PUSKESMAS SIDOARJO
GIZI BURUK
Pembimbing :
Dr. Laksomono Pratiknyo, M.Kes
Oleh :
Anisah npm : 06700054
No Berkas
: 01
No RM
Puskesmas Sidoarjo
Nama KK
: Moh. Fauzi
Tingkat
Pemahaman
Paraf
Pembimbing
Paraf
Keterangan
Alamat lengkap
Bentuk Keluarga
: nuklear family
Nama
Umur
Pendidika
n
Pekerjaa
n
Moh. Fauzi
Keduduka L/
n
dalam P
keluarga
KK
L
30
STM
Tukang
2
3
3
Eny Irawati
An. Dedy
An. Desy
Istri
Anak
Anak
31
7
6 bln
SMP
SD
becak
Pedagang
Pelajar
P
L
P
Pasien
Klinik
(Y/T)
T
Ket
T
Y
Y
BAB I
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini diambil dari penemuan Anak Gizi Buruk, menggunakan data rutin
hasil penimbangan anak di posyandu. Penderita berjenis kelamin perempuan dan
berusia 6 bulan, dimana penderita merupakan salah satu dari penderita gizi buruk
yang berada di wilayah Puskesmas Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, dengan
berbagai permasalahan yang dihadapi. Oleh posyandu pasien tersebut dirujuk ke
Puskesmas Sidoarjo. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat
khususnya
di
daerah
Puskesmas
Sidoarjo
Kabupaten
Sidoarjo
beserta
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. D
Umur
: 6 bulan
Jenis kelamin
: perempuan
Pekerjaan
: -
Pendidikan
: -
Agama
: Islam
Alamat
C.
Suku
: Jawa
Tanggal periksa
: 5 Juni 2013
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
hanya minum ASI sampai usia 2 bulan, pasien sulit minum ASI karena ASI
sulit keluar dari puting susu ibunya. Selain minum ASI pasien pernah minum
susu SGM, tetapi pasien diare akhirnya oleh ibu pasien dihentikan
pemberiannya. Selama umur 3 bulan sampai umur 5 bulan pasien hanya
minum air tajin dan air gula. Ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien sejak
1 bulan ini pasien tidak ceria dan jarang menangis, tidak pernah muntah, tidak
batuk pilek, tidak demam, tidak ada luka kering dikaki.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
-
Riwayat kelahiran
: pasien lahir di praktek bidan
swasta, tidak segera menangis, dengan berat lahir 2,6 kg.
Riwayat Imunisasi
: HB0, BCG, polio 1,
DPT/HB1, polio 2
: disangkal
: disangkal
Ibu pasien ketika hamil pasien usia 2 bulan sampai dengan 9 bulan
mempunyai riwayat muntah dan tidak mau makan nasi dan lauk, hanya
makan buah-buahan saja
5. Riwayat Kebiasaan
-
Pasien tinggal bersama orang tua dan kakaknya. Dari pagi hingga
pukul 5 sore pasien diasuh oleh ibunya, setelah itu pasien diasuh oleh
bibinya hingga malam hari, yang mana bibinya juga mempunyai
seorang anak yang berusia 2 tahun.
2. Kepala
3. Mata
4. Hidung
5. Telinga
6. Mulut
7. Tenggorokan
8. Pernafasan
9. Kadiovaskuler
10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun
(+), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan
11. Genitourinaria
12. Neuropsikiatri
: Neurologik
Psikiatrik
: (-)
13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)
14. Ekstremitas
: Atas
Bawah
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS E 4V5M6), status gizi
kesan kurang.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital
Nadi
Pernafasan : 28 x/menit
Suhu
: 36,8 oC
Tensi
: 4,3 kg
PB
: 56 cm
Kepala
4. Mata
Conjunctiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
kornea (+/+), kekeringan pada kornea (-), warna kelopak (coklat kehitaman),
katarak (-/-), radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
5. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
6. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (+), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi
lidah hiperemis (-), tremor (-)
7. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping
telinga dalam batas normal, keluar cairan (-).
8. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
9. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
10. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
- Cor :I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas
:SIC II LPSD
oedem
RF
RP
Kesadaran
Afek
: appropriate
Psikomotor
: normoaktif
Proses pikir
: bentuk :realistik
Insight
isi
arus
:koheren
: baik
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hb = 9,6 mg/dL
G. RESUME
2.
orang tua
3.
I. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
1. Terapi gizi pada Fase Stabilisasi pada hari ke 1-2.
Diberikan F75 :
Cukup energi ( 80-100 kkal/kg BB)
Cukup protein ( 1-1,5 g/kgBB )
Cukup cairan : 130 ml/kgBB
Cukup elektrolit
Dibagi dalam 12 kali pemberian
Diberikan F75 :
Cukup energi (100-150 kkal/kgBB)
Cukup protein ( 2-3 g/kgBB)
Cukup cairan : 150 ml/kgBB
Diberikan F100 :
Cukup energi (150-220 kkal/kgBB)
Cukup protein (4-6 g/kgBB)
Cukup cairan : 150-200 ml/kgBB
Medikamentosa
1. Vitamin A 50.000 SI ( kapsul biru ) diberikan pada fase stabilisasi dan
transisi
2. Sirup besi ( Fe SO4 150 ml ) 1-3 mg elemental diberikan pada fase
rehabilitasi.
J. FOLLOW UP
Tanggal 5 Juni 2013
10
S :Pasien mau minum susu, badan lemas (-), batuk (-), pilek (-), demam (-),
diare (-), tidak rewel.
O :KU sedang, compos mentis, gizi kurang
Tanda vital :T : mmHg
N : 160 x/menit
R :55 x/menit
BB: 4,5 kg
S :36,7 0C
PB : 56 cm
Diberikan F75 :
Cukup energi (150-220 kkal/kgBB)
Cukup protein (4-6 g/kgBB)
Cukup cairan : 150-200 ml/kgBB
R :65 x/menit
BB : 4,6 kg
S :36,5 0C
PB : 56 cm
Diberikan F75 :
Cukup energi (150-220 kkal/kgBB)
Cukup protein (4-6 g/kgBB)
Cukup cairan : 150-200 ml/kgBB
11
S :Penderita merasa nafsu makan menurun (+), badan lemas (-), batuk (+)
batuk darah (-), sesak napas (+), nyeri dada (-), dan keringat malam (-).
O :KU sedang, compos mentis, gizi kurang
Tanda vital :T : 110/70 mmHg
N : 120 x/menit
R :32 x/menit
BB: 4,7 kg
S :36,5 0C
PB : 56 cm
Diberikan F75 :
Cukup energi (150-220 kkal/kgBB)
Cukup protein (4-6 g/kgBB)
Cukup cairan : 150-200 ml/kgBB
FLOW SHEET
Nama
: An. D
Diagnosis : Gizi Buruk tanpa komplikasi (perawatan fase stabilisasi )
NO
T
G
L
BB
PB
Status
Gizi
Pemeriks
aan Hb
Kg
Cm
5/06/
13
45
12/06
/13
18/06
/13
Mat
a
KET
56
Gizi
kurang
46
56
Gizi
kurang
CA
Terapi
gizi
(+/+) pada
Fase
rehabilitasi
Hb : 10,4 CA
mm/dL
(+/+)
47
56
Gizi
kurang
CA
(+/+)
BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI KELUARGA
12
1. Fungsi Biologis.
Keluarga terdiri dari penderita, ayah (Tn. Fauzi, 31 tahun), Ibu
(Ny. Enywati, 30 tahun) dan kakaknya (An. Dedy, 7 tahun). Penderita
tinggal serumah dengan ayah dan ibunya. Penderita ketika lahir
ditolong oleh bidan, spontan, tidak langsung menangis dengan BB lahir
2,6 kg di rumah seorang bidan desa.
2. Fungsi Psikologis.
An. D tinggal serumah dengan kedua orang tuanya (Tn. Fauzi dan
Ny. Enywati). Hubungan keluarga mereka terjalin cukup akrab, terbukti
dengan permasalahan-permasalahan yang dapat diatasi dengan baik dalam
keluarga ini. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu dengan
yang lain, bahkan juga dengan keluarga besar dari ayah yang tinggal
berdekatan dengan rumah penderita. Kedua orang tua penderita bekerja
dari pagi dan pulang di malam harinya. Sehingga sehari-hari penderita
lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bibi yang setiap hari datang
untuk menjaganya. Namun kedua orang tua penderita tetap berusaha untuk
memperhatikan kebutuhan penderita sehari-hari terutama mengenai makan
sehari-hari.
Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara
musyawarah dan dicari jalan tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong
menolong baik fisik, mental, maupun jika ada salah seorang di antaranya
yang
menderita
kesusahan.
Meskipun
penghasilan
mereka
tak
3. Fungsi Sosial
Penderita adalah termasuk anak yang tidak rewel, jika diasuh atau
digendong dengan siapapun penderita tidak menangis. Dalam masyarakat
penderita dan kedua orang tua hanya sebagai anggota masyarakat biasa,
13
B. APGAR SCORE
ADAPTATION
Pasien masih berumur 6 bulan, pasien belum bisa bicara.
PARTNERSHIP
14
Sering/
selalu
Kadangkadang
Jarang/tidak
Sering/
selalu
15
Kadangkadang
Jarang/tidak
Sering/
selalu
Kadangkadang
Jarang/tidak
Kedua orang tua yang bekerja banyak menyita waktu, sehingga semakin
sedikit untuk waktu mereka untuk bersama-sama.
Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga An. Rendra adalah 27,
sehingga rata-rata APGAR dari keluarga An. Rendra adalah 9. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga An. Rendra dan
16
orang tuanya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga
tersebut terjalin baik.
C. SCREEM
SUMBER
Sosial
PATHOLOGY
Interaksi sosial yang baik antar anggota
keluarga juga dengan saudara partisipasi
mereka dalam masyarakat cukup meskipun
banyak keterbatasan.
Cultural
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya
baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan
sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan, banyak tradisi budaya yang
masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara
yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll.
Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan
kesopanan
Religius
Pemahaman
agama
cukup.
Namun
Agama
menawarkan penerapan ajaran agama kurang, hal ini dapat
pengalaman spiritual yang baik dilihat dari orang tua hanya menjalankan
untuk ketenangan individu yang sholat sesekali saja.
tidak didapatkan dari yang lain
Ekonomi
Ekonomi keluarga ini tergolong menengah
ke bawah, untuk kebutuhan primer sudah
bisa terpenuhi, meski belum mampu
mencukupi kebutuhan sekunder rencana
ekonomi tidak memadai, diperlukan skala
prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup
Edukasi
Pendidikan anggota keluarga kurang
memadai.
Tingkat
pendidikan
dan
pengetahuan orang tua masih rendah.
Kemampuan untuk memperoleh dan
memiliki fasilitas pendidikan seperti bukubuku, koran terbatas.
Medical
Tidak mampu membiayai pelayanan
Pelayanan kesehatan puskesmas kesehatan yang lebih baik. Dalam mencari
memberikan perhatian khusus pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya
terhadap kasus penderita
menggunakan Puskesmas dan hal ini mudah
dijangkau karena letaknya dekat.
Keterangan :
Ekonomi (+) artinya keluarga An. Dessy masih menghadapi
permasalahan dalam hal perekonomian keluarga. Hal ini dapat
dilihat dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang pas-pasan dan
belum dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tertiernya.
17
KET
_
Bentuk Keluarga
: Nuclear Family
18
- Tn Fauzi
- 31 tahun
-
- tukang
becak
- etnis Jawa
- Ny. Margiyati,
- 36 th
-
- Dessy
- 6 bln
--
- etnis Jawa
Keterangan :
Penderita
Tn. Fauzi
Ny. Eniwaty
: Ayah Penderita
: Ibu Penderita
19
- buruh
- etnis Jawa
F. Keluarga
Tn. fauzi, 31 th
Keterangan :
Ny. Eniwaty, 32 th
: hubungan baik
: hubungan tidak baik
Hubungan antara An. Dessy, ayah dan ibunya baik dan dekat. Antara ayah dan
ibunya baik. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk
antar anggota keluarga.
F. Pertanyaan Sirkuler
1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh ibu?
Jawab :
Ibu merawat penderita dan menyiapkan kebutuhan penderita selama ibu
pergi bekerja.
2. Ketika ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan ayah?
Jawab :
Ayah mendukung apa yang dilakukan oleh ibu. Karena ia mempercayai
urusan anak sehari-hari kepada ibu.
3. Ketika ayah seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?
Jawab :
Ikut mendukung dan membantu apa yang diputuskan ayah.
4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab :
Dibutuhkan ijin ayah, karena ia sebagai kepala keluarga. Namun
sebelumya melalui musyawarah dengan anggota keluarga lainya atau
mungkin juga melibatkan keluarga besarnya.
20
21
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku Keluarga
An. D adalah seorang anak dari pasangan Tn. F dan Ny. E. Penderita
sekarang berumur 6 bulan. Kedua orang tua penderita dan bibi penderita
yang menjaganya sehari-hari belum banyak memiliki pengetahuan tentang
kesehatan khususnya tentang gizi buruk sendiri dan pentingnya pemenuhan
gizi dan kebersihan lingkungan yang berhuubungan erat dengan penyakit
penderita. Walaupun begitu mereka tetap memandang pendidikan sebagai
hal penting bagi anaknya.
Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat
adalah keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas seharihari. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka
sakit, mereka menjadi tidak dapat bekerja lagi sehingga otomatis pendapatan
keluarga akan berkurang dan menjadi beban anggota keluarga lainnya.
Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh kuman penyakit,
bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural/ takhayul. Mereka tidak terlalu
mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit, lebih
mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan, atau
dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.
Walaupun perabot rumah tidak tertata dengan rapi namun Keluarga
ini berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan
menyapu rumah dan halaman paling tidak sehari dua kali, pagi dan sore.
Keluarga ini sudah memiliki fasilitas jamban. Untuk melakukan
kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air dari pompa air
yang ada di rumah.
22
Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 12x6 m 2 yang
berdempetan dengan rumah tetangganya dan menghadap ke Selatan. Tidak
memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari ruang kamar
tamu yang sekaligus digunakan sebagai ruang keluarga dan menonton TV, dua
kamar tidur, satu kamar makan yang jarang digunakan, dapur, gudang dan
kamar mandi yang sudah memiliki fasilitas jamban. Terdiri dari 2 pintu keluar,
yaitu 1 pintu depan dan 1 pintu belakang. Jendela ada 3 buah, dikamar tamu
dan disetiap kamar tidurnya namun semuanya jarang dibuka..Di depan rumah
terdapat teras yang berukuran 6x1 m2. Lantai rumah sebagian besar terbuat
dari bahan semen dan pada bagian dapur dan gudang berlantaikan tanah.
Ventilasi dan penerangan rumah masih kurang. Atap rumah tersusun dari
genteng dan tidak ditutup langit-langit. Masing-masing kamar memiliki dipan
23
untuk meletakan kasur. Dinding rumah terbuat dari batubata namun belum
dicat. Perabotan rumah tangga minim. Sumber air untuk kebutuhan sehariharinya keluarga ini menggunakan mesin pompa air. Secara keseluruhan
kebersihan rumah masih kurang. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan
kompor minyak dan kadang menggunakan kayu bakar yang biasa disimpan di
gudang dan belakang rumah.
Denah Rumah
:
6M
GUDANG
K. MANDI
DAPUR
K. TIDUR
12 M
K. MAKAN
K. TIDUR
K. TAMU
TERAS
Keterangan :
: Jendela
: Satu Pintu
: Tembok Bata
: Pagar teras
: Papan pembatas
24
BAB IV
DAFTAR MASALAH
1. Masalah aktif :
a. Gizi buruk tanpa koplikasi
b. Kondisi ekonomi lemah
c. Pengetahuan orang tua yang kurang tentang penyakit penderita
d. Pemenuhan kebutuhan gizi yang kurang
2. Faktor resiko :
a. Status gizi kurang
b. Lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat
c. Kurangnya kasih sayang dan pola asuh yang kurang baik
DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
8.Tingkat
pendidikan orang
tua masih rendah
7. pengetahuan
orang tua
tentang
penyakitnya
yang kurang
1.Lingkungan
dan rumah
yang tidak sehat
sehatang
An. Dessy
6 bulan
5. Underweight
2. Kondisi
ekonomi lemah
4. pola asuh
yang kurang
25
BAB V
PATIENT MANAGEMENT
A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT
1. Suport Psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor
yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada
dokternya. Antara lain dengan cara :
a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.
b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau
kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
d. Timbulnya kepercayaan dari orang tua pasien, sehingga timbul pula
kesadaran dan kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.
Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon
hanya kepada Tuhan YME.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal
yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi
kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.
2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk orang tua dengan problem
psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang
penyakitnya. Faktor yang paling penting untuk kesembuhannya perbaikan
pola asuh menjadi yang benar. Selain itu juga didukung dengan makan
makanan yang bergizi tinggi meskipun sederhana sebagai sumber energi
untuk perkembangan otak dan fungsi organnya.
3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien
Diberikan penjelasan yang benar tentang Gizi Buruk. Keluarganya
perlu tahu tentang penyakit, pengobatannya dan pencegahan. Sehingga
persepsi yang salah dan merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan
melalui konseling setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah
baik oleh dokter maupun oleh petugas Yankes.
26
27
28
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
GIZI BURUK
A. LATAR BELAKANG
Kurang energi dan Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi
dan kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasa
rtahun 2010, sebanyak 13,0% berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9%
berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan 13,3% anak kurus,
diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat
pendek. Keadaan ini berpengaruh kepada masih tingginya angka kematian
bayi. Menurut WHO lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan
gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara
cepat dan tepat.
Penanganan gizi buruk secara rawat jalan dan rawat inap merupakan
jawaban terhadap pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Perbaikan Gizi, yaitu setiap anak gizi buruk yang ditemukan harus
mendapatkan perawatan sesuai dengan standar.
B. DEFINISI
Keadaan gizi anak yang ditandai dengan satu atau lebih tanda berikut:
a. Sangat kurus
b. Edema, minimal pada kedua punggung kaki
c. BB/PB atau BB/TB < -3 SD
d. LiLA < 11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan)
C. KRITERIA ANAK GIZI BURUK
1. Gizi Buruk Tanpa Komplikasi
a. BB/TB: < -3 SD dan atau;
b. Terlihat sangat kurus dan atau;
c. Adanya Edema dan atau;
d. LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan
2. Gizi Buruk dengan Komplikasi
Gizi buruk dengan tanda-tanda tersebut di atas disertai salah satu atau
lebih dari tanda komplikasi medis berikut:
a. Anoreksia
b. Pneumonia berat
c. Anemia berat
d. Dehidrasi berat
e. Demam sangat tinggi
f. Penurunan kesadaran
29
anak yang berdasarkan hasil penapisan Lila < 12,5 cm, atau semua
anak yang dirujuk dari posyandu (2T dan BGM) maka dilakukan
pemeriksaan antropometri dan tanda klinis, semua anak diperiksa
tanda-tanda komplikasi (anoreksia, pneumonia berat, anemia berat,
dehidrasi berat, demam sangat tinggi, penurunan kesadaran), semua
anak diperiksa nafsu makan dengan cara tanyakan kepada orang tua
apakah anak mau makan/tidak mau makan minimal dalam 3 hari
terakhir berturut-turut.
3. Bila dalam pemeriksaan pada anak didapatkan satu atau lebih tanda
tampak sangat kurus, edema pada seluruh tubuh, BB/PB atau BB/TB <
-3 SD, LiLA < 11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan) dan disertai dari
salah satu atau lebih tanda komplikasi medis sebagai berikut:
anoreksia, pneumonia berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam
sangat tinggi, penurunan kesadaran, maka anak dikategorikan gizi
buruk dengan komplikasi sehingga perlu penanganan secara rawat
inap.
30
BB/TB < -2 s/d -3 SD, LiLA 11,5 s/d 12,5 cm, tidak ada edema, nafsu
makan baik, tidak ada komplikasi medis, maka anak dikategorikan gizi
kurang dan perlu diberikan PMT Pemulihan.
6. Bila kondisi anak rawat inap sudah membaik dan tidak lagi ditemukan
komplikasi medis, tanda klinis baik dan status gizi kurang, nafsu
makan baik maka penanganan anak dengan pemberian PMT
pemulihan.
8. Anak gizi buruk yang telah mendapatkan penanganan melalui rawat
31
2.
3.
Pelatihan
Pelatihan tenaga kesehatan menggunakan modul yang ada dengan materi
meliputi:
- Pemantauan pertumbuhan anak seperti menimbang, mengisi dan
interpretasi KMS, mengukur LiLA, konseling dan mengisi SIP),
- Pendampingan dalam melaksanakan PHBS, konseling pemberian
makanan, kepatuhan melaksanakan atau mengonsumsi paket
pemulihan gizi,
- Peranan kader posyandu dalam penanganan anak gizi buruk secara
rawat jalan.
a. Tenaga kesehatan
Pelatihan dilaksanakan di tingkat kabupaten/kota oleh tim
fasilitator. Tenaga kesehatan yang dilatih berasal dari
Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Poskesdes, dengan
melibatkan tenaga kesehatan sebagai berikut:
Puskesmas: dokter, ahli gizi (TPG), perawat, tenaga promosi
kesehatan;
Puskesmas Pembantu: perawat atau bidan;
Poskesdes: bidan di desa.
32
b. Kader posyandu
Pelatihan di Posyandu dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
Puskesmas dan melibatkan tenaga kesehatan dari Puskesmas
Pembantu atau Poskesdes.
LANGKAH PELAKSANAAN
1.
a.
b.
c.
1.
2.
3.
4.
33
34
Penentuan Lokasi
PPG dapat diselenggarakan pada fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
a. Puskesmas perawatan
b. Rumah Sakit
c. Bila berupa bangunan di luar Puskesmas atau bangunan baru, lokasinya harus
berdekatan dengan Puskesmas
Tenaga dan Waktu Kerja
Tenaga
Rasio tenaga yang dibutuhkan untuk merawat 10-20 anak:
Dokter : 1 orang
Perawat : 4 orang
Ahli Gizi/ Nutrisionis : 1 orang
Juru Masak : 1 orang
Tenaga kebersihan dibantu oleh ibu atau anggota keluarga yang mendampingi
anak yang dirawat.
Tenaga kesehatan yang bertugas merawat anak, seharusnya telah mendapat
pelatihan Tatalaksana anak gizi buruk. Tenaga kesehatan merawat secara
bergantian selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu. Pada kondisi tertentu dokter
diharapkan bertugas selama 24 jam apabila terdapat pasien dalam keadaan gawat
darurat.
35
Waktu kerja
Waktu kerja terbagi dalam 3 shift yaitu:
Shift I : PK. 08.00 s/d 14.00
Shift II : PK. 14.00 s/d 20.00
Shift III : PK. 20.00 s/d 08.00. Pembagian kerja disesuaikan dengan kondisi
setempat
Fasilitas
a. Ruang Perawatan
Ruang perawatan khusus, terpisah dari ruang perawatan lainnya.
1) Ruang perawatan dengan ventilasi dan pencahayaan cukup, tanpa AC dan kipas
angin.
2) Tempat tidur anak gizi buruk dijauhkan dari jendela atau pintu masuk.
Luas ruangan ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur. Untuk 10 tempat tidur
diperlukan luas ruangan 10 m x 6
b. Fasilitas Ruangan dan Penunjang
1) Ruang perawatan dengan tempat tidur dan kelengkapannya (bantal, sprei,
selimut, perlak, lemari pakaian dll)
2) Ruang petugas/ administrasi
3) Ruang konseling kesehatan dan gizi
4) Tempat bermain anak
5) Tempat penyimpanan obat
6) Dapur: ruang persiapan dan penyiapan formula makanan (F-75, F-100,
ReSoMal, dll)
7) Tempat penyimpanan bahan makanan
8) Fasilitas air bersih, Mandi Cuci Kakus (MCK)
9) Fasilitas pembuangan limbah
c. Peralatan
1) Peralatan medis dan obat-obatan
2) Pemeriksaan laboratorium sederhana (Pemeriksaan HB, kadar gula darah dan
mantoux tes)
3) Alat Antropometri (alat ukur BB, TB atau PB)
4) Media KIE (food model, leaflet, poster, buku pedoman Tatalaksana Anak Gizi
Buruk I dan II)
5) Peralatan dapur dan peralatan pembuatan formula.
6) Peralatan kebersihan (sapu, kemoceng, kain pel, dll)
7) Peralatan mandi dan cuci (ember, sabun, sikat gigi, pasta
gigi, dll)
8) Alat Permainan Edukasi (APE)
36
B. KEGIATAN PELAKSANAAN
1. Penerapan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (lihat buku pedoman
Tatalaksana Anak Gizi Buruk I dan II)
a. Pelayanan Medis, keperawatan dan konseling gizi sesuai dengan penyakit
penyerta/penyulit.
b. Pemberian formula dan makanan sesuai dengan fase sebagai berikut:
1) Fase Stabilisasi
Diberikan makanan formula 75 (F-75) dengan asupan gizi 80-100
KKal/kgBB/hari dan protein 1-1,5 g/KgBB/hari. ASI tetap diberikan pada anak
yang masih mendapatkan ASI.
2) Fase Transisi
Pada fase transisi ada perubahan pemberian makanan hari F-75 menjadi F100. Diberikan makanan formula 100 (F-100) dengan asupan gizi 100-150
KKal/kgBB/ hari dan protein 2-3 g/kgBB/hari.
3) Fase Rehabilitasi
Diberikan makanan seperti pada fase transisi yaitu F-100, dengan
penambahan makanan untuk anak dengan BB < 7 kg diberikan makanan bayi dan
untuk anak dengan BB > 7 kg diberikan makanan anak. Asupan gizi 150-220
KKal/kgBB/hari dan protein 4-6 g/kgBB/hari.
4) Fase Tindak Lanjut (dilakukan di rumah)
Setelah anak pulang dari PPG, anak tetap dikontrol oleh Puskesmas
pengirim secara berkala melalui kegiatan Posyandu atau kunjungan ke Puskesmas.
Lengkapi imunisasi yang belum diterima, berikan imunisasi campak sebelum
pulang. Anak tetap melakukan kontrol (rawat jalan) pada bulan I satu kali/
minggu, bulan II satu kali/ 2 minggu, selanjutnya sebulan sekali sampai dengan
bulan ke-6. Tumbuh kembang anak dipantau oleh tenaga kesehatan Puskesmas
pengirim sampai anak berusia 5 tahun
Kriteria sembuh:
Bila BB/TB atau BB/PB > -2 SD dan tidak ada gejala klinis dan
memenuhi kriteria pulang sebagai berikut:
a) Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif
b) BB/PB atau BB/TB > -3 SD
c) Komplikasi sudah teratasi
d) Ibu telah mendapat konseling gizi
e) Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-turut
f) Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan.
c. Stimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan
Selama perawatan di PPG anak diberikan stimulasi tumbuh kembang
dengan APE sesuai umur dan kondisi anak mulai dari fase stabilisasi, transisi
maupun rehabilitasi, karena anak gizi buruk sering terjadi keterlambatan tumbuh
kembang seperti gangguan motorik dan sensorik. Kegiatan ini mengacu pada
Buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
d. Rujukan Kasus
1) Rujukan ke Rumah Sakit dilakukan bila terdapat tanda kegawatan/kesakitan
yang tidak dapat diatasi dan memerlukan penanganan lebih lanjut oleh dokter
spesialis anak.
37
38
39
40
PENUTUP
Kesimpulan
Seorang anak perempuan 6 bulan dengan keluhan utama berat badan
turun. Ibu pasien mengakatakan bahwa berat badan anaknya turun dan tidak naiknaik sejak pasien berumur 5 bulan, pasien sulit untuk minum ASI. Pasien hanya
minum ASI sampai usia 2 bulan, pasien sulit minum ASI karena ASI sulit keluar dari
puting susu ibunya. Selain minum ASI pasien pernah minum susu SGM, tetapi pasien
diare akhirnya oleh ibu pasien dihentikan pemberiannya. Selama umur 3 bulan
sampai umur 5 bulan pasien hanya minum air tajin dan air gula. Ibu pasien juga
mengatakan bahwa pasien sejak 1 bulan ini pasien tidak ceria dan jarang menangis,
tidak batuk pilek, tidak demam, tidak ada luka kering dikaki.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sedang, compos
mentis, status gizi kesan buruk. Tanda vital : N: 162 x/menit, Rr: 56 x/menit,
S:36,80C, BB: 4,3 kg, PB : 56 cm, Lila : 10,5 cm. Status gizi Gizi buruk. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan Conjuntiva anemis (+/+), palmar anemis.
Diagnosis Biologis
1. Gizi buruk tanpa komplikasi
2. Nafsu makan kurang.
3. Status gizi yang rendah
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
4.
5.
orang tua
6.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Ulshen M, 1999. Sistem Saluran Pencernaan. Dalam Nelson Ilmu
Kesehatan Anak, edisi 15, editor: Behrman, kliegman, Arvin, editor
Bahasa Indonesia: Wahab S, penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta,
halaman 1270-1278.
2. Hasan R dan Alatas H, 1985. Dalam Buku Kuliah1 Ilmu Kesehatan Anak,
penerbit bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, halaman 283-312.
3. Fardah A, Ranuh GR, Sudarmo SM, 2008. Diare. Dalam Pedoman
Diagnosis dan Terapi, edisi III, penerbit Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya, Surabaya, halaman 2-11.
4. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. World Health
Organization.
5. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
6. Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
7. http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/referat-penatalaksanaangiziburuk-menurut_166.html
42