosisnya perlu
ditingkatkan.
Perlu kontrol/pengawasan sesudah pengobatan selesai, untuk
mengontrol/mendeteksi dini bila terjadi kekambuhan.

Prognosis = DM + TB buruk karena


komplikasi
berkaitan
(saling
memperburuk)

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai