Anda di halaman 1dari 6

PENANGANAN THYPOID FEVER

( DEMAM TIFOID )

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman : PUSKESMAS
KENDIT
Kepala Puskesmas
KABUPATEN ttd
SITUBONDO drg. Dina Fitrya, M.Kes
NIP: 197310262005012006

1. Pengertian Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Salmonella Typhosa, erat kaitannya dengan kualitas higiene pribadi dan
sanitasi lingkungan yang kurang baik.

2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Demam Tifoid

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis

4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan


Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilisitas Kesehatan Primer

5. Alat dan
Bahan

6. Prosedur / 1. Petugas melakukan anamnesa dan mendapatkan keluhan pasien


langkah berupa demam turun naik terutama sore dan malam hari (demam
langkah intermiten). Demam tinggi dapat terjadi terus menerus (demam
kontinu) hingga minggu kedua Keluhan disertai dengan sakit kepala
(pusingpusing) yang sering dirasakan di area frontal, nyeri otot, pegal-
pegal, insomnia, anoreksia dan mual muntah. Selain itu, keluhan
dapat pula disertai gangguan gastrointestinal berupa konstipasi dan
meteorismus atau diare, nyeri abdomen dan BAB berdarah. Pada anak
dapat terjadi kejang demam.
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik

a. Suhu tinggi.
b. Bau mulut karena demam lama.
c. Bibir kering dan kadang pecah-pecah.
d. Lidah kotor dan ditutup selaput putih (coated tongue), jarang

1/6
ditemukan pada anak.
e. Ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor.
f. Nyeri tekan regio epigastrik (nyeri ulu hati).
g. Hepatosplenomegali.
h. Bradikardia relatif (peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti
oleh peningkatan frekuensi nadi).

3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang

a. Darah perifer lengkap


Hitung lekosit total menunjukkan leukopeni (<5000 per mm3),
limfositosis relatif, monositosis, aneosinofilia dan trombositopenia
ringan. Pada minggu ketiga dan keempat dapat terjadi penurunan
hemaglobin akibat perdarahan hebat dalam abdomen.
b. Pemeriksaan serologi Widal
c. Dengan titer O 1/320 diduga kuat diagnosisnya adalah demam
tifoid. Reaksi widal negatif tidak menyingkirkan diagnosis tifoid.
Diagnosis demam tifoid dianggap pasti bila didapatkan kenaikan
titer 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang dengan interval 5-7 hari.
4. Petugas menegakkan diagnosa setelah melakukan pemeriksaan
tersebut.
5. Petugas memberikan terapi
a. Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
1. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi.
2. Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
3. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas.
4. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
kesadaran), kemudian dicatat dengan baik di rekam medik
pasien.
b. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan
mengurangi keluhan gastrointestinal.
c. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini
pertama untuk demam tifoid adalah kloramfenikol, ampisilin atau
amoksisilin (aman untuk penderita yang sedang hamil), atau
trimetroprimsulfametoxazole (kotrimoksazol).
d. Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak
efektif, dapat diganti dengan antibiotik lain atau dipilih antibiotik
lini kedua yaitu Ceftriaxone, Cefotaxime (diberikan untuk dewasa
dan anak), Kuinolon (tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun
karena dinilai mengganggu pertumbuhan tulang).

2/6
Tabel 17. Antibiotik dan dosis penggunannya

ANTIBIOT DOSIS KETERANGAN


IKA
Kloramfenik Dewasa: 4x500 mg Merupakan obat yang sering
ol selama 10 hari digunakan dan telah lama
Anak 50-100 dikenal efektif untuk tifoid
mg/kgBB/har, maks 2 gr Murah dan dapat diberikan
selama 10-14 hari dibagi peroral serta sensitivitas
4 dosis masih tinggi
Pemberian PO/IV
Tidak diberikan bila lekosis
<2000/mm3
Ceftriaxone Dewasa: 2-4gr/hari Cepat menurunkan suhu,
selama 3-5 hari lama pemberian pendek dan
Anak: 80 mg/kgBB/hari dapat dosis tunggal serta
dalam dosis tunggal cukup aman untuk anak.
selama 5 hari Pemberian PO/IV
Ampicillin Dewasa: (1.5-2) gr/hr Aman untuk penderita hamil
& selama 7-10 hari Sering dikombinasi dengan
Amoksisilin
Anak: 50 –100 kloramfenikol pada pasien
mg/kgbb/hari selama kritis Tidak mahal
7-10 hari
Pemberian PO/IV
Cotrimoxazo Dewasa: 2x(160-800) Tidak mahal
le selama 7-10 hari Pemberian per oral
(TMP-SMX)
Anak: TMP 6-19
mg/kgbb/hari atau SMX
30-50 mg/kgbb/hari
selama 10 hari
Quinolone Ciprofloxacin 2x500 mg Pefloxacin dan Fleroxacin
selama 1 minggu lebih cepat menurunkan
Ofloxacin 2x(200-400) suhu
selama 1 minggu Efektif mencegah relaps dan
kanker

3/6
Pemberian peroral
Pemberian pada anak tidak
dianjurkan karena efek
samping pada pertumbuhan
tulang
Cefixime Anak: 1.5-2 Aman untuk anak
mg/kgbb/hari dibagi 2 Efektif
dosis selama 10 hari
Pemberian per oral
Thiamfeniko Dewasa: 4x500 mg/hari Dapat dipakai untuk anak
l dan dewasa
Anak: 50 mg/kgbb/hari
selama 5-7 hari bebas Dilaporkan cukup sensitif
panas pada beberapa daerah

7. Konseling dan edukasi

a. Pengobatan dan perawatan serta aspek lain dari demam tifoid


yang harus diketahui pasien dan keluarganya.
b. Diet, pentahapan mobilisasi, dan konsumsi obat sebaiknya
diperhatikan atau dilihat langsung oleh dokter, dan keluarga
pasien telah memahami serta mampu melaksanakan.
c. Tanda-tanda kegawatan harus diberitahu kepada pasien dan
keluarga supaya bisa segera dibawa ke rumah sakit terdekat
untuk perawatan

d. Perbaikan sanitasi lingkungan

e. Peningkatan higiene makanan dan minuman

f. Peningkatan higiene perorangan

g. Pencegahan dengan imunisasi

4/6
8. Diagram alir
Anamnesa Pemeriksaan Pemeriksaan
fisik penunjang

Diagnosa

Terapi

Konseling
dan edukasi

9. Hal – hal yang Bisa terjadi komplikasi yang terjadi pada minggu kedua dan ketiga
perlu demam. Komplikasi antara lain perdarahan, perforasi, sepsis,
diperhatikan ensefalopati, dan infeksi organ lain:

a. Tifoid toksik (Tifoid ensefalopati)


Penderita dengan sindrom demam tifoid dengan panas tinggi yang
disertai dengan kekacauan mental hebat, kesadaran menurun,
mulai dari delirium sampai koma.

b. Syok septik
Penderita dengan demam tifoid, panas tinggi serta gejala-gejala
toksemia yang berat. Selain itu, terdapat gejala gangguan
hemodinamik seperti tekanan darah turun, nadi halus dan cepat,
keringat dingin dan akral dingin.

c. Perdarahan dan perforasi intestinal (peritonitis)


Komplikasi perdarahan ditandai dengan hematoschezia. Dapat
juga diketahui dengan pemeriksaan feses (occult blood test).
Komplikasi ini ditandai dengan gejala akut abdomen dan
peritonitis. Pada foto polos abdomen 3 posisi dan pemeriksaan
klinis bedah didapatkan gas bebas dalam rongga perut.

d. Hepatitis tifosa
Kelainan berupa ikterus, hepatomegali, dan kelainan tes fungsi

5/6
hati.

e. Pankreatitis tifosa
Terdapat tanda pankreatitis akut dengan peningkatan enzim lipase
dan amylase. Tanda ini dapat dibantu dengan USG atau CT Scan.

f. Pneumonia.
Didapatkan tanda pneumonia yang Diagnosisnya dibantu dengan foto
polos toraks

10. Unit Terkait 1. UGD


2. Poli umum
3. Poli KIA/KB
4. Pustu
5. Ponkesdes

11. Dokumen
Terkait

11 .Rekaman Historis

No Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan


Tgl.

6/6

Anda mungkin juga menyukai