Anda di halaman 1dari 42

HOME VISITE

PUSKESMAS SIDOARJO
GIZI BURUK

Pembimbing :
Dr. Laksomono Pratiknyo, M.Kes

Oleh :
Anisah npm : 06700054

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2013

Klinik Dokter Keluarga FK UNS

No Berkas

: 01

Berkas Pembinaan Keluarga

No RM

Puskesmas Sidoarjo

Nama KK

: Moh. Fauzi

Tanggal kunjungan pertama kali 5 Juni 2013,


Nama pembina keluarga pertama kali :
Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu
periode pembinaan )
Tanggal

Tingkat
Pemahaman

Paraf
Pembimbing

Paraf

Keterangan

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga

: Tn. Moh. Fauzi

Alamat lengkap

: Jln. Raden Patah RT 09/RW 06 no. 63 Daleman


Kelurahan Pekauman Sidoarjo.

Bentuk Keluarga

: nuklear family

Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah


No

Nama

Umur

Pendidika
n

Pekerjaa
n

Moh. Fauzi

Keduduka L/
n
dalam P
keluarga
KK
L

30

STM

Tukang

2
3
3

Eny Irawati
An. Dedy
An. Desy

Istri
Anak
Anak

31
7
6 bln

SMP
SD

becak
Pedagang
Pelajar

P
L
P

Sumber : Data Primer, juni 2013

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

Pasien
Klinik
(Y/T)
T

Ket

T
Y
Y

BAB I
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini diambil dari penemuan Anak Gizi Buruk, menggunakan data rutin
hasil penimbangan anak di posyandu. Penderita berjenis kelamin perempuan dan

berusia 6 bulan, dimana penderita merupakan salah satu dari penderita gizi buruk
yang berada di wilayah Puskesmas Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, dengan
berbagai permasalahan yang dihadapi. Oleh posyandu pasien tersebut dirujuk ke
Puskesmas Sidoarjo. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat
khususnya

di

daerah

Puskesmas

Sidoarjo

Kabupaten

Sidoarjo

beserta

permasalahannya seperti masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi


buruk terutama masalah penanganannya.

Oleh karena itu penting kiranya bagi

penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa


menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.
B.

IDENTITAS PENDERITA
Nama

: An. D

Umur

: 6 bulan

Jenis kelamin

: perempuan

Pekerjaan

: -

Pendidikan

: -

Agama

: Islam

Alamat

: Jln. Raden Patah RT 09/RW 06 Daleman Keluhan


Pekauman

C.

Suku

: Jawa

Tanggal periksa

: 5 Juni 2013

ANAMNESIS
1. Keluhan Utama

: Berat badan menurun

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Ibu pasien mengakatakan bahwa berat badan anaknya turun dan tidak
naik-naik sejak pasien berumur 5 bulan, pasien sulit untuk minum ASI. Pasien

hanya minum ASI sampai usia 2 bulan, pasien sulit minum ASI karena ASI
sulit keluar dari puting susu ibunya. Selain minum ASI pasien pernah minum
susu SGM, tetapi pasien diare akhirnya oleh ibu pasien dihentikan
pemberiannya. Selama umur 3 bulan sampai umur 5 bulan pasien hanya
minum air tajin dan air gula. Ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien sejak
1 bulan ini pasien tidak ceria dan jarang menangis, tidak pernah muntah, tidak
batuk pilek, tidak demam, tidak ada luka kering dikaki.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
-

Riwayat kelahiran
: pasien lahir di praktek bidan
swasta, tidak segera menangis, dengan berat lahir 2,6 kg.
Riwayat Imunisasi
: HB0, BCG, polio 1,
DPT/HB1, polio 2

Riwayat tumbuh kembang

: pasien mulai bisa tengkurap

umur 4 bulan, pasien mulai ngoceh-ngoceh dan senyum umur 5 bulan.


-

Riwayat ditimbang di posyandu/puskesmas : (+)

Riwayat alergi obat/makanan

: disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


-

Riwayat keluarga dengan penyakit serupa

: disangkal

Ibu pasien ketika hamil pasien usia 2 bulan sampai dengan 9 bulan
mempunyai riwayat muntah dan tidak mau makan nasi dan lauk, hanya
makan buah-buahan saja

Tidak ada keluarga atau tetangga yang menderita campak

Tidak ada keluarga atau tetangga yang menderita tuberculosis paru

5. Riwayat Kebiasaan
-

Pasien tinggal bersama orang tua dan kakaknya. Dari pagi hingga
pukul 5 sore pasien diasuh oleh ibunya, setelah itu pasien diasuh oleh
bibinya hingga malam hari, yang mana bibinya juga mempunyai
seorang anak yang berusia 2 tahun.

6. Riwayat Sosial Ekonomi


Penderita adalah anak kedua dari pasangan suami istri, Tn F dan Ny.
E. Ayah dan ibu penderita tinggal di sebuah rumah yang berpenghuni 4
orang. Ayah penderita pagi dari pukul 08.00 sampai 17.00 bekerja sebagai
supir becak, malam harinya pukul 19.00 sampai 23.00 bekerja sebagai
tukang parkir. Ibu penderita bekerja sebagai pedagang rokok . Sumber
pendapatan keluarga didapatkan dari Ayah dan Ibu dengan total
penghasilan rata-rata perbulan Rp. 900.000,-.
7. Riwayat Gizi.
Penderita minum ASI hanya sampai usia 2 bulan, pasien minum hanya
sedikit-sedikit karena ASI ibu pasien susah untuk keluar. Setelah itu pasien
minum susu SGM, tetapi pasien mencret lalu oleh dokter susu di ganti
dengan susu soya tetapi pasien batuk, akhirnya pasien hanya minum air
tajin dan kadang hanya minum air gula saja.
D. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit

: warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)

2. Kepala

: rambut kepala tidak rontok, luka pada kepala (-),


benjolan/borok di kepala (-)

3. Mata

: pandangan kabur (-)

4. Hidung

: tersumbat (-), mimisan (-)

5. Telinga

: keluar cairan (-)

6. Mulut

: sariawan (-), mulut kering (-)

7. Tenggorokan

: nyeri telan (-)

8. Pernafasan

: sesak nafas (-), batuk (-)

9. Kadiovaskuler

: nyeri dada (-)

10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun
(+), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan
11. Genitourinaria

: BAK lancar, 1-2 kali/hari warna dan jumlah biasa

12. Neuropsikiatri

: Neurologik

: kejang (-), lumpuh (-)

Psikiatrik

: (-)

13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)
14. Ekstremitas

: Atas

: bengkak (-), sakit (-)

Bawah

: bengkak (-), sakit (-)

E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS E 4V5M6), status gizi
kesan kurang.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital
Nadi

: 128 x/menit, reguler, isi cukup, simetris

Pernafasan : 28 x/menit
Suhu

: 36,8 oC

Tensi

Status gizi ( Kurva NCHS ) :


BB

: 4,3 kg

PB

: 56 cm

Status Gizi Gizi buruk


3. Kulit
Warna

: Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), purpura (-),


kekeringan (-), turgor kulit kembalinya normal.

Kepala

: Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut mudah dicabut,


atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-), nodula (-),
kelainan mimik wajah/bells palsy (-)

4. Mata
Conjunctiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek
kornea (+/+), kekeringan pada kornea (-), warna kelopak (coklat kehitaman),
katarak (-/-), radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
5. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
6. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (+), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi
lidah hiperemis (-), tremor (-)
7. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping
telinga dalam batas normal, keluar cairan (-).
8. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
9. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
10. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
- Cor :I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas

:SIC II 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas

:SIC II LPSD

batas kiri bawah

:SIC V 1 cm lateral LMCS

batas kanan bawah :SIC IV LPSD


batas jantung kesan tidak melebar
A: BJ III intensitas normal, regular, bising (-)
- Pulmo: Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-)
Dinamis (depan dan belakang)
I : pergerakan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-)
11. Abdomen
I :dinding perut sejajar dengan dinding dada, meteorismus (-),
P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P :timpani seluruh lapang perut

A :peristaltik (+) normal, abdominal splash (-)


12. Sistem Collumna Vertebralis
I :deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P :nyeri tekan (-)
P :NKCV (-)
13. Ektremitas: palmar eritema(-/-), anemia (+/+)
akral dingin
-

oedem

14. Sistem genetalia: dalam batas normal


15. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur

: dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal


Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi motorik :
K
T

RF

RP

16. Pemeriksaan Psikiatrik


Penampilan

: sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran

: kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

Afek

: appropriate

Psikomotor

: normoaktif

Proses pikir

: bentuk :realistik

Insight

isi

:waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

arus

:koheren

: baik

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hb = 9,6 mg/dL
G. RESUME

Seorang anak perempuan 6 bulan dengan keluhan utama berat badan


turun. Ibu pasien mengakatakan bahwa berat badan anaknya turun dan tidak naiknaik sejak pasien berumur 5 bulan, pasien sulit untuk minum ASI. Pasien hanya
minum ASI sampai usia 2 bulan, pasien sulit minum ASI karena ASI sulit keluar
dari puting susu ibunya. Selain minum ASI pasien pernah minum susu SGM,
tetapi pasien diare akhirnya oleh ibu pasien dihentikan pemberiannya. Selama
umur 3 bulan sampai umur 5 bulan pasien hanya minum air tajin dan air gula.
Ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien sejak 1 bulan ini pasien tidak ceria dan
jarang menangis, tidak batuk pilek, tidak demam, tidak ada luka kering dikaki.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sedang, compos
mentis, status gizi kesan buruk. Tanda vital : N: 162 x/menit, Rr: 56 x/menit,
S:36,80C, BB: 4,3 kg, PB : 56 cm, Lila : 10,5 cm. Status gizi Gizi buruk. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan Conjuntiva anemis (+/+), palmar anemis, Perhitungan
Z score :
H. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS
Diagnosis Biologis
1. Gizi buruk tanpa komplikasi
2. Nafsu makan kurang.
3. Status gizi yang rendah
Diagnosis Psikologis
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
1.

Status ekonomi kurang.

2.

Kurangnya pola asuh asuh dan kasih sayang dari

orang tua
3.

Kondisi lingkungan dan rumah yang tidak sehat.

I. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
1. Terapi gizi pada Fase Stabilisasi pada hari ke 1-2.

Tujuan memberikan makanan :


-

Tidak untuk menaikkan berat badan

Agar kondisi anak stabil

Diberikan F75 :
Cukup energi ( 80-100 kkal/kg BB)
Cukup protein ( 1-1,5 g/kgBB )
Cukup cairan : 130 ml/kgBB
Cukup elektrolit
Dibagi dalam 12 kali pemberian

2. Terapi gizi pada Fase transisi pada hari ke 3 ke 7


-

Diberikan F75 :
Cukup energi (100-150 kkal/kgBB)
Cukup protein ( 2-3 g/kgBB)
Cukup cairan : 150 ml/kgBB

3. Terapi gizi pada Fase rehabilitasi pada minggu ke 2 sampai ke 6


-

Diberikan F100 :
Cukup energi (150-220 kkal/kgBB)
Cukup protein (4-6 g/kgBB)
Cukup cairan : 150-200 ml/kgBB

Medikamentosa
1. Vitamin A 50.000 SI ( kapsul biru ) diberikan pada fase stabilisasi dan
transisi
2. Sirup besi ( Fe SO4 150 ml ) 1-3 mg elemental diberikan pada fase
rehabilitasi.

J. FOLLOW UP
Tanggal 5 Juni 2013

10

S :Pasien mau minum susu, badan lemas (-), batuk (-), pilek (-), demam (-),
diare (-), tidak rewel.
O :KU sedang, compos mentis, gizi kurang
Tanda vital :T : mmHg
N : 160 x/menit

R :55 x/menit

BB: 4,5 kg

S :36,7 0C

PB : 56 cm

Status Generalis : Mata : Conjunctiva pucat (+/+)


Status Neurologis : dalam batas normal.
Status Mentalis

: dalam batas normal

A : Gizi Buruk tanpa komplikasi ( perawatan fase stabilisasi )


P : Terapi gizi pada Fase rehabilitasi pada minggu ke 2 sampai ke 6
-

Diberikan F75 :
Cukup energi (150-220 kkal/kgBB)
Cukup protein (4-6 g/kgBB)
Cukup cairan : 150-200 ml/kgBB

Tanggal 12 Juni 2013


S :Minum susu (+), muntah (-), diare (-), demam (-), batuk (-), pilek (-)
O :KU sedang, compos mentis, gizi kurang
Tanda vital :T : mmHg
N : 155 x/menit

R :65 x/menit

BB : 4,6 kg

S :36,5 0C

PB : 56 cm

Status Generalis : Mata : Conjunctiva pucat (+/+)


Status Neurologis : dalam batas normal.
Status Mentalis

: dalam batas normal

A : Gizi Buruk tanpa komplikasi (perawatan fase stabilisasi )


P : Terapi gizi pada Fase rehabilitasi pada minggu ke 2 sampai ke 6
-

Diberikan F75 :
Cukup energi (150-220 kkal/kgBB)
Cukup protein (4-6 g/kgBB)
Cukup cairan : 150-200 ml/kgBB

Pemeriksaan Hb = 10,4 mm/dL

Tanggal 18 Juni 2013

11

S :Penderita merasa nafsu makan menurun (+), badan lemas (-), batuk (+)
batuk darah (-), sesak napas (+), nyeri dada (-), dan keringat malam (-).
O :KU sedang, compos mentis, gizi kurang
Tanda vital :T : 110/70 mmHg
N : 120 x/menit

R :32 x/menit

BB: 4,7 kg

S :36,5 0C

PB : 56 cm

Status Generalis : Mata : Conjunctiva pucat (+/+)


Status Neurologis : dalam batas normal.
Status Mentalis

: dalam batas normal

A :Gizi Buruk tanpa komplikasi (perawatan fase stabilisasi )


P : Terapi gizi pada Fase rehabilitasi pada minggu ke 2 sampai ke 6
-

Diberikan F75 :
Cukup energi (150-220 kkal/kgBB)
Cukup protein (4-6 g/kgBB)
Cukup cairan : 150-200 ml/kgBB

FLOW SHEET
Nama
: An. D
Diagnosis : Gizi Buruk tanpa komplikasi (perawatan fase stabilisasi )
NO

T
G
L

BB

PB

Status
Gizi

Pemeriks
aan Hb

Kg

Cm

5/06/
13

45

12/06
/13

18/06
/13

Mat
a

KET

56

Gizi
kurang

46

56

Gizi
kurang

CA
Terapi
gizi
(+/+) pada
Fase
rehabilitasi
Hb : 10,4 CA
mm/dL
(+/+)

47

56

Gizi
kurang

CA
(+/+)

BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI KELUARGA

12

1. Fungsi Biologis.
Keluarga terdiri dari penderita, ayah (Tn. Fauzi, 31 tahun), Ibu
(Ny. Enywati, 30 tahun) dan kakaknya (An. Dedy, 7 tahun). Penderita
tinggal serumah dengan ayah dan ibunya. Penderita ketika lahir
ditolong oleh bidan, spontan, tidak langsung menangis dengan BB lahir
2,6 kg di rumah seorang bidan desa.
2. Fungsi Psikologis.
An. D tinggal serumah dengan kedua orang tuanya (Tn. Fauzi dan
Ny. Enywati). Hubungan keluarga mereka terjalin cukup akrab, terbukti
dengan permasalahan-permasalahan yang dapat diatasi dengan baik dalam
keluarga ini. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu dengan
yang lain, bahkan juga dengan keluarga besar dari ayah yang tinggal
berdekatan dengan rumah penderita. Kedua orang tua penderita bekerja
dari pagi dan pulang di malam harinya. Sehingga sehari-hari penderita
lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bibi yang setiap hari datang
untuk menjaganya. Namun kedua orang tua penderita tetap berusaha untuk
memperhatikan kebutuhan penderita sehari-hari terutama mengenai makan
sehari-hari.
Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara
musyawarah dan dicari jalan tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong
menolong baik fisik, mental, maupun jika ada salah seorang di antaranya
yang

menderita

kesusahan.

Meskipun

penghasilan

mereka

tak

berkecukupan, namun mereka tetap hidup bahagia dan memasrahkan


semuanya kepada Tuhan.

3. Fungsi Sosial
Penderita adalah termasuk anak yang tidak rewel, jika diasuh atau
digendong dengan siapapun penderita tidak menangis. Dalam masyarakat
penderita dan kedua orang tua hanya sebagai anggota masyarakat biasa,

13

tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Kedua


orang tua penderita kurang aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat
karena jam kerja yang menyita waktu, namun penderita tetap mengikuti
kegiatan lainnya seperti gotong royong di hari minggu atau membantu
hajatan tetangga. Dalam kesehariannya penderita bergaul akrab dengan
masyarakat di sekitarnya seperti halnya anggota masyarakat yang lain.
Kegiatan-kegiatan yang harus mengeluarkan biaya terlalu tinggi
merupakan faktor penghambat lain bagi keluarga ini untuk aktif dalam
kegiatan sosial, selain karena merasa kurang mampu baik dari materi
maupun status sosial.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan dari ayah dan ibu yang
bekerja sebagai tukang becak dan penjual rokok eceran dengan total
penghasilan sebesar Rp 900.000,00 perbulannya.
Penghasailan tersebut juga digunakan untuk membiayai kedua orang
tua dari ibu penderita yang tidak jauh dari rumah penderita. Untuk biaya
hidup sehari-hari seperti makan, minum, biaya sekolah atau iuran membayar
listrik hanya mengandalkan uang yang ada dan tidak pernah menyisihkannya
untuk menabung ataupun biaya-biaya mendadak (seperti biaya pengobatan
dan lain-lain). Untuk kebutuhan air dengan menggunakan pompa air. Untuk
memasak memakai kompor minyak atau kayu bakar. Makan sehari-hari lauk
pauk, kadang daging, buah dan frekuensi makan kadang-kadang 2-3 kali.
Kalau ada keluarga yang sakit biasa berobat ke puskesmas, dan penderita
belum mempunyai kartu sehat.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Penderita adalah termasuk anak yang tidak rewel, jika diasuh atau
digendong dengan siapapun penderita tidak menangis.

B. APGAR SCORE
ADAPTATION
Pasien masih berumur 6 bulan, pasien belum bisa bicara.
PARTNERSHIP

14

Pasien masih berumur 6 bulan, pasien belum bisa bicara.


GROWTH
Pasien masih berumur 6 bulan, pasien belum bisa bicara.
AFFECTION
. Pasien masih berumur 6 bulan, pasien belum bisa bicara.
RESOLVE
APGAR Tn. Fauzi terhadap Keluarga

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

Sering/
selalu

keluarga saya bila saya menghadapi masalah


P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
saya
A Saya puas dengan cara keluarga
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama-sama

Kadangkadang

Jarang/tidak

Total poin = 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik


Tn Fauzi bekerja sebagai tukang becak sampai sore, malam harinya
pasien bekerja sebagai tukang parkir, sehingga semakin sedikit waktu
untuk bersama-sama. Ketika sampai di rumah langsung istrahat

APGAR Ny. Eniwaty Terhadap Keluarga

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

Sering/
selalu

keluarga saya bila saya menghadapi masalah


Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan saya

15

Kadangkadang

Jarang/tidak

G Saya puas dengan cara keluarga saya


menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
saya
A Saya puas dengan cara keluarga
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik


Ny. Eniwaty bekerja sebagai pedagang rokok eceran di dekat
tempat kerja suaminya dan bekerja dari sore sampai malam hari dan
kadang-kadang juga bekerja dari pagi sampai malam hari, sehingga
semakin sedikit waktu untuk bersama-sama. Ketika sampai di rumah
masih harus sibuk mengurusi urusan rumah tangga, sehingga kadang sulit
untuk membagi waktu untuk bersama-sama.
APGAR An. Dessy Terhadap Keluarga

Sering/
selalu

Kadangkadang

Jarang/tidak

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga
saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Kedua orang tua yang bekerja banyak menyita waktu, sehingga semakin
sedikit untuk waktu mereka untuk bersama-sama.
Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga An. Rendra adalah 27,
sehingga rata-rata APGAR dari keluarga An. Rendra adalah 9. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga An. Rendra dan

16

orang tuanya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga
tersebut terjalin baik.
C. SCREEM
SUMBER
Sosial

PATHOLOGY
Interaksi sosial yang baik antar anggota
keluarga juga dengan saudara partisipasi
mereka dalam masyarakat cukup meskipun
banyak keterbatasan.
Cultural
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya
baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan
sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan, banyak tradisi budaya yang
masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara
yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll.
Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan
kesopanan
Religius
Pemahaman
agama
cukup.
Namun
Agama
menawarkan penerapan ajaran agama kurang, hal ini dapat
pengalaman spiritual yang baik dilihat dari orang tua hanya menjalankan
untuk ketenangan individu yang sholat sesekali saja.
tidak didapatkan dari yang lain
Ekonomi
Ekonomi keluarga ini tergolong menengah
ke bawah, untuk kebutuhan primer sudah
bisa terpenuhi, meski belum mampu
mencukupi kebutuhan sekunder rencana
ekonomi tidak memadai, diperlukan skala
prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup
Edukasi
Pendidikan anggota keluarga kurang
memadai.
Tingkat
pendidikan
dan
pengetahuan orang tua masih rendah.
Kemampuan untuk memperoleh dan
memiliki fasilitas pendidikan seperti bukubuku, koran terbatas.
Medical
Tidak mampu membiayai pelayanan
Pelayanan kesehatan puskesmas kesehatan yang lebih baik. Dalam mencari
memberikan perhatian khusus pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya
terhadap kasus penderita
menggunakan Puskesmas dan hal ini mudah
dijangkau karena letaknya dekat.

Keterangan :
Ekonomi (+) artinya keluarga An. Dessy masih menghadapi
permasalahan dalam hal perekonomian keluarga. Hal ini dapat
dilihat dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang pas-pasan dan
belum dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tertiernya.

17

KET
_

Religius (+) artinya keluarga An. Dessy juga menghadapi


permasalahan di bidang agama, kedua orang tuanya tidak taat
menjalankan kewajiban agama yaitu sholat 5 waktu. Hal ini akan
mempengaruhi ketentraman batin karena orang tua penderita
kurang dekat dengan Tuhan terutama dalam menghadapi berbagai
permasalahan yang ada.

Edukasi (+) artinya keluarga An Dessy juga menghadapi


permasalahan dalam bidang pendidikan. Sedangkan kedua orang
uanya hanya tamat SMP. Hal ini akan mempengaruhi pengetahuan
dan pola berpikir dari anggota keluarga An Dessy.

D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Alamat lengkap

: Jln. Raden Patah RT 09/RW 06 Daleman Keluhan


Pekauman

Bentuk Keluarga

: Nuclear Family

Diagram 1. Genogram Keluarga An. Dessy

18

Dibuat tanggal 4 juni 2013


Sumber : data primer, juni 2013

- Tn Fauzi
- 31 tahun
-
- tukang
becak
- etnis Jawa

- Ny. Margiyati,
- 36 th
-
- Dessy
- 6 bln
--

- etnis Jawa

Keterangan :
Penderita
Tn. Fauzi
Ny. Eniwaty

: Ayah Penderita
: Ibu Penderita

E. Informasi Pola Interaksi

19

- buruh
- etnis Jawa

F. Keluarga

An. Dessy, 6 bln

Tn. fauzi, 31 th

Keterangan :

Ny. Eniwaty, 32 th

: hubungan baik
: hubungan tidak baik

Hubungan antara An. Dessy, ayah dan ibunya baik dan dekat. Antara ayah dan
ibunya baik. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk
antar anggota keluarga.
F. Pertanyaan Sirkuler
1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh ibu?
Jawab :
Ibu merawat penderita dan menyiapkan kebutuhan penderita selama ibu
pergi bekerja.
2. Ketika ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan ayah?
Jawab :
Ayah mendukung apa yang dilakukan oleh ibu. Karena ia mempercayai
urusan anak sehari-hari kepada ibu.
3. Ketika ayah seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?
Jawab :
Ikut mendukung dan membantu apa yang diputuskan ayah.
4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab :
Dibutuhkan ijin ayah, karena ia sebagai kepala keluarga. Namun
sebelumya melalui musyawarah dengan anggota keluarga lainya atau
mungkin juga melibatkan keluarga besarnya.

20

5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?


Jawab :
Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah ibu. Walaupun
waktu yang tersedia untuk bertemu ibu tidak banyak namun penderita
selalu menyampaikan keinginannya ataupun keluhannya kepada ibu.
6. Selanjutnya siapa/
Jawab :
Selanjutnya adalah bibi penderita. Karena selama kedua orang tua
penderita bekerja, bibinya yang tinggal tak jauh dari rumah datang
menjaganya sampai kedua orang tuanya pulang.
7. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?
Jawab :
Ayah, karena ayah penderita termasuk orang yang pendiam dan tidak
terlalu ekspresif mengungkapkan rasa sayangnya.
8. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab :
Ayah, karena sebagian besar keputusan di dalam keluarga diambil oleh
ayah.
9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?
Jawab :
Ayah, karena sebagian besar keputusan di dalam keluarga diambil oleh
ayah.

21

BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku Keluarga
An. D adalah seorang anak dari pasangan Tn. F dan Ny. E. Penderita
sekarang berumur 6 bulan. Kedua orang tua penderita dan bibi penderita
yang menjaganya sehari-hari belum banyak memiliki pengetahuan tentang
kesehatan khususnya tentang gizi buruk sendiri dan pentingnya pemenuhan
gizi dan kebersihan lingkungan yang berhuubungan erat dengan penyakit
penderita. Walaupun begitu mereka tetap memandang pendidikan sebagai
hal penting bagi anaknya.
Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat
adalah keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas seharihari. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka
sakit, mereka menjadi tidak dapat bekerja lagi sehingga otomatis pendapatan
keluarga akan berkurang dan menjadi beban anggota keluarga lainnya.
Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh kuman penyakit,
bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural/ takhayul. Mereka tidak terlalu
mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit, lebih
mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan, atau
dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.
Walaupun perabot rumah tidak tertata dengan rapi namun Keluarga
ini berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan
menyapu rumah dan halaman paling tidak sehari dua kali, pagi dan sore.
Keluarga ini sudah memiliki fasilitas jamban. Untuk melakukan
kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air dari pompa air
yang ada di rumah.

22

2. Faktor Non Perilaku


Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
menengah ke bawah. Keluarga ini memiliki dua sumber penghasilan yaitu
dari ayah dan ibu yang sama-sama bekerja, ayah bekerja sebagai supir
becak dan ibu bekerja sebagai pedagang rokok eceran. Dari total semua
penghasilan tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
walaupun belum semua kebutuhan dapat terpenuhi terutama kebuthan
sekunder dan tertier.
Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada
kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. Lantai belum diubin hanya
dilapisi oleh semen, pencahayaan ruangan kurang, ventilasi kurang.
Pembuangan limbah keluarga belum memenuhi sanitasi lingkungan karena
limbah keluarga tidak dialirkan melainkan hanya dibiarkan keluar dari rumah
ke belakang rumah dan dibiarkan meresap, serta belum adanya got
pembuangan limbah keluarga. Sampah keluarga dibuang ditempat
pembuangan sampah yang ada di belakang rumah. Fasilitas kesehatan yang
sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah Puskesmas Sidoarjo.
II.

Identifikasi Lingkungan Rumah

Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 12x6 m 2 yang
berdempetan dengan rumah tetangganya dan menghadap ke Selatan. Tidak
memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari ruang kamar
tamu yang sekaligus digunakan sebagai ruang keluarga dan menonton TV, dua
kamar tidur, satu kamar makan yang jarang digunakan, dapur, gudang dan
kamar mandi yang sudah memiliki fasilitas jamban. Terdiri dari 2 pintu keluar,
yaitu 1 pintu depan dan 1 pintu belakang. Jendela ada 3 buah, dikamar tamu
dan disetiap kamar tidurnya namun semuanya jarang dibuka..Di depan rumah
terdapat teras yang berukuran 6x1 m2. Lantai rumah sebagian besar terbuat
dari bahan semen dan pada bagian dapur dan gudang berlantaikan tanah.
Ventilasi dan penerangan rumah masih kurang. Atap rumah tersusun dari
genteng dan tidak ditutup langit-langit. Masing-masing kamar memiliki dipan

23

untuk meletakan kasur. Dinding rumah terbuat dari batubata namun belum
dicat. Perabotan rumah tangga minim. Sumber air untuk kebutuhan sehariharinya keluarga ini menggunakan mesin pompa air. Secara keseluruhan
kebersihan rumah masih kurang. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan
kompor minyak dan kadang menggunakan kayu bakar yang biasa disimpan di
gudang dan belakang rumah.
Denah Rumah

:
6M

GUDANG

K. MANDI

DAPUR

K. TIDUR

12 M
K. MAKAN
K. TIDUR

K. TAMU

TERAS

Keterangan :
: Jendela
: Satu Pintu
: Tembok Bata
: Pagar teras
: Papan pembatas

24

BAB IV
DAFTAR MASALAH
1. Masalah aktif :
a. Gizi buruk tanpa koplikasi
b. Kondisi ekonomi lemah
c. Pengetahuan orang tua yang kurang tentang penyakit penderita
d. Pemenuhan kebutuhan gizi yang kurang
2. Faktor resiko :
a. Status gizi kurang
b. Lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat
c. Kurangnya kasih sayang dan pola asuh yang kurang baik
DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

8.Tingkat
pendidikan orang
tua masih rendah
7. pengetahuan
orang tua
tentang
penyakitnya
yang kurang

1.Lingkungan
dan rumah
yang tidak sehat
sehatang

An. Dessy
6 bulan

5. Underweight

2. Kondisi
ekonomi lemah

.3. asupan gizi yang


kurang

4. pola asuh
yang kurang

25

BAB V
PATIENT MANAGEMENT
A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT
1. Suport Psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor
yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada
dokternya. Antara lain dengan cara :
a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.
b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau
kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
d. Timbulnya kepercayaan dari orang tua pasien, sehingga timbul pula
kesadaran dan kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.
Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon
hanya kepada Tuhan YME.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal
yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi
kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.
2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk orang tua dengan problem
psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang
penyakitnya. Faktor yang paling penting untuk kesembuhannya perbaikan
pola asuh menjadi yang benar. Selain itu juga didukung dengan makan
makanan yang bergizi tinggi meskipun sederhana sebagai sumber energi
untuk perkembangan otak dan fungsi organnya.
3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien
Diberikan penjelasan yang benar tentang Gizi Buruk. Keluarganya
perlu tahu tentang penyakit, pengobatannya dan pencegahan. Sehingga
persepsi yang salah dan merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan
melalui konseling setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah
baik oleh dokter maupun oleh petugas Yankes.

26

Maka keluarga pasien harus diberi pengertian untuk terus


mengupayakan kesembuhannya melalui program

pemulihan gizi yang

dianjurkan oleh dokter. Juga harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai


masalah penderita termasuk akibat penyakitnya (Gizi buruk) yaitu tentang
komplikasinya, pemberian konseling gizi dibutuhkan. Keluarga Penderita
juga diberi penjelasan tentang pentingnya memperbaiki pemenuhan
kebutuhan akan gizi, sanitasi dan pola asuh yang benar.
Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada orang
tua pasien bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya.
Selain itu juga ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap orang tua mengenai
kepatuhan dalam jadwal kontrol, keteraturan pengambilan susu, diet yang
dianjurkan, penimbangan, kelengkapan imunisasi dan hal-hal yang perlu
dihindari serta yang perlu dilakukan.
4. Pengobatan
Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera
dalam penatalaksanaan.
5. Pencegahan dan Promosi Kesehatan
Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi
kesehatan berupa perubahan tingkah laku (tidak meludah di sembarang
tempat, menutup mulut jika batuk), lingkungan (tempat tinggal yang tidak
boleh lembab dengan penggunaan ventilasi yang cukup, pemakaian
genteng kaca sehingga pencahayaan cukup dan kebersihan lingkungan
rumah dan luar rumah yang bersih dengan disapu 2x/hari), meningkatkan
daya tahan tubuh dengan cara diet makanan bergizi dan olah raga yang
teratur. Dengan demikian paradigma yang salah tentang penyakit TBC di
masyarakat dapat diluruskan.
Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk meningkatkan
daya tahan tubuh bagi anggota keluarga yang serumah dengan penderita agar
tidak tertular infeksi TBC dari penderita.

27

B. PREVENSI BEBAS TBC UNTUK KELUARGA LAINNYA (AYAH, IBU,


DAN KELUARGA LAINNYA)

28

BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
GIZI BURUK
A. LATAR BELAKANG
Kurang energi dan Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi
dan kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasa
rtahun 2010, sebanyak 13,0% berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9%
berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan 13,3% anak kurus,
diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat
pendek. Keadaan ini berpengaruh kepada masih tingginya angka kematian
bayi. Menurut WHO lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan
gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara
cepat dan tepat.
Penanganan gizi buruk secara rawat jalan dan rawat inap merupakan
jawaban terhadap pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Perbaikan Gizi, yaitu setiap anak gizi buruk yang ditemukan harus
mendapatkan perawatan sesuai dengan standar.
B. DEFINISI
Keadaan gizi anak yang ditandai dengan satu atau lebih tanda berikut:
a. Sangat kurus
b. Edema, minimal pada kedua punggung kaki
c. BB/PB atau BB/TB < -3 SD
d. LiLA < 11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan)
C. KRITERIA ANAK GIZI BURUK
1. Gizi Buruk Tanpa Komplikasi
a. BB/TB: < -3 SD dan atau;
b. Terlihat sangat kurus dan atau;
c. Adanya Edema dan atau;
d. LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan
2. Gizi Buruk dengan Komplikasi
Gizi buruk dengan tanda-tanda tersebut di atas disertai salah satu atau
lebih dari tanda komplikasi medis berikut:
a. Anoreksia
b. Pneumonia berat
c. Anemia berat
d. Dehidrasi berat
e. Demam sangat tinggi
f. Penurunan kesadaran

29

D. ALUR PEMERIKSAAN ATAU PENEMUAN KASUS


Berikut penjelasan alur pemeriksaan yang dapat di gunakan untuk
menentukan langkah-langkah yang dilakukan dalam menangani penemuan
kasus anak gizi buruk berdasarkan kategori yang telah ditentukan :
1. Penemuan Anak Gizi Buruk, dapat menggunakan data rutin hasil

penimbangan anak di posyandu, menggunakan hasil pemeriksaan di


fasilitas kesehatan (Puskesmas dan jaringannya, Rumah Sakit dan
dokter/bidan praktek swasta), hasil laporan masyarakat (media massa,
LSM dan organisasi kemasyarakatan lainnya) dan skrining aktif
(operasi timbang anak).
2. Penapisan Anak Gizi Buruk, anak yang dibawa oleh orangtuanya atau

anak yang berdasarkan hasil penapisan Lila < 12,5 cm, atau semua
anak yang dirujuk dari posyandu (2T dan BGM) maka dilakukan
pemeriksaan antropometri dan tanda klinis, semua anak diperiksa
tanda-tanda komplikasi (anoreksia, pneumonia berat, anemia berat,
dehidrasi berat, demam sangat tinggi, penurunan kesadaran), semua
anak diperiksa nafsu makan dengan cara tanyakan kepada orang tua
apakah anak mau makan/tidak mau makan minimal dalam 3 hari
terakhir berturut-turut.
3. Bila dalam pemeriksaan pada anak didapatkan satu atau lebih tanda

berikut: tampak sangat kurus, edema minimal pada kedua punggung


kaki atau tanpa edema, BB/PB atau BB/TB < -3 SD, LiLA < 11,5 cm
(untuk anak usia 6-59 bulan), nafsu makan baik, maka anak
dikategorikan gizi buruk tanpa komplikasi dan perlu diberikan
penanganan secara rawat jalan.
4. Bila hasil pemeriksaan anak ditemukan tanda-tanda sebagai berikut:

tampak sangat kurus, edema pada seluruh tubuh, BB/PB atau BB/TB <
-3 SD, LiLA < 11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan) dan disertai dari
salah satu atau lebih tanda komplikasi medis sebagai berikut:
anoreksia, pneumonia berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam
sangat tinggi, penurunan kesadaran, maka anak dikategorikan gizi
buruk dengan komplikasi sehingga perlu penanganan secara rawat
inap.

30

5. Bila hasil pemeriksaan anak ditemukan tanda-tanda sebagai berikut:

BB/TB < -2 s/d -3 SD, LiLA 11,5 s/d 12,5 cm, tidak ada edema, nafsu
makan baik, tidak ada komplikasi medis, maka anak dikategorikan gizi
kurang dan perlu diberikan PMT Pemulihan.
6. Bila kondisi anak rawat inap sudah membaik dan tidak lagi ditemukan

tanda komplikasi medis, tanda klinis membaik (edema kedua


punggung tangan atau kaki), dan nafsu makan membaik maka
penanganan anak tersebut dilakukan melalui rawat jalan.
7. Bila kondisi anak rawat inap sudah tidak lagi ditemukan tandatanda

komplikasi medis, tanda klinis baik dan status gizi kurang, nafsu
makan baik maka penanganan anak dengan pemberian PMT
pemulihan.
8. Anak gizi buruk yang telah mendapatkan penanganan melalui rawat

jalan dan PMT pemulihan, jika kondisinya memburuk dengan


ditemukannya salah satu tanda komplikasi medis, atau penyakit yang
mendasari sampai kunjungan ke tiga berat badan tidak naik (kecuali
anak dengan edema), timbulnya edema baru, tidak ada nafsu makan
maka anak perlu penanganan secara rawat inap.

31

PENANGANAN ANAK GIZI BURUK RAWAT JALAN


LANGKAH PERSIAPAN
1.

Pertemuan tingkat desa atau kelurahan


a. Alat antropometri : timbangan atau dacin, alat ukur PB/TB, pita LiLA
b. Buku Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk .
c. Formulir pencatatan dan pelaporan.
d. PMT Pemulihan: makanan lokal, Makanan Untuk Pemulihan Gizi, F100
e. Media KIE seperti Poster, Leaflet, Lembar Balik, Booklet, Food Model,
f. Obat gizi seperti Kapsul Vitamin A, Tablet Tambah Darah, Mineral Mix,
dan Taburia
g. Obat-obatan lain, misalnya obat cacing, antibiotik
h. Peralatan lain seperti: ATK, APE, alat masak, dll

2.

Pertemuan tingkat desa atau kelurahan


Pertemuan tingkat desa merupakan forum pertemuan yang dihadiri
oleh Kepala Desa, Ketua Tim Penggerak PKK, Ketua Badan Perwakilan
Desa (BPD) atau Ketua Dewan Kelurahan (DEKEL), tokoh masyarakat,
tokoh agama, tokoh adat, bidan dan kader, serta tenaga kesehatan
puskesmas dan lintas sektor tingkat kecamatan.
Pertemuan ini bertujuan untuk mensosialisasikan rencana kegiatan
penanganan anak gizi buruk secara rawat jalan. Pertemuan ini membahas
permasalahan gizi/kesehatan yang ada di desa/kelurahan dan langkahlangkah tindak lanjut yang diperlukan, misalnya antara lain untuk
mendapat dukungan pamong dan pemuka masyarakat dalam kegiatan
penanganan anak gizi buruk secara rawat jalan.

3.

Pelatihan
Pelatihan tenaga kesehatan menggunakan modul yang ada dengan materi
meliputi:
- Pemantauan pertumbuhan anak seperti menimbang, mengisi dan
interpretasi KMS, mengukur LiLA, konseling dan mengisi SIP),
- Pendampingan dalam melaksanakan PHBS, konseling pemberian
makanan, kepatuhan melaksanakan atau mengonsumsi paket
pemulihan gizi,
- Peranan kader posyandu dalam penanganan anak gizi buruk secara
rawat jalan.
a. Tenaga kesehatan
Pelatihan dilaksanakan di tingkat kabupaten/kota oleh tim
fasilitator. Tenaga kesehatan yang dilatih berasal dari
Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Poskesdes, dengan
melibatkan tenaga kesehatan sebagai berikut:
Puskesmas: dokter, ahli gizi (TPG), perawat, tenaga promosi
kesehatan;
Puskesmas Pembantu: perawat atau bidan;
Poskesdes: bidan di desa.

32

b. Kader posyandu
Pelatihan di Posyandu dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
Puskesmas dan melibatkan tenaga kesehatan dari Puskesmas
Pembantu atau Poskesdes.

LANGKAH PELAKSANAAN
1.
a.

b.

c.
1.
2.

3.
4.

Pelaksanaan rawat jalan di fasilitas kesehatan


Tim pelaksana Tenaga pelaksana adalah Tim
Pelaksana yang terdiri dari dokter, ahli gizi (TPG), perawat,
tenaga promosi kesehatan (promkes) dan bidan di desa. Dalam
pelaksanaan rawat jalan masyarakat yang dibantu oleh Kader
Posyandu, anggota PKK dan perangkat desa.
Waktu dan frekuensi pelaksanaan
Pelayanan pemulihan anak gizi buruk dilaksanakan sampai
dengan anak berstatus gizi kurang (-2 SD sampai -3 SD).
Pelayanan anak gizi buruk dilakukan dengan frekuensi sebagai
berikut:
3 bulan pertama, anak gizi buruk datang dan diperiksa setiap
minggu
Bulan ke 4 sampai ke 6, anak gizi buruk datang dan diperiksa
setiap 2 minggu Anak yang belum dapat mencapai status gizi
kurang (-2 SD sampai -3 SD, dan tidak ada edema) dalam
waktu 6 bulan, dapat melanjutkan kembali proses pemulihan,
dengan ketentuan, jika:
Masih berstatus gizi buruk, rujuk ke RS atau Puskesmas
Perawatan atau Pusat Pemulihan Gizi (PPG)
Sudah berstatus gizi kurang, maka dilanjutkan dengan
program pemberian makanan tambahan dan konseling
Alur pelayanan penanganan anak secara rawat jalan
Pendaftaran
Pengisian data anak di kartu (buku) status atau di catatan
(rekam) medis
Pengukuran antropometri
Penimbangan berat badan dilakukan setiap minggu
Pengukuran panjang/tinggi badan dilakukan setiap Bulan
Pengukuran antropometri dilakukan oleh Tim Pelaksana dan
hasilnya dicatat pada kartu status. Selanjutnya dilakukan
ploting pada grafik dengan tiga indikator pertumbuhan anak
(TB/U atau PB/U, BB/U,BB/PB atau BB/TB).
Dokter melakukan anamnesa untuk mencari riwaya penyakit,
pemeriksaan fisik dan mendiagnosa penyakit serta menentukan
ada atau tidak penyakit penyerta, tanda klinis atau komplikasi
Pemberian konseling
Menyampaikan informasi kepada ibu/pengasuh tentang hasil
penilaian pertumbuhan anak
Mewawancarai ibu untuk mencari penyebab kurang gizi
Memberi nasihat sesuai penyebab kurang gizi
Memberikan anjuran pemberian makan sesuai umur dan
kondisi anak dan cara menyiapkan makan formula,

33

melaksanakan anjuran makan dan memilih atau mengganti


makanan
5. Pemberian paket obat dan makanan untuk pemulihan gizi
6. Kunjungan rumah
Kunjungan rumah bertujuan untuk menggali
permasalahan yang dihadapi keluarga termasuk kepatuhan
mengonsumsi makanan untuk pemulihan gizi dan
memberikan nasehat sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Dalam melakukan kunjungan, tenaga kesehatan atau
kader membawa kartu status, cheklist kunjungan rumah,
formulir rujukan, makanan untuk pemulihan gizi dan bahan
penyuluhan.
Hasil kunjungan dicatat pada checklist kunjungan dan
kartu status. Bagi anak yang harus dirujuk, tenaga kesehatan
mengisi formulir rujukan.
Tenaga kesehatan atau kader melakukan kunjungan
rumah pada anak gizi buruk rawat jalan, bila:
Berat badan anak sampai pada minggu ketiga tidak naik
atau turun dibandingkan dengan berat badan pada saat masuk
(kecuali anak dengan edema).
Anak yang 2 kali berturut-turut tidak datang tanpa
pemberitahuan.

34

PENANGANAN ANAK GIZI BURUK


RAWAT INAP
A. PERSIAPAN
Pusat Pemulihan Gizi ( PPG ) yang dikenal sebagai Therapeutic Feeding
Centre (TFC) berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan secara intensif,
dengan melibatkan ibu atau keluarga dalam perawatan anak. Penyelenggaraan
PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di Puskesmas
perawatan/Rumah Sakit atau membuat bangunan khusus atau baru.
Pembentukan PPG
PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut > 15%
b. GAM/Prevalensi gizi kurang akut antara 10-14,9% dengan faktor penyulit
seperti adanya bencana baik alam maupun non alam.
Anak dengan BB/PB atau BB/TB < - 2 SD
GAM = ------------------------------------------------------------------- x 100%
Jumlah anak yang ada di wilayah kerja Puskesmas

(sumber: Mokbel Genequand Mirella, UNHCR consultant, 2009. Revised selective


feeding guidelines for the management of malnutrition in emergencies

Penentuan Lokasi
PPG dapat diselenggarakan pada fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
a. Puskesmas perawatan
b. Rumah Sakit
c. Bila berupa bangunan di luar Puskesmas atau bangunan baru, lokasinya harus
berdekatan dengan Puskesmas
Tenaga dan Waktu Kerja
Tenaga
Rasio tenaga yang dibutuhkan untuk merawat 10-20 anak:
Dokter : 1 orang
Perawat : 4 orang
Ahli Gizi/ Nutrisionis : 1 orang
Juru Masak : 1 orang
Tenaga kebersihan dibantu oleh ibu atau anggota keluarga yang mendampingi
anak yang dirawat.
Tenaga kesehatan yang bertugas merawat anak, seharusnya telah mendapat
pelatihan Tatalaksana anak gizi buruk. Tenaga kesehatan merawat secara
bergantian selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu. Pada kondisi tertentu dokter
diharapkan bertugas selama 24 jam apabila terdapat pasien dalam keadaan gawat
darurat.

35

Waktu kerja
Waktu kerja terbagi dalam 3 shift yaitu:
Shift I : PK. 08.00 s/d 14.00
Shift II : PK. 14.00 s/d 20.00
Shift III : PK. 20.00 s/d 08.00. Pembagian kerja disesuaikan dengan kondisi
setempat
Fasilitas
a. Ruang Perawatan
Ruang perawatan khusus, terpisah dari ruang perawatan lainnya.
1) Ruang perawatan dengan ventilasi dan pencahayaan cukup, tanpa AC dan kipas
angin.
2) Tempat tidur anak gizi buruk dijauhkan dari jendela atau pintu masuk.
Luas ruangan ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur. Untuk 10 tempat tidur
diperlukan luas ruangan 10 m x 6
b. Fasilitas Ruangan dan Penunjang
1) Ruang perawatan dengan tempat tidur dan kelengkapannya (bantal, sprei,
selimut, perlak, lemari pakaian dll)
2) Ruang petugas/ administrasi
3) Ruang konseling kesehatan dan gizi
4) Tempat bermain anak
5) Tempat penyimpanan obat
6) Dapur: ruang persiapan dan penyiapan formula makanan (F-75, F-100,
ReSoMal, dll)
7) Tempat penyimpanan bahan makanan
8) Fasilitas air bersih, Mandi Cuci Kakus (MCK)
9) Fasilitas pembuangan limbah
c. Peralatan
1) Peralatan medis dan obat-obatan
2) Pemeriksaan laboratorium sederhana (Pemeriksaan HB, kadar gula darah dan
mantoux tes)
3) Alat Antropometri (alat ukur BB, TB atau PB)
4) Media KIE (food model, leaflet, poster, buku pedoman Tatalaksana Anak Gizi
Buruk I dan II)
5) Peralatan dapur dan peralatan pembuatan formula.
6) Peralatan kebersihan (sapu, kemoceng, kain pel, dll)
7) Peralatan mandi dan cuci (ember, sabun, sikat gigi, pasta
gigi, dll)
8) Alat Permainan Edukasi (APE)

36

B. KEGIATAN PELAKSANAAN
1. Penerapan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (lihat buku pedoman
Tatalaksana Anak Gizi Buruk I dan II)
a. Pelayanan Medis, keperawatan dan konseling gizi sesuai dengan penyakit
penyerta/penyulit.
b. Pemberian formula dan makanan sesuai dengan fase sebagai berikut:
1) Fase Stabilisasi
Diberikan makanan formula 75 (F-75) dengan asupan gizi 80-100
KKal/kgBB/hari dan protein 1-1,5 g/KgBB/hari. ASI tetap diberikan pada anak
yang masih mendapatkan ASI.
2) Fase Transisi
Pada fase transisi ada perubahan pemberian makanan hari F-75 menjadi F100. Diberikan makanan formula 100 (F-100) dengan asupan gizi 100-150
KKal/kgBB/ hari dan protein 2-3 g/kgBB/hari.
3) Fase Rehabilitasi
Diberikan makanan seperti pada fase transisi yaitu F-100, dengan
penambahan makanan untuk anak dengan BB < 7 kg diberikan makanan bayi dan
untuk anak dengan BB > 7 kg diberikan makanan anak. Asupan gizi 150-220
KKal/kgBB/hari dan protein 4-6 g/kgBB/hari.
4) Fase Tindak Lanjut (dilakukan di rumah)
Setelah anak pulang dari PPG, anak tetap dikontrol oleh Puskesmas
pengirim secara berkala melalui kegiatan Posyandu atau kunjungan ke Puskesmas.
Lengkapi imunisasi yang belum diterima, berikan imunisasi campak sebelum
pulang. Anak tetap melakukan kontrol (rawat jalan) pada bulan I satu kali/
minggu, bulan II satu kali/ 2 minggu, selanjutnya sebulan sekali sampai dengan
bulan ke-6. Tumbuh kembang anak dipantau oleh tenaga kesehatan Puskesmas
pengirim sampai anak berusia 5 tahun
Kriteria sembuh:
Bila BB/TB atau BB/PB > -2 SD dan tidak ada gejala klinis dan
memenuhi kriteria pulang sebagai berikut:
a) Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif
b) BB/PB atau BB/TB > -3 SD
c) Komplikasi sudah teratasi
d) Ibu telah mendapat konseling gizi
e) Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-turut
f) Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan.
c. Stimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan
Selama perawatan di PPG anak diberikan stimulasi tumbuh kembang
dengan APE sesuai umur dan kondisi anak mulai dari fase stabilisasi, transisi
maupun rehabilitasi, karena anak gizi buruk sering terjadi keterlambatan tumbuh
kembang seperti gangguan motorik dan sensorik. Kegiatan ini mengacu pada
Buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
d. Rujukan Kasus
1) Rujukan ke Rumah Sakit dilakukan bila terdapat tanda kegawatan/kesakitan
yang tidak dapat diatasi dan memerlukan penanganan lebih lanjut oleh dokter
spesialis anak.

37

2) Anak gizi buruk pasca perawatan di PPG, dikirim ke Puskesmas/ Puskesmas


Pembantu/ Posyandu terdekat dengan rumah pasien untuk dilakukan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan serta penyakit penyerta (contoh: TB-Paru) secara
rutin
e. Pencatatan dan Pelaporan
Selama anak dirawat di PPG dilakukan pencatatan dan pelaporan kondisi anak
gizi buruk dengan menggunakan formulir sebagai berikut:
1) Buku registrasi pasien
2) Form status pasien
3) Buku catatan penerimaan dan pemakaian bahan makanan
4) Buku inventarisasi peralatan
5) Form rujukan
6) Form pencatatan dan pemantauan perkembangan pasien (contoh form sesuai
Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (buku 1 & 2))
7) Dokumentasi pertumbuhan serta perkembangan anak sebelum dan sesudah
perawatan
f. Pendidikan Kesehatan dan Gizi bagi keluarga anak gizi buruk
Selama anak gizi buruk dirawat di PPG, keluarga anak yang dirawat diberi
pendidikan, kesehatan, gizi, stimulasi perkembangan, higiene perorangan dan
sanitasi lingkungan. Dengan pendidikan kesehatan dan gizi serta konseling,
diharapkan keluarga anak yang dirawat dapat meneruskan hal positif yang
diperoleh di rumah sehingga anak tidak mengalami gizi buruk lagi serta mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
g. Pembiayaan
Biaya penyelenggaraan PPG menjadi bagian dari Biaya Operasional
Kesehatan Puskesmas (BOK) yang diajukan Puskesmas ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Biaya tersebut bersumber dari APBD, JAMKESMAS,
JAMKESDA, dan sumber lain yang tidak mengikat berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku. Komponen pembiayaan meliputi biaya perawatan,
penyelenggaraan makanan dan insentif/gaji petugas pelaksana PPG, diberikan
sesuai dengan kebijakan Pemerintah Daerah setempat.

38

PEMANTAUAN DAN EVALUASI


A.
PEMANTAUAN DAN EVALUASI RAWAT JALAN
1. Pemantauan Rawat Jalan
a. Cara Pemantauan dilakukan berdasarkan :
1) Status gizi
Pengukuran BB setiap minggu, pengukuran TB setiap 1 bulan dilakukan oleh
tenaga kesehatan.
2) Konsumsi makanan
Pengisian formulir catatan harian konsumsi khusus makanan cair diisi oleh
kader/keluarga di posyandu atau saat kunjungan rumah. Formulir ini dibawa ke
Puskesmas 1 minggu sekali.
3) Pemeriksaan Klinis
Diperiksa oleh dokter Puskesmas setiap kali kunjungan
b. Indikator yang dipantau berdasarkan : indikator input, indikator proses dan
indikator output.
1) Indikator input dilihat dari ketersediaan:
mineral mix
makanan formula
tenaga
alat antropometri
obat
media konseling
Indikator Input dilakukan pada tingkat Puskesmas dengan melihat
hasil pengisian formulir.
2) Indikator Proses
Terlaksananya proses skrining
Kunjungan rumah
Kelengkapan pencatatan pelaporan
Tidak terlambat melakukan rujukan
Semua anak gizi buruk tidak ada yang Drop Out (DO).
Semua anak rutin hadir pada setiap jadwal buka
3) Indikator Output
Semua anak gizi buruk yang sesuai kriteria mengikuti rawat jalan.
Peningkatan status gizi anak yang mengikuti rawat jalan
2. Evaluasi Rawat Jalan
a. Dilakukan selama 6 bulan untuk anak yang mengikuti program pelayanan anak
gizi buruk
b. Evaluasi program satu tahun sekali: mencakup jumlah anak yang mengikuti
program, lulus, Drop Out (DO), dan meninggal.

39

B. PEMANTAUAN DAN EVALUASI RAWAT INAP


Pemantauan dan evaluasi dilakukan terhadap aspek pelaksanaan PPG dan
keadaan klinis serta status gizi anak.
1. Pemantauan Rawat Inap
a. Pemantauan Pelaksanaan PPG
Pemantauan merupakan kegiatan pengawasan sekaligus penilaian secara
periodik terhadap proses pelaksanaan kegiatan perawatan anak gizi buruk di PPG
dengan menggunakan form pemantauan (checklist), mengacu pada Buku
Pemantauan Gizi Buruk.
Tindak lanjut pemantauan:
(1) Umpan balik laporan hasil pemantauan dan solusinya
(2) Bimbingan Teknis
b. Pemantauan keadaan klinis dan status gizi anak
(1) Selama perawatan di PPG, pemantauan dilakukan oleh petugas
PPG/tim asuhan gizi dengan menggunakan status pasien/formulir rekam
medik.
(2) Pasca perawatan di Puskesmas, Puskesmas pembantu dan Posyandu
oleh tenaga kesehatan Puskesmas dan atau kader dengan menggunakan
KMS.
2. Evaluasi Rawat Inap

Evaluasi rawat inap dilakukan secara bertahap yaitu di awal, pertengahan


dan akhir pelaksanaan kegiatan. Penilaian dengan menggunakan Buku
Pemantauan Tatalaksana Anak Gizi Buruk.
Evaluasi dilakukan:
1) Terhadap proses pelaksanaan dan hasil kegiatan PPG.
Evaluasi dilakukan pada saat perawatan (lihat formulir laporan bulanan pelayanan
anak gizi buruk secara rawat inap pada lampiran 14). Indikator keberhasilan PPG
dikatakan baik jika kematian < 5% per tahun dari semua kasus yang dirawat, tidak
termasuk kematian pada 24 jam pertama.
2) Secara berkala setiap 6 bulan sekali
Pencatatan dan pelaporan untuk pemantauan dan evaluasi menggunakan formulir
pelaporan rutin Puskemas

40

PENUTUP
Kesimpulan
Seorang anak perempuan 6 bulan dengan keluhan utama berat badan
turun. Ibu pasien mengakatakan bahwa berat badan anaknya turun dan tidak naiknaik sejak pasien berumur 5 bulan, pasien sulit untuk minum ASI. Pasien hanya
minum ASI sampai usia 2 bulan, pasien sulit minum ASI karena ASI sulit keluar dari
puting susu ibunya. Selain minum ASI pasien pernah minum susu SGM, tetapi pasien
diare akhirnya oleh ibu pasien dihentikan pemberiannya. Selama umur 3 bulan
sampai umur 5 bulan pasien hanya minum air tajin dan air gula. Ibu pasien juga
mengatakan bahwa pasien sejak 1 bulan ini pasien tidak ceria dan jarang menangis,
tidak batuk pilek, tidak demam, tidak ada luka kering dikaki.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sedang, compos
mentis, status gizi kesan buruk. Tanda vital : N: 162 x/menit, Rr: 56 x/menit,
S:36,80C, BB: 4,3 kg, PB : 56 cm, Lila : 10,5 cm. Status gizi Gizi buruk. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan Conjuntiva anemis (+/+), palmar anemis.
Diagnosis Biologis
1. Gizi buruk tanpa komplikasi
2. Nafsu makan kurang.
3. Status gizi yang rendah
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
4.

Status ekonomi kurang.

5.

Kurangnya pola asuh asuh dan kasih sayang dari

orang tua
6.

Kondisi lingkungan dan rumah yang tidak sehat.

41

DAFTAR PUSTAKA
1. Ulshen M, 1999. Sistem Saluran Pencernaan. Dalam Nelson Ilmu
Kesehatan Anak, edisi 15, editor: Behrman, kliegman, Arvin, editor
Bahasa Indonesia: Wahab S, penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta,
halaman 1270-1278.
2. Hasan R dan Alatas H, 1985. Dalam Buku Kuliah1 Ilmu Kesehatan Anak,
penerbit bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, halaman 283-312.
3. Fardah A, Ranuh GR, Sudarmo SM, 2008. Diare. Dalam Pedoman
Diagnosis dan Terapi, edisi III, penerbit Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya, Surabaya, halaman 2-11.
4. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. World Health
Organization.
5. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
6. Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
7. http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/referat-penatalaksanaangiziburuk-menurut_166.html

42

Anda mungkin juga menyukai