Anda di halaman 1dari 8

PENANGANAN THYPOID FEVER

( DEMAM TIFOID )
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
YULIADI
SETIAWAN,
PUSKESMAS
S.Kep., Ns
WONOREJO
19830718
201001 1 020
1. Pengertian Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Salmonella Typhosa, erat kaitannya dengan kualitas
higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang baik.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan Demam
Tifoid
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Wonorejo tentang
Pemberlakuan Standar Operasional Pelayanan Klinis,
medis,dan program Nomor :
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 514 Tahun 2015 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilisitas Kesehatan
Primer
5. Alat dan 1. Thermometer
Bahan 2. Tensi
3. Stetoscope
4. Respiratory time
5. Jam
6. Alat tulis
7. Rekam medis pasien

6. Prosedur / 1. Petugas melakukan anamnesa dan mendapatkan keluhan


Langkah- pasien berupa demam turun naik terutama sore dan malam
langkah hari (demam intermiten). Demam tinggi dapat terjadi terus
menerus (demam kontinu) hingga minggu kedua Keluhan
disertai dengan sakit kepala (pusingpusing) yang sering
dirasakan di area frontal, nyeri otot, pegal-pegal, insomnia,
anoreksia dan mual muntah. Selain itu, keluhan dapat pula
disertai gangguan gastrointestinal berupa konstipasi dan
meteorismus atau diare, nyeri abdomen dan BAB berdarah.
Pada anak dapat terjadi kejang demam.
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum biasanya tampak sakit sedang atau
sakit berat
b. Suhu tinggi >37,5 celcius
c. bradikardi relatif, yaitu penurunan frekuensi naadi
sebanyak 8 denyut/menit setiap kenaikan suhu
1celcius
d. icterus
e. holitosis
f. Bibir kering dan kadang pecah-pecah.
g. Lidah kotor dan ditutup selaput putih (coated tongue),
jarang ditemukan pada anak.
h. Ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor.
i. Nyeri tekan regio epigastrik (nyeri ulu hati).
j. Hepatosplenomegali.
k. Delirium pada kasus berat lebih menonjol
3. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang
a. Darah perifer lengkap
Hitung lekosit total menunjukkan leukopeni (<5000 per
mm3)/ leukositosis/jumlah leukosit normal, limfositosis
relatif, monositosis, trombositopenia (biasanya ringan),
anemia
b. Pemeriksaan serologi Widal Dengan titer O 1/320
diduga kuat diagnosisnya adalah demam tifoid. Reaksi
widal negatif tidak menyingkirkan diagnosis tifoid.
Diagnosis demam tifoid dianggap pasti bila didapatkan
kenaikan titer 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang
dengan interval 5-7 hari.
c. Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi klinis
misalalnya : SGOT/SGPT, kadar lipase dan amylase.
4. Petugas menegakkan diagnosa setelah melakukan
pemeriksaan tersebut.
5. Petugas memberikan terapi
a. Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
1. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan
mobilisasi.
2. Menjaga kecukupan asupan cairan, yang diberika
secara oral maupun parenteral.
3. Diet tinggi kalori, tinggi protein dan rendah serat,
konsistensi lunak.
4. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas.
5. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah,
nadi, suhu, kesadaran), kemudian dicatat dengan
baik di rekam medik pasien.
b. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam
(antipiretik) dan mengurangi keluhan gastrointestinal.
c. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini
pertama untuk demam tifoid adalah kloramfenikol,
ampisilin atau amoksisilin (aman untuk penderita yang
sedang hamil), atau trimetroprimsulfametoxazole
(kotrimoksazol).
d. Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai
tidak efektif, dapat diganti dengan antibiotik lain atau
dipilih antibiotik lini kedua yaitu Ceftriaxone, Cefotaxime
(diberikan untuk dewasa dan anak), Kuinolon (tidak
dianjurkan untuk anak <18 tahun karena dinilai
mengganggu pertumbuhan tulang).
Tabel 17. Antibiotik dan dosis penggunannya

ANTIBIOT DOSIS KETERANGAN


IKA

Kloramfeni Dewasa: 4x500 mg Merupakan obat yang


kol selama 10 hari sering digunakan dan
Anak 50-100 telah lama dikenal
mg/kgBB/har, maks efektif untuk tifoid
2 gr selama 10-14 Murah dan dapat
hari dibagi 4 dosis diberikan peroral serta
sensitivitas masih tinggi
Pemberian PO/IV
Tidak diberikan bila
lekosis <2000/mm3

Ceftriaxon Dewasa: 2-4gr/hari Cepat menurunkan


e selama 3-5 hari suhu, lama pemberian
Anak: 80 pendek dan dapat dosis
mg/kgBB/hari dalam tunggal serta cukup
dosis tunggal aman untuk anak.
selama 5 hari Pemberian PO/IV

Ampicillin Dewasa: (1.5-2) Aman untuk penderita


& gr/hr selama 7-10 hamil
Amoksisili hari Sering dikombinasi
n Anak: 50 –100 dengan kloramfenikol
mg/kgbb/hari pada pasien kritis
selama Tidak mahal
7-10 hari Pemberian PO/IV

Cotrimoxa Dewasa: 2x(160- Tidak mahal


zole 800) selama 7-10 Pemberian per oral
(TMP- hari
SMX) Anak: TMP 6-19
mg/kgbb/hari atau
SMX 30-50
mg/kgbb/hari
selama 10 hari

Quinolone Ciprofloxacin 2x500 Pefloxacin dan


mg selama 1 Fleroxacin lebih cepat
minggu menurunkan suhu
Ofloxacin 2x(200- Efektif mencegah
400) selama 1 relaps dan kanker
minggu Pemberian peroral
Pemberian pada anak
tidak dianjurkan karena
efek samping pada
pertumbuhan tulang

Cefixime Anak: 1.5-2


Aman untuk anak
mg/kgbb/hari dibagi
Efektif
2 dosis selama 10
Pemberian per oral
hari

Thiamfeni Dewasa: 4x500 Dapat dipakai untuk


kol mg/hari anak dan dewasa
Anak: 50 Dilaporkan cukup
mg/kgbb/hari sensitif pada beberapa
selama 5-7 hari daerah
bebas panas
7. Konseling a. Pengobatan dan perawatan serta aspek lain dari demam
dan Edukasi tifoid yang harus diketahui pasien dan keluarganya.
b. Diet, pentahapan mobilisasi, dan konsumsi obat
sebaiknya diperhatikan atau dilihat langsung oleh dokter,
dan keluarga pasien telah memahami serta mampu
melaksanakan.
c. Tanda-tanda kegawatan harus diberitahu kepada pasien
dan keluarga supaya bisa segera dibawa ke rumah sakit
terdekat untuk perawatan
d. Perbaikan sanitasi lingkungan
e. Peningkatan higiene makanan dan minuman
f. Peningkatan higiene perorangan
g. Pencegahan dengan imunisasi

8. Diagram Alir Melakukan


Anamnesa Melakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik penunjang

Menegakkan diagnosa
klinis

Menegakkan diagnosa
banding

Menegakkan
komplikasi

Melakukan Melakukan terapi dan


konselling tindakan
dan edukasi

9. Hal-hal yang Bisa terjadi komplikasi yang terjadi pada minggu kedua dan
perlu ketiga demam. Komplikasi antara lain perdarahan, perforasi,
diperhatikan sepsis, ensefalopati, dan infeksi organ lain:
a. Tifoid toksik (Tifoid ensefalopati)
Penderita dengan sindrom demam tifoid dengan panas
tinggi yang disertai dengan kekacauan mental hebat,
kesadaran menurun, mulai dari delirium sampai koma.
b. Syok septik
Penderita dengan demam tifoid, panas tinggi serta
gejala-gejala toksemia yang berat. Selain itu, terdapat
gejala gangguan hemodinamik seperti tekanan darah
turun, nadi halus dan cepat, keringat dingin dan akral
dingin.
c. Perdarahan dan perforasi intestinal (peritonitis)
Komplikasi perdarahan ditandai dengan hematoschezia.
Dapat juga diketahui dengan pemeriksaan feses (occult
blood test). Komplikasi ini ditandai dengan gejala akut
abdomen dan peritonitis. Pada foto polos abdomen 3
posisi dan pemeriksaan klinis bedah didapatkan gas
bebas dalam rongga perut.
d. Hepatitis tifosa
Kelainan berupa ikterus, hepatomegali, dan kelainan tes
fungsi hati.
e. Pankreatitis tifosa
Terdapat tanda pankreatitis akut dengan peningkatan
enzim lipase dan amylase. Tanda ini dapat dibantu
dengan USG atau CT Scan.
f. Pneumonia.
Didapatkan tanda pneumonia yang Diagnosisnya dibantu
dengan foto polos toraks
10. Unit Terkait 1. UGD
2. Poli umum
3. Poli KIA/KB
4. Pustu
5. Ponkesdes

11. Rekaman Tanggal Mulai


No Yang Diubah Isi perubahan
Historis Diberlakukan
Perubahan

Anda mungkin juga menyukai