PENDAHULUAN
Diagnosis dan pengobatan yang terlambat berhubungan dengan meningkatnya morbiditas ibu
empat kali lebih tinggi.12
Pada masa sebelum ditemukannya kemoterapi, didapatkan kematian sampai
70% disebabkan oleh TBC pada wanita usia reproduksi. Setelah kemoterapi
ditemukan insidens TBC meningkat kembali, hal ini dikarenakan timbulnya
bermacam-macam faktor, salah satunya infeksi human immunodeficiency viral
(HIV).3 TBC pada kehamilan mempunyai gejala klinis yang serupa dengan TBC
perempuan tidak hamil. Diagnosis mungkin ditegakkan terlambat karena gejala
awal yang tidak khas. Keluhan yang sering ditemukan batuk, demam, malaise,
penurunan berat badan dan hemoptisis.3,4
Pemeriksaan penunjang dalam hal ini pemeriksaan uji tuberkulin diikuti oleh
foto toraks merupakan pemeriksaan yang dianjurkan pada kelompok TBC risiko
tinggi. Faktor lain yang berperan adalah pemberian regimen terapi yang tepat.
Risiko yang dihadapi oleh ibu dan janin lebih besar bila tidak mendapatkan
pengobatan TBC dibandingkan risiko pengobatan itu sendiri.
Pemberian regimen kemoterapi yang tepat dan adekuat akan memperbaiki kualitas
hidup ibu, mengurangi efek samping obat anti tuberculosis (OAT) terhadap janin dan
mencegah infeksi yang terjadi pada bayi yang baru lahir.4,5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang menular dan dapat menyerang berbagai
organ dalam tubuh, dan terutama menyerang paru. Infeksi ini disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis.
dari
penyakit
tuberculosis
adalah
Mycobacterium
tuberculosis,yang
kulit yang tidak intact atau melalui conjunctiva. Aerosolized tuberculosis particles dengan besar
partikel antara 1-5m dapat dibawa ke udara bebas dan dapat menyebar ke tempat yang jauh dan
dapat menginfeksi orang-orang di sekitarnya. Setelah sampai di paru, maka terjadi reaksi dari
tubuh, terjadi proses fagositosis oleh makrofag paru, terjadi reaksi granulomatous, yang mana
kemudian menimbulkan pembentukan Ghons focus. Basil TBC ini tetap berada dalam kondisi
dorman dalam Ghons focus ini untuk waktu yang lama, yang mana suatu saat dapat berubah
menjadi reaktif terutama bilamana seseorang mengalami kondisi immunocompromised atau
mengidap penyakit lain yang melemahkan sistem imunnya. 29,30
Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa diagnosis tuberkulosis pada kehamilan
mungkin lebih sulit dilakukan, karena gejala awalnya mungkin dianggap berasal dari
kehamilan.Penurunan berat badan yang berhubungan dengan penyakit juga mungkin tertutupi
oleh kenaikan berat badan normal pada kehamilan.
2.4.2 Efek Tuberkulosis terhadap Kehamilan
Efek TB terhadap kehamilan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk tingkat
keparahan penyakit, umur kehamilan saat didiagnosis TB, adanya penyebaran ekstrapulmoner,
koinfeksi HIV dan pengobatan yang diberikan. Prognosis paling buruk terjadi pada wanita
dengan diagnosis penyakit yang sudah lanjut pada masa nifas, begitu juga pada wanita dengan
koinfeksi HIV.Kegagalan pengobatan juga memperburuk prognosis.
Namun, data mengenai efek TB terhadap maternal dan luaran neonatal masih belum jelas.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa dengan pengobatan yang tepat dalam jangka waktu yang
benar, infeksi TB tidak memberikan efek negatif terhadap kehamilan. Dari suatu penelitian
prospektif di India, tidak ada perbedaan pada komplikasi kehamilan pada wanita yang
didiagnosis TB dan diterapi dengan wanita hamil yang tidak terkena TB.Namun, terdapat suatu
pengecualian pada wanita hamil yang terlambat memulai terapi TB, terjadi peningkatan
mortalitas neonatus dan tingginya angka prematur. Dalam penelitian, diagnosis dan terapi TB
dimulai pada umur gestasi antara 13 dan 24 minggu (67%). Hasil dari terapi seperti konversi
sputum, stabilisasi penyakit dan angkat terjadinya relaps hampir sama dengan penderita TB yang
tidak hamil, Namun dalam penelitian ini, ibu hamil yang terinfeksi TB, tidak terinfeksi HIV.
Pada wanita hamil dengan HIV, efek dari TB lebih berkaitan dengan infeksi HIV daripada
keadaan kehamilannya.
Berlawanan dengan penelitian di atas, sebuah review retrospektif di Taiwan, ibu hamil
yang didiagnosis TB mengalami peningkatan risiko terjadinya kelainan pada kehamilan
dibandingkan dengan ibu yang tidak terinfeksi TB. Pada ibu hamil dengan TB mempunyai angka
persentase berat lahir rendah dan bayi yang lebih kecil daripada usia gestasi yang tinggi, namun
tidak ada perbedaan mengenai kelahiran prematur pada dua kelompok tersebut. Meskipun
demikian, diagnosis dan terapi TB yang cepat merupakan suatu hal yang penting.TB masih
menjadi penyebab morbiditas dan mortilitas maternal yang signifikan, terutama dalam konteks
ko-infeksi HIV.
Komplikasi obstetrik lainnya yang dilaporkan adalah abortus spontan, uterus yang kecil,
peningkatan berat badan hamil yang tidak optimal.Lainnya adalah lahir prematur, berat badan
lahir rendah, dan meningkatnya mortalitas neonates, seperti yang sudah disebutkan
diatas.Diagnosis dan terapi TB yang cepat merupakan suatu hal yang penting.TB masih menjadi
penyebab morbiditas dan mortalitas maternal yang signifikan, terutama dalam konteks ko-infeksi
HIV.Diagnosis yang telat merupakan faktor independen dimana akan meningkatkan morbiditas
sebanyak empat kali lipat, dan kelahiran premature meningkat sebanyak sembilan kali lipat.
Tuberkulosis kongenital mungkin sulit dibedakan dengan infeksi neonates atau infeksi
kongenital dengan gejalan yang mirip pada umur dua sampai tiga minggu. Gejala-gejalanya
adalah hepatosplenomegaly, repiratory distress, demam, dan limfadenopati.Abnormalitas
radiografi dapat terlihat namun secara umum terlihat belakangan. Diagnosis tuberkulosis
neonates ditegakkan dengan kriteria diagnosis Cantwell et al, yaitu adanya kompleks primer
hepar/ granuloma kaseseosa pada biopsy hepar perkutaneus saat kelahia, plasenta yang
terinfeksi, atau tuberkulosis traktus genital maternal, dan lesi saat minggu pertama kehidupan.
Kemungkinan transmisi setelah kelahiran harus disingkirkan dengan menelaah semua riawayat
kontar termasuk kontak dengan tenaga medis dan penjenguk.
Sebanyak setengah dari neonatus dengan tuberkulosis kongenital meninggal dunia
terlebih lagi pada kasus yang tidak diterapi.
Pada wanita hamil dengan gejala dan tanda TB, harus dilakukan tes tuberkulin. Tes
tersebut sudah dinyatakan aman untuk dilakukan pada ibu hamil. Namun, masih diperdebatkan
mengenai sensitivitas tuberkulin saat kehamilan.Penelitian awal mengatakan bahwa adanya
penurunan sensitivitas tuberkulin saat kehamilan, sementara itu penelitian terakhir mengatakan
tidak adanya perbedaan antara populasi hamil dan tidak hamil.
Dua tipe tes kulit tuberkulin yang dibahas yaitu :
- Tes Tine
Tes ini menggunakan beberapa jarum yang sudah dicelupkan pada bakteri TB yang sudah
dimurnikan, disebut dengan old tuberculin (OT). Kulit ditusuk dengan jarum tersebut dan reaksi
dianalisa 48-72 jam kemudian. Namun tes ini tidak lagi popular kecuali untuk uji penyaring pada
populasi yang besar.
- Tes Mantouk
Injeksi intradermal derivat protein yang sudah dimurnikan sebanyak 0.1 mL (5 tuberculin
units), dan reaksi kulit dianalisis 48-72 jam kemudian berdasarkan diameter indurasi terbesar
yang terbentuk. Tes ini lebih akurat daripada tes tine.
Positif palsu dapat terjadi pada pasien yang sudah mendapatkan vaksin BCG, yang sudah
mendapatkan pengobatan untuk tuberkulosis, ataupun pasien yang sudah terinfeksi dengan
spesies mycobacterium lainnya. Negatif palsu dapat terjadi karena sistem imun yang menurun
dan kesalahan teknis.
Pemeriksaan radiologi dada dengan penutup di bagian perut dapat dilakukan setelah tes
kulit tuberkulin, walaupun pemeriksaan radiografi dada tertunda karena kekhawatiran akan efek
radiasi terhadap janin.
Pemeriksaan mikroskopik sputum atau specimen lain untuk bakteri tahan asam masih
menjadi dasar diagnosis untuk TB dalam kehamilan. Tiga contoh sputum harus diperiksa untuk
smear, kultur, dan uji kerentanan obat. Pewarnaan bakteri tahan asam menggunakan ZiehlNeelsen, flouresen, Auramine-Rhodamine, dan teknik Kinyoun.Pemeriksaan dengan mikroskop
floresen light emitting diode (LED) baru-baru ini diperkenalkan untuk meningkatkan kepastian
diagnosis.Menurut laporan WHO mengenai pengendalian TB secara global, pemeriksaan TB
terdeteksi positif sebanyak 68%.Pemeriksaan dengan pewarnaan mungkin tidak kuat untuk
diagnosis, karena hasil yang negatif mungkin dapat luput.Individu dengan basil yang sedikit,
pemeriksaan mikroskopis tidak cukup untuk menegakkan diagnosis. Radiografi dada dan
penilaian suara napas merupakan alat bantu penting untuk membuat diagnosis dari pemeriksaan
mikroskop TB yang negatif. Namun, gambaran radiografi dada dapat normal pada 14% pasien
dengan kultur TB positif. TB ekstrapulmonar juga jarang terjadi pada kehamilan, dan klinisi
harus segera mencurigai apabila terdapat gejala atipikal.
Kultur tradisional dengan menggunakan media Lowenstein-Jensen memakan waktu
sekitar 4-6 minggu. Namun, mungkin dapat berguna untuk kasus yag meragukan dan dalam
terapi tuberkulosis yang diduga resisten. Saat ini terdapat alat diagnostik baru yang didukung
oleh WHO, yaitu kultur dengan media cairan bactec. Media kultur lainnya yang juga digunakan
adalah media Lowenstein, media Petragnani, media Trudeau committee, media Peizer, media
Dubos Middlebrook, agar darah Tashis. Media Middlebrooks 7-H3, Middlebrooks 7-H9, dan
Middlebrooks 7-H10.Likuidisasi dan dekontaminasi dengan N-Acetyl-L-Cysteine dalam 1%
solusi Sodium Hydroxide sebelum inokulasi dapat meningkatkan sensitivitas.M.tuberkulosis
memproduksi niasin dan katalase sensitive panas dan kurang nya pigmen.Hal ini dapat
membedakannya dari spesies Mycobacterium lainnya.Molecular Line Probe Assay (LPA) dan
polymerase chain reaction (PCR) digunakan untuk mengidentifikasi tuberkel basil.
Konfirmasi terhadap infeksi M.tuberkulosis masih sulit dilakukan, dengan teknologi yang
tidak akurat dan ketinggalan jaman.Pengembangan teknologi masih menjadi prioritas utama.
Interferon-c release assays dan the Ouanti-FERON-TB Gold In-Tube assay telah digunakan
untuk diagnosis infeksi laten TB. Pemeriksaan tersebut telah ditingkatkan spesifisitasnya dan
keakuratan diagnosis nya, selain itu juga tidak terpengaruh oleh vaksinasi BCG atau infeksi oleh
mycobacteria non-tuberkulosis. The Ouanti-FERON-TB Gold In-Tube assay aman digunakan
pada ibu hamil namun belum divalidasi untuk diginakan pada ibu hamil
Kontrol terhadap infeksi merupakan hal penting dalam kontrol penyebaran TB, dimana
infeksius hanya ketika di paru atau laring, dan tidak menyebar dengan kontak singkat.Anggota
keluarga dari ibu hamil yang terinfeksi harus diberikan informasi mengenai cara penyebaran dan
perlu dilakukan tes penyaring.
hamil
dengan
TBC
aktif
biasanya
diterapi
dengan
tidak
profilaksis isoniazid. Akan tetapi pada kondisi atau lingkungan yang berisiko TBC
laten dapat diberikan terapi yang aman dengan INH (isoniazid) 300 mg sekali sehari
atau 2 kali dalam seminggu selama selama 6-12 bulan (kurang lebih 9 bulan),
sebaiknya disertai pemberian vitamin B6 (pyridoxine).11
Penatalaksanaan TBC pada wanita hamil harus diberikan secara tepat dan
adekuat, serta
mencegah timbulnya efek samping teratogenik pada janin. Pasien TBC aktif dengan
sputum BTA positif diberikan isoniazid, rifampisin, etambutol dan piridoksin selama
9 bulan pada populasi risiko TBC rendah. Pada populasi dengan risikoTBC tinggi dan
adanya resisten obat anti TBC tinggi perlu penambahan pirazinamid.11,14
Pasien dengan uji tuberkulin positif, sputum BTA negatif, biakan negatif dan
foto toraks menunjukkan infiltrat atau adanya kavitas, diberikan isoniazid,
rifampisin, etambutol dan piridoksin selama 9 bulan. Sedangkan bila pada foto
toraks terlihat proses penyakit yang telah menyembuh (terdapat kalsifikasi pada
kelenjar getah bening dan lesi parenkim), dilakukan observasi pada pasien.
Pengobatan diberikan secara tepat setelah melahirkan atau diberi pengobatan
profilaksis dengan isoniazid dan piridoksin selama 9 bulan yang dimulai pada
trisemester kedua kehamilan.11,14
Pasien dengan konversi uji tuberkulin terbaru positif, foto toraks normal serta
pemeriksaan bakteriologis negatif, maka dilakukan observasi selama kehamilan,
pengobatan diberikan setelah melahirkan atau dengan pemberian profilaksis
isoniazid
dan
piridoksin
selama
bulan
dimulai
pada
trisemester
kedua
Kanamisin, Etionamid,
Studi yang dilakukan pada tikus, hewan pengerat dan kelinci dengan pemberian
dosis 2,5 - 10 kali dosis yang masuk ke uterus tidak menunjukkan peningkatan
kelainan kongenital. Pada 442 perempuan hamil yang minum rifampisin, termasuk
119
perempuan
yang
terpajan
selama
trismester
pertama
tidak
terdapat
pertumbuhan serta peningkatan malformasi pada tikus dan kelinci dengan dosis 60
kali dosis
manusia.11 Efek samping berat berupa hepatitis dapat timbul pada kurang lebih 0,5
% penderita. Bila terjadi ikterus, hentikan pengobatan sampai ikterus hilang. Efek
samping yang ringan dapat berupa: tanda keracunan pada saraf tepi, kesemutan,
nyeri otot atau gangguan kesadaran. Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian
piridoksin (dengan dosis 5-10 mg per hari atau dengan vitamin B kompleks). Efek
samping pada bayi baru lahir dilaporkan adanya perdarahan (hemmorrhagic disease
of the newborn) sehingga dianjurkan pemberian profilaksis
vitamin K sebelum kelahiran.12,14,16,21
Etambutol
(EMB)
merupakan
inhibitor
arabinosyl
transferases
(I,II,III).
ofloksasin.
Dinding
sel
Mycobacterium
spp
sangat
dibutuhkan
untuk
M.tuberculosis
secara
pertumbuhan
M.tuberculosis
yang
in
vitro.
telah
Etambutol
resisten
ini
terhadap
tetap
menekan
isoniazid
dan
streptomisin. Etambutol dosis 15 mg/kg BB ini hanya aktif terhadap sel yang
bertumbuh dengan khasiat tuberkulostatik, sedangkan pada dosis 25 mg/kg BB
bersifat bakterisidal. Penggunaan etambutol tunggal, ditemukan sputum basil tahan
asam (BTA) negatif dalam 3 bulan, tetapi ditemukan resistensi 35% dari kasus dan
frekuensi relaps lebih tinggi. Efektivitas pada hewan coba sama dengan isoniazid.
Invivo, sukar menciptakan resistensi terhadap etambutol dan timbulnya lambat.
Resistensi bakteri terhadap etambutol terjadi akibat mutasi embB, embA dan embC,
kode untuk arabinosyl transferase. Resistensi ini timbul bila etambutol diberikan
tunggal. Pada pemberian oral sekitar 75-80% etambutol diserap di saluran cerna.
Makanan tidak mempengaruhi absorpsi obat. Kadar puncak plasma dicapai dalam
waktu 2-4 jam setelah pemberian. Dosis tunggal 25 mg/kg BB menghasilkan kadar
plasma sekitar 2-5 g/ml dalam 2-4 jam, kurang dari 1 g dalam 24 jam. Masa paruh
eliminasinya 3-4 jam dan dapat memanjang sampai 8 jam pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal. Etambutol secara bebas melewati plasenta dengan cord to
maternal serum ratio adalah 0,75. Penelitian pada kelinci terdapat efek monoftalmia
sedangkan pada tikus terjadi penurunan kesuburan. Rata-rata malformasi yang
dilaporkan pada 638 bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendapat etambutol
selama kehamilan adalah 2,2%. Secara teori etambutol menyebabkan kemungkinan
toksisitas pada mata. Hal ini diyakinkan kembali dengan penilaian pada 6 janin yang
mengalami abortus pada minggu 5 - 12 kehamilan, tidak didapatkan gangguan
pada sistem optik embrional.
Pirazinamid (PZA) adalah suatu prodruk, yang memerlukan konversi enzim
pirazinamidase (dihasilkan oleh mikobakterial tertentu) menjadi bentuk aktif asam
pirazinoat, masuk ke dalam sitoplasma M. tuberculosis secara difusi pasif,
mengalami konversi oleh enzim nikotinamidase/pirazinamidase menjadi bentuk aktif
asam pirazinoat (POA).16,31 PZA lebih aktif terhadap basil tuberkel semidorman
karena sistem pompa efluks yang lemah dibandingkan dengan basil sedang
bertumbuh cepat, di mana pompa efluks lebih aktif. Peradangan akut akan
menurunkan pH akibat produksi asam laktat oleh sel-sel inflamasi, hal ini
menguntungkan aktivitas PZA. Berkurangnya peradangan akan meningkatkan pH
lingkungan basil tuberkel yang berakibat pada peningkatan konsentrasi hambat
minimal PZA. Kuman dalam keadaan dorman tidak dapat dipengaruhi karena pada
saat itu ambilan PZA tidak terjadi. Banyak penelitian menyatakan daya sterilisasi
obat ini dalam makrofag, dengan konsentrasi 20g/ml menghambat basil
tuberculosis
intraseluler.
Efek
bakteriostatik
atau
bakterisidal
terhadap
M.
adalah hepatitis, juga dapat terjadi nyeri sendi dan kadang-kadang dapat
menyebabkan serangan arthritis gout yang kemungkinan disebabkan berkurangnya
ekskresi dan penimbunan asam urat. Pemberian intermiten dapat mengurangi
kejadian tersebut. Efek samping lain adalah anoreksia, mual, muntah, disuri,
demam dan reaksi hipersensitivitas.
Streptomisin melewati plasenta dengan cepat sampai ke sirkulasi janin dan
cairan amnion serta mencapai kadar kurang dari 50% dibandingkan kadar ibu.8,
Efek samping yang dilaporkan dari berbagai studi pada hewan yaitu ototoksisiti. Tuli
kongenital telah dilaporkan terjadi pada bayi yang terpajan selama dalam
kandungan, walaupun tidak ada hubungan yang pasti tentang mekanisme
ototoksisiti dengan pajanan selama kehamilan.5,8 Hasil penelitian menggunakan
audiogram menunjukkan 50 anak tidak mengalami gangguan, 2 dari 33 anak
dengan kehilangan pendengaran, sampai 4 dari 13 anak dengan tes kalorifik tidak
normal. Hal ini merupakan kejadian ototoksisiti yang berasal dari pajanan selama
dalam kandungan.8 Penelitian lain menyimpulkan streptomisin dapat menyebabkan
kerusakan sistem vestibular dan kerusakan nervus kranialis ke 8. Pada negara
berkembang dianjurkan tidak menggunakan streptomisin selama kehamilan.12,
Dosis streptomisin 0,75 - 1 g/hari selama 14-21 hari selanjutnya 1g 3 kali seminggu
secara intramuscular.
Kanamisin
merupakan
obat
lini
kedua
dan
merupakan
variasi
dari
tetapi
pada
percobaan
menggunakan
binatang
dengan
ciprofloxacin
dilaporkan adanya risiko kerusakan dari articular cartilage dan subsequent juvenile
arthritis dengan penggunaan jangka pendek serta diperkirakan terjadi kerusakan
dari sendi pada penggunaan jangka panjang. Oleh karena itu harus benar-benar
dipertimbangkan dalam penggunaannya.
Amoxycillin/Clavulanic Acid, belum terbukti adanya efek teratogenik pada
percobaan binatang. Amoxycillin/clavulanic acid biasa dipakai pada kehamilan
trimester akhir sebagai profilaksis pada wanita dengan prolonged rupture of
membranes tanpa adanya laporan yang merugikan, akan tetapi tidak banyak
laporan pada penggunaan trimester pertama kehamilan. Amoxycillin/clavulanic acid
memiliki peran kecil pada pengobatan wanita hamil dengan MDR-TB dan tidak cukup tersedia
alternatifnya.
Etionamid dinyatakan potensial bersifat teratogenik dan sebaiknya dihindari
penggunaan pada kehamilan kecuali jika dibutuhkan pada kasus MDR-TB. Efek
samping lainnya seperti hepatitis, neuritis optic dan neuritis perifer. Dosis 0,5 - 1
gram/hari dalam dosis terbagi.8,16
Kapreomisin merupakan obat lini kedua yang diberikan secara intramuskular.
Kapreomisin secara umum merupakan kontraindikasi untuk ibu hamil, hanya
digunakan dengan pertimbangan benar-benar terhadap risiko dan kegunaannya.
Biasanya obat ini digunakan untuk MDR-TB 3 kali seminggu. Obat ini dilaporkan
bersifat teratogenik pada percobaan menggunakan tikus yang hamil.
Cycloserine juga merupakan obat lini kedua untuk TBC kehamilan. Obat ini
tidak terbukti bersifat teratogenik pada percobaan menggunakan tikus, akan tetapi
tidak cukup bukti dari studi pada manusia utnutk konfirmasi keamanan obat ini
untuk
wanita
hamil.
Oleh
karena
itu
harus
benar-benar
dipertimbangkan
penggunaannya.
Para-Aminosalicylic Acid (PAS) dilaporkan belum cukup bukti keamanannya
pada pemakaian untuk kehamilan baik studi pada manusia maupun pada binatang.
Hanya pernah ada satu studi dari 123 pasien yang mendapatkan PAS, melaporkan
adanya angka kejadian abnormalitas pada anggota tubuh dan telinga yang lebih
tinggi dibandingkan OAT lain. Oleh karena itu harus benar-benar dipertimbangkan
penggunaannya.
Amikacin adalah obat yang tergolong aminoglycosides, yang mana semua
obat golongan ini berpotensi menimbulkan nephrotoxisitas dan ototoxisitas pada
fetus dan penggunaannya tidak direkomendasikan pada wanita hamil. Oleh karena
itu penggunaan obat ini pada kehamilan seharusnya merupakan pilihan akhir
setelah benar-benar mempertimbangkan untung ruginya.
Oleh
karena
itu
menyusui
tetap
dilakukan,
yang
menjadi
untuk wanita hamil dengan risiko tinggi bahkan pada mereka yang tidak menunjukkan gejala
klinis. Bagaimanapun juga, individualisasi pasien dan keputusan klinis yang rasional diperlukan
untuk memutuskan waktu yang tepat untuk memberikan Isoniazid preventive therapy (IPT) pada
wanita hamil dengan risiko tinggi. Komitmen pemerintah sangat diperlukan sehingga WHO dan
lembaga-lembaga internasional yang terlibat memerangi tuberkulosis berhasil mengusir monster
masyarakat ini.
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis
tidak
mempengaruhi
kehamilan
dan
kehamilan
tidak
DAFTAR PUSTAKA
Laksmi Maharani, Biran Affandi, Tjandra Yoga Aditama, Joedo Prihartono. Profil perempuan
hamil penderita tuberkulosis di poliklinik tuberkulosis Persatuan Pemberantasan
Tuberkulosis Indonesia Baladewa Jakarta Pusat.Indones J Obstet Gynecol 2009;33-4:210-5
Pathways to Better Diagnostics for Tuberculosis; A Blueprint for Development of TB
Diagnostics, World Health Organization,Geneva, Switzerland, 2009.
A. Gupta, U. Nayak, M. Ram et al., Postpartum tuberculosis incidence and mortality among
HIV-infected women and their infants in Pune, India, 2002-2005, Clinical Infectious
Diseases, vol. 45, no. 2, pp. 241249, 2007.