BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang merupakan
2.2 Epidemiologi
Proporsi kasus TB anak di antara semua kasus TB di Indonesia pada tahun 2010
adalah 9,4%, kemudian menjadi 8,5% pada tahun 2011; 8,2% pada tahun 2012; 7,9%
pada tahun 2013; 7,16% pada tahun 2014, dan 9% di tahun 2015. Proporsi tersebut
bervariasi antar provinsi, dari 1,2% sampai 17,3%. Variasi proporsi ini mungkin
menunjukan endemisitas yang berbeda antara provinsi. Tetapi bisa juga karena
15%. Anak yang terinfeksi TB tidak selalu akan mengalami sakit TB, 10%-15% yang
terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. Pemberian terapi pencegahan pada anak infeksi
yang rentan bila terpajan oleh kasus TB yang infeksius akan menjadi tertular TB
(infectious TB) dan setelah beberapa lama kemudin baru menjadi sakit. Oleh karena
4
itu faktor resiko untuk infeksi berbeda degan faktor resiko menjadi sakit TB. Faktor
resiko terbagi menjadi faktor resiko infeksi dan faktor resiko progresifitas infeksi
yang rentan bila terpajan oleh kasus TB yang infeksius akan menjadi tertular TB
(infectious TB) dan setelah beberapa lama kemudin baru menjadi sakit. Oleh karena
itu faktor resiko untuk infeksi berbeda degan faktor resiko menjadi sakit TB. Faktor
resiko terbagi menjadi faktor resiko infeksi dan faktor resiko progresifitas infeksi
dewasa Immunocompromised
Daerah endemis DM
Kemiskinan
baik)
dengan pasien
Pernah sakit TB
2.4 Etiologi
adalah bakteri berbentuk batang nonmotile yang cukup besar yang berada jauh di
normal manusia, paling sering ditemukan di daerah kering dan berminyak. Batang
2.5 Patogenesis
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada/tidaknya sinar ultra
violet, ventilasi yang buruk dan kelembapan. Dalam suasana lembab dan gelap kuman
dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh
orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat
masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama
6
kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini biakan mati
makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang
bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis primer kecil dan disebut
sarang primer atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat
terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah
efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe,
orofaring dan kulit, terjadi limfodenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam
7
vena dan menjalar ke seluruh organ, seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke
arteri pulmonalis, maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfaenitis
(Ranke). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini
selanjutnya menjadi:
kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat lesi pneumonia yang luasnya > 5 mm
dan ± 10% di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang
dormant
penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberkulosis pasca primer ini dimulai
dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apikal-posterior lobus
superior atau inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke
Sarang dini ini mula-mula juga terbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10
minggu, sarang ini menjadi tuberkel, yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel
Histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh
TB pasca primer juaga dapat berasal dari reinfeksi eksogen dari usia muda
menjadi TB usia tua (eldery tuberculosis). Tergantung dari jumlah kuman, virulensinya
perkijauan dan kaviatas adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam nukleat
oleh enzim yang diproduksi oleh makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin
Di sini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak. Kavitas dapat:
a. Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas
ini masuk dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB milier. Dapat
pleura;
menjadi dan jadi kavitas lagi. Komplikasi kronik kavitas adalah kolonisasi
1. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak naik dengan
adekuat atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya perbaikan gizi
yang baik.
2. Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan
demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain). Demam umumnya
tidak tinggi. Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifik TB pada
3. Batuk lama ≥3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda atau
intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat
disingkirkan.
4. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh (failure
to thrive).
baku diare.
Anamnesis
Identitas
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang (RPS)
11
Pada dewasa disebut sebagai proses reinfeksi. Gambaran spesifik pada dewasa adalah:
- Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kurang sensitive
dan spesifik. Pada tuberkulasis baru mulai aktif akan ditemukan leukosit
meningkat dangan hitung pergeseran kekiri. Laju endap darah juga meninggi dan
jumlah limfosit masih normal. Bila keaadaan sembuh maka leukosit akan kembali
normal dan laju endap darah turun dan kembali normal.
12
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara
mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada
½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam
kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur
diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.
Anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif
100%, umur 1–2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun
51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka
hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik.
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan
pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang
biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah),
dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh
sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti:
14
paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-
lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
- Sistem skoring
dapat menggunakan suatu pendekatan lain yang dikenal sebagai sistem skoring. Sistem
skoring tersebut dikembangkan diuji coba melalui tiga tahap penelitian oleh para ahli
yang IDAI, Kemenkes dan didukung oleh WHO dan disepakati sebagai salah satu cara
kesehatan dasar.
16
• Parameter uji tuberkulin dan kontak erat dengan pasien TB menular mempunyai
• Uji tuberkulin bukan merupakan uji penentu utama untuk menegakkan diagnosis
• Pasien dengan jumlah skor ≥6 dari total skor 13 harus ditatalaksana sebagai pasien
harus dilakukan pemantauan hasil pengobatan secara cermat terhadap respon klinis
pasien. Apabila respon klinis terhadap pengobatan baik, maka OAT dapat
dilanjutkan sedangkan apabila didapatkan respons klinis tidak baik maka sebaiknya
2.7 Tatalaksana
profilaksis (pencegahan). Terapi TB diberikan pada anak yang sakit TB, sedangkan
profilaksis TB diberikan pada anak yang kontak TB (profilaksis primer) atau anak yang
• OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat untuk mencegah
ekstraseluler
• Waktu pengobatan TB pada anak 6-12 bulan. pemberian obat jangka panjang
terjadinya kekambuhan
intensif dan lanjutan, OAT pada anak diberikan setiap hari untuk
• Pada TB anak dengan gejala klinis yang berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal
• Pada kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB
(prednison) dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Dosis maksimal
dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu yang sama. Tujuan
pemberian steroid ini untuk mengurangi proses inflamasi dan mencegah terjadi
perlekatan jaringan.
• Panduan OAT untuk anak yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian
• Panduan OAT Kategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa obat Kombinasi
Dosis Tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 3 jenis
obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini
minum obat, paduan OAT disediakan dalam bentuk paket KDT/ FDC. Satu paket
dibuat untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan. Paket KDT untuk anak berisi
obat fase intensif, yaitu rifampisin (R) 75mg, INH (H) 50 mg, dan pirazinamid (Z) 150
mg, serta obat fase lanjutan, yaitu R 75 mg dan H 50 mg dalam satu paket. Dosis yang
Pada fase intensif pasien TB anak kontrol tiap minggu, untuk melihat
kepatuhan, toleransi dan kemungkinan adanya efek samping obat. Pada fase
lanjutan pasien kontrol tiap bulan. Setelah diberi OAT selama 2 bulan, respon
gejala klinis berkurang, nafsu makan meningkat, berat badan meningkat, demam
pengobatan kurang atau tidak baik maka pengobatan TB tetap dilanjutkan tetapi
pasien harus dirujuk ke sarana yang lebih lengkap. Sistem skoring hanya digunakan
melakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang lain seperti foto
perubahan yang berarti, tetapi apabila dijumpai perbaikan klinis yang nyata, maka
Keterangan:
a. Saat mengawali ART harus didasarkan atas pertimbangan klinis sehubungan
dengan adanya tanda lain dari imunodefisiensi. Untuk TB ekstraparu, ART
harus diberikan secepatnya setelah terapi TB dapat ditoleransi, tanpa
memandang CD4
b. Sebagai alternatif untuk EFV adalah: SQV/r (400/400 mg 2 kali sehari atau cgc
1600/200 1 kali sehari), LPV/r (400/400 mg 2 kali sehari) dan ABC (300 mg 2
kali sehari)
c. NVP (200 mg sehari selama 2 minggu diikuti dengan 200 mg 2 kali sehari)
sebagai pengganti EFV bila tidak ada pilihan lain. Rejimen yang mengandung
NVP adalah d4T/3TC/NVP atau ZDV/3TC/NVP
d. Paduan yang mengandung EFV adalah d4T/3TC/EFV dan ZDV / 3TC / EFV
e. Kecuali pada HIV stadium IV, mulai ART setelah terapi TB selesai
f. Bila tidak ada tanda lain dari imunodefisiensi dan penderita menunjukkan
perbaikan setelah pemberian terapi TB, ART diberikan setelah terapi TB
diselesaikan
Interaksi obat TB dengan ARV (Anti Retrovirus)
Pemakaian obat HIV/AIDS misalnya zidovudin akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya efek toksik OAT
Tidak ada interaksi bermakna antara OAT dengan ARV golongan nukleosida,
kecuali Didanosin (ddI) yang harus diberikan selang 1 jam dengan OAT karena
bersifat sebagai buffer antasida
Interaksi dengan OAT terutama terjadi dengan ART golongan nonnukleotida
dan inhibitor protease. Rifampisin jangan diberikan bersama dengan nelfinavir
karena rifampisin dapat menurunkan kadar nelfinavir sampai 82%. Rifampisin
dapat menurunkan kadar nevirapin sampai 37%, tetapi sampai saat ini belum
ada peningkatan dosis nevirapin yang direkomendasikan
24
Jenis ART
25
Pembahasan
Teori Pasien
Pemeriksaan fisik
Teori Pasien
Pemeriksaan penunjang
Teori Pasien
Laboratorium
Leukosit meningkat Hb 9,9 (anemia hipokrom
anisopoikilositosis, sel target
(++)
26
Terapi
Teori Pasien