Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)

RSUD SULTAN THAHA SAIFUDDIN TEBO

TUBERCULOSIS PARU

Pengertian Infeksi paru yang menyerang jaringan parenkim paru, disebabkan Mycobacterium tuberculosis.
(Definisi)
Anamnesis Demam, batuk, sesak nafas, nyeri dada, malaise, berat badan menurun, keringat malam, riwayat
kontak penderita TBC paru

Pemeriksaan  Suhu tubuh >37,5 °C


Fisik  Konjungtiva anemis
 Indeks Masa tubuh /IMT <18,5
 Auskultasi paru nafas bronkial, dapat di temukan ronki basah/kasar/nyaring.
Bila infiltrat diliputi penebalan pleura: suara nafas jadi vesikuler melemah
Bila terdapat kavitas besar: perkusi hipersonor, auskultasi suara amphorik
Kriteria Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik
Diagnosis
Diagnosis Tuberkulosis paru
kerja
Diagnosis Pneumonia, tumor/keganasan paru, jamur paru, penyakit paru akibat kerja
Banding
Pemeriksaan  DPL + Diff Count: leukositosis, leukopenia, anemia
penunjang  BTA sputum positif minimal 2 dari 3 spesimen SPS
 TCM-MTB ditemukan molekul MTB
 Kultur Mycobacterium tuberkulosis positif (diagnosis pasti)
 Foto thorax PA ± lateral (hasil bervariasi): infiltrat, pembesaran kelenjar getah bening (KGB)
hilus/ KGB paratrakeal, milier, atelektasis, efusi pleura, kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas,
destroyed lung

Diagnosis  Pneumonia
banding  Tumor/keganasan paru
 Jamur paru
 Penyakit paru akibat kerja

Tatalaksana Suportif : istirahat, stop merokok, hindari polusi, tatalaksana komorbiditas, nutrisi

Medikamentosa: obat anti tuberkulosis (OAT)


1. Kategori 1
Pasien baru yang belum pernah mendapatkan terapi OAT atau mendapatkan OAT selama <
1 bulan, maka regimen terapinya 2HRZE/4HR. Dosis obat pada tabel 2.
Pada pasien baru yang diketahui resisten isoniazid atau diketahui lingkungan sekitar resiko
tinggi resisten isoniazid, maka di berikan terap 2HRZE/4HRE.

2. Kategori 2
Pasien yang sebelumnya pernah mendapat terapi OAT.
 Kutur dan resistensi OAT atau drug susceptibility test (DST)
 Jika hasil DST belum ada
- Pasien gagal terapi (sputum BTA atau kultur tetap positif pada akhir
bulan ke 5 pengobatan) Pasien yang putus berobat (pasien yang putus
obat selama >2 bulan berturut-turut) atau kambuh, berikan
2HRZES/HRZE/5HRE.
 Jika hasil DST sudah ada, sesuaikan terapi dengan antibiotik spesifik patogen.

1
Tabel 1. Dosis dan Efek Samping OAT
Dosi berkala 3 kali
Dosis Harian
seminggu
Nama Obat Dosis dan Dosis dan Efek Samping
range (mg/kg Maksimum range (mg/kg Maksimum
BB) BB)
Isoniasid (H) 5 (4-6) 300 mg 10 (8-12) 900 Neuropati Perifer
Rifampisin (R) 10 (8-12) 600 mg 10 (8-12) 600
Pirazinamide Sindrom flu,
25 (20-30) 35 (30-40)
(Z) hepatotoksik
Nefrotoksik,
Streptomisin (S) 15 (15-20) 15 (12-18) 1000 gangguan N-III
kranial
Neuritis optika,
Etambutol (E) 15 (15-20) 30 (25-35) neurotoksik, skin
rash/dermatitis

3. Indikasi kortikosteroid
 Meningitis TB
 TB miller dengan atau tanpa meningitis
 TB dengan Pleuritis eksudatif
 Tb dengan Perikarditis konstriktif
 Manifestasi klinis insufisiensi adrenal karena TB

Periksaan terapi
 Pada pasien yang sebelumnya telah mendapat OAT, pemeriksaan hasil DST pada bulan
kedua pengobatan, bila terdapat resistensi ganti obat sesuai protokol MDR-Tb
 Cek sputum BTA pada akhir fase intensif (akhir bulan ke 2 terapi pada pasien baru dan
kahir bulan ke 3 pada pasien yang sebelumny telah mendapat OAT)
 Jika masih positif, cek ulang sputum BTA pada akhir bulan ke 3 terapi pada pasien baru
dan akhir bulan ke 4 pada pasien yang sebelumnya telah mendapat OAT
 Jika masih positif, pasien dinyatakan gagal terapi.
 Pada pasien baru yang belum pernah mendapat OAT kategori 1 atau belum mulai terapi
kategori 2, jika hasil kultur dan DST positif di temukan resistensi, maka pasien mulai
protokol MDR-TB.

Edukasi Makan obat teratur

Prognosis Dengan terapi INH dan rifampisin selama 6 bulan dan pyrazinamide selama 2 bulan sekitar 96-
99% sembuh (bagi pasien HIV negatif).
Angka kambuh < 5%

Tingkat I, II, III


evidens
Tingkat A dan B
rekomendasi
Penelah kritis SMF Ilmu Penyakit Dalam

Indikator  Tegaknya diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan penunjang yang
medis mendukung.
 Tanda vital baik, intake baik, mobilisasi baik
 Pasien memahami tentang penyakit dan pengobatan yang akan di berikan
Lama 6 hari
perawatan

2
Kriteria  Umum: Hemodinamik stabil /tanda vital baik, intake baik
pulang  Khusus: Pemeriksaan fisik dan penunjang kembali normal/ perbaikan
 Rencana pengobatan sudah jelas baik regimen maupun lama obatnya

Kepustakaan 1. Alwi I. (2015) Tuberkulosis Paru Dalam : Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam,
Panduan Praktik Klinis. Jakarta: Interna Publishing, 792-798.
2. Nasution AS. (2015) TB Paru Dalam: Clinical Pathway, Buku Panduan Clinical
Pathway. Jakarta: Interna Publishing , 270-273
3. Indonesia: Kementrian Kesehatan RI. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
No Hk.01.07/Menkes/90/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tatalaksana HIV. Lampiran Hal 4-175.

3
4

Anda mungkin juga menyukai