Anda di halaman 1dari 7

INFLUENZA

No. ICD-10: J11 Influenza, virus not identified


No. ICPC-2: R80 Influenza
Kompetensi :

PENDAHULUAN
Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan yang dapat menjalar
dengan cepat di lingkungan masyarakat yang disebabkan oleh virus RNA yaitu virus
influenza A, B dan lebih jarang C. Walaupun ringan, penyakit ini tetap berbahaya untuk
mereka yang berusia sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi kardiopulmoner yang
terbatas.

TUJUAN PEMBELAJARAN

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TIU)


Setelah menyelesaikan modul ini, maka dokter mampu menguatkan kompetensinya pada
penyakit Influenza

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TIK)


Setelah menyelesaikan modul ini, maka dokter mampu:
1. Menganalisa data yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis masalah Kesehatan pasien dan menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain.
2. Mengembangkan strategi untuk menghentikan sumber penyakit, pathogenesis dan
patofisiologi, akibat yang ditimbulkan serta risiko spesifik secara selektif.
3. Menentukan penanganan penyakit baik klinik, epidemiologis, farmakologis, diet.
4. Memilih dan menerapkan strategi pengelolaan yang paling tepat berdasarkan prinsip
kendali mutu, kendali biaya, manfaat dan keadaan pasien serta sesuai pilihan pasien.
5. Mengindentifikasi dan menerapkan pencegahan penyakit dengan melibatkan pasien,
anggota keluarga dan masyarakat untuk mencegah kekambuhan.

DEFENISI
Influenza yang dikenal sebagai flu adalah penyakit pernapasan yang sangat menular dan
disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan bisa juga C. Influenza merupakan suatu
penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai oleh demam, menggigil, sakit
otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk non produktif.
Influenza adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang burung dan mamalia yang
disebabkan oleh virus RNA famili ORTHOMYXOVIRIDAE .
ETIOLOGI
Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza: A, B dan C. ketiga tipe ini dapat dibedakan
dengan complement fixation test. Tipe B biasanya hanya menyebabkan penyakit yang lebih
ringan dari tipe A. Tipe C diragukan patogenitasnya untuk manusia, mungkin hanya
menyebabkan gangguan ringan saja.
Virus penyebab influenza adalah suatu orthomyxovirus golongan RNA dan berdasarkan
Namanya sudah jelas bahwa virus ini mempunyai afinitas untuk myxo atau musin.

PETA KONSEP

Influenza

Faktor risiko:
Daya tahan tubuh menurun
Etiologi: Pathogenesis:
Kepadatan hunian dan
Virus influenza tipe: A, Droplet  masuk ke saluran napas 
kepadatan penduduk yang
B dan C sel epitel pada dinding saluran napas 
tinggi
masuk ke dalam sel  replikasi
Perubahan musim/cuaca
Penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK)
Usia lanjut

Gejala :
Demam, bersin, batuk, sakit tenggorakan/nyeri saat
menelan, suara serak, hidung meler, nyeri sendi dan
otot, sakit kepala dan lemah badan

DD:
Faringitis
Tonsilitis
Laryngitis

Tatalaksana: Komplikasi:
Nonfarmakologi, farmakologi, Pneumonia
pencegahan
FAKTOR RISIKO
1. Daya tahan tubuh menurun
2. Kepadatan hunian dan kepadatan penduduk yang tinggi
3. Perubahan musim/cuaca
4. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
5. Usia lanjut

PENEGAKKAN DIAGNOSIS

ANAMNESIS
Keluhan yang sering muncul adalah demam, bersin, batuk, sakit tenggorakan/nyeri saat
menelan, suara serak, hidung meler, nyeri sendi dan otot, sakit kepala dan lemah badan.
Gejala-gejala akut ini dapat berlangsung beberapi hari dan sembuh dengan spontan.

PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik paru bisa dijumpai dalam keadaan normal
Tanda patognomonis
Febris
1. Rhinore
2. Mukosa hidung edema

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak diperlukan

DIAGNOSIS KLINIS
Penegakkan diagnosis Influenza membutuhkan ketelitian, karena keluhannya hampir sama
dengan penyakit saluran pernapasan lainnya.
Influenza dapat di diagnosis berdasarkan 4 kriteria berikut:
1. Terjadi akut
2. Demam
3. Gejala saluran pernapasan seperti batuk, tidak ada lokasi spesifik dari keluhan yang
timbul
4. Terdapat penyakit serupa di lingkungan penderita

Pada fasilitas Kesehatan tingkat pertama:


Tidak ada
Pada fasilitas Kesehatan tingkat lanjut:
Pemeriksaan darah perifer untuk menyingkirkan penyakit lain
Foto rontgen dada untuk menyingkirkan penyakit lain
Pasien dengan keluhan (demam, bersin, batuk, sakit
tenggorakan/nyeri saat menelan, suara serak, hidung meler,
nyeri sendi dan otot, sakit kepala dan lemah badan)

Pemeriksaan klinis untuk menyingkirkan penyakit paru lain.

DIAGNOSIS BANDING
1. Faringitis
2. Tonsilitis
3. Laryngitis

SARANA DAN PRASARANA

Tidak ada

PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
Penatalaksanaan
1. Tatalaksana influenza umunnya tanpa obat (self-limited disease). Hal yang perlu
ditingkatkan adalah daya tahan tubuh. Tindakan untuk meringankan gejala flu adalah
beristirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan fisik yang berlebihan, meningkatkan gizi
makanan dengan makanan berkalori dan berprotein tinggi, serta buah – buahan yang
tinggi vitamin.
2. Terapi simptomatik per oral
a. Antipiretik, pada dewasa yaitu parasetamol 3-4 x 500 mg/hari (10-15 mg/kgBB), atau
ibuprofen 3-4 200-400 mg/hari (5-10 mg/kgBB).
b. Dekongestan, seperti pseudoefedrin (60 mg setiap 4-6 jam)
c. Antihistamin, seperti klorfeniramin 4-6 mg sebanyak 3-4 kali/hari, atau difenhidramin,
25-50 mg setiap 4-6 jam, atau loratadine atau cetirizine 10 mg dosis tunggal (pada
anak loratadine 0,5mg/kgBB dan cetirizine 0,3 mg/kgBB).
d. Antitusif atau ekspektoran bila disertai batuk.

Tanda bahaya

Adanya sepsis dari infeksi bakterial

Algoritme tatalaksana Influenza


Pasien dengan keluhan (demam, bersin, batuk, sakit tenggorakan/nyeri saat menelan, suara
serak, hidung meler, nyeri sendi dan otot, sakit kepala dan lemah badan)

Lakukan pemeriksaan klinis dan observasi untuk menyingkirkan penyakit paru lain dengan
klinis yang menyerupai

Tatalaksana nonfarmakologi Tatalaksana farmakologi:


-istirahat 2-3 hari
Mengurangi kegiatan fisik berlebih a. Antipiretik, pada dewasa yaitu
Meningkatkan gizi makanan parasetamol 3-4 x 500 mg/hari (10-15
mg/kgBB), atau ibuprofen 3-4 200-400
mg/hari (5-10 mg/kgBB).
b. Dekongestan, seperti pseudoefedrin (60
mg setiap 4-6 jam)
c. Antihistamin, seperti klorfeniramin 4-6
mg sebanyak 3-4 kali/hari, atau
difenhidramin, 25-50 mg setiap 4-6 jam,
atau loratadine atau cetirizine 10 mg dosis
tunggal (pada anak loratadine
0,5mg/kgBB dan cetirizine 0,3 mg/kgBB).
d. Antitusif atau ekspektoran bila disertai
batuk.

TERAPI FARMAKOLOGIS
a. Antipiretik, pada dewasa yaitu parasetamol 3-4 x 500 mg/hari (10-15 mg/kgBB), atau
ibuprofen 3-4 200-400 mg/hari (5-10 mg/kgBB).
b. Dekongestan, seperti pseudoefedrin (60 mg setiap 4-6 jam)
c. Antihistamin, seperti klorfeniramin 4-6 mg sebanyak 3-4 kali/hari, atau difenhidramin,
25-50 mg setiap 4-6 jam, atau loratadine atau cetirizine 10 mg dosis tunggal (pada anak
loratadine 0,5mg/kgBB dan cetirizine 0,3 mg/kgBB).
d. Antitusif atau ekspektoran bila disertai batuk.

KONSELING DAN EDUKASI

Edukasi terutama ditujukan untuk individu dan lingkungannya. Penyebaran penyakit ini
melalui udara sehingga lingkungan rumah harus memenuhi persyaratan rumah sehat
terutama ukuran jendela untuk pencahayaan dan ventilasi serta kepadatan hunian. Untuk
mencegah penyebaran maka diperlukan edukasi untuk memutus mata rantai penularan
seperti etika batuk dan pemakaian masker serta peningkatan hygiene dan sanitasi
lingkungan.
MONITORING PENGOBATAN

Ketika terdapat kasus influenza di masyarakat semua pasien dengan keluhan influenza harus
didiagnosis secara klinis dan pasien disarankan Kembali untuk tindak lanjut jika keluhan
yang dialami bertambah buruk atau tidak ada perbaikan dalam waktu 72 jam.

KRITERIA RUJUKAN

Terjadi komplikasi (pneumonia)

KOMPLIKASI

Infeksi sekunder oleh bakteri

PROGNOSIS

Prognosis pada umumnya baik

PENCEGAHAN
1. Imunisasi influenza, terutama bagi orang dengan risiko tinggi (usia diatas 65 tahun,
pasien dengan penyakit kronik dan pasien imunokompromais.
2. Harus diwaspadai pasien yang baru Kembali dari daerah terjangkit epidemi Influenza

DAFTAR PUSTAKA
1. Nelwan R.H.H. Buku Ajar Penyakit Dalam FK UI. 2009; Edisi V. p:725-727.
2. Brauwald, E. Fauci, A.S. Kasper, D.L. Hauser, S. L. et al. Harrison’s: Principle of
Internal Medicine. 17thed. New York: McGraw-Hill Companies.2009. p: 1006-1020
3. WHO. Pedoman Interim WHO. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran
Pernapasan Atas yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Faslitas Pelayan
Kesehatan. 2007.
4. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi
Revisi. 2014

Anda mungkin juga menyukai