Anda di halaman 1dari 3

Tatalaksana Asma

Medikasi Asma: Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi
jalan napas, terdiri atas pelega dan pengontrol. Penatalaksanaan asma bertujuan untuk
mengontrol penyakit, disebut sebagai asma terkontrol. Asma terkontrol adalah kondisi stabil
minimal dalam waktu satu bulan.
Pelega (Reliever): Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos,
memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti
mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau
menurunkan hiperesponsif jalan napas. Termasuk pelega adalah: Agonis beta2 kerja singkat,
Antikolinergik , Aminofillin, dan Adrenalin 1.
Pengontrol (Controllers): Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol
asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma terkontrol
pada asma persisten. Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat pengontrol
antara lain1 :
Kortikosteroid inhalasi
Kortikosteroid sistemik
Sodium kromoglikat
Nedokromil sodium
Metilsantin
Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
Agonis beta-2 kerja lama, oral
Leukotrien modifiers
Antihistamin generasi ke dua
Tabel 1.1 Tatalaksana Asma pada orang dewasa1
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan
tidak lebih dari 3-4 kali sehari
Berat Asma Medikasi pengontrol Alternatif/pilihan Alternatif lain
harian lain
Asma intermiten Tidak perlu - -
Asma peristen Glukokortikosteroid - Teofilin -
ringan inhalasi - Kromolin
(200-400 ug BB/hari - Leukotriene
atau ekivalennya modifiers
Asma persisten Kombinasi inhalasi Glukokortikosteroid Ditambah agonis
sedang glukokortikosteroid inhalasi (400-800 ug beta-2 kerja lama
(400-800 ug BB/hari BB atau oral, atau
atau ekivalennya) ekivalennya) Ditambah teofilin
dan ditambah Teofilin lepas lambat
agonis beta-2 kerja lepas lambat ,atau
lama
Glukokortikosteroid
inhalasi (400-800 ug
BB atau
ekivalennya)
ditambah agonis
beta-2 kerja lama
oral, atau
Glukokortikosteroid
inhalasi dosis tinggi
(>800 ug BB atau
ekivalennya) atau
Glukokortikosteroid
inhalasi (400-800 ug
BB atau
ekivalennya)
ditambah leukotriene
modifiers
Asma Persisten Kombinasi inhalasi Prednisolon/
Berat glukokortikosteroid metilprednisolon
(> 800 ug BB atau oral selang sehari
ekivalennya) dan 10 mg
agonis beta-2 kerja ditambah agonis
lama, ditambah 1 beta-2 kerja lama
di bawah ini: oral, ditambah
- teofilin lepas teofilin lepas lambat
lambat
- leukotriene
modifiers
-glukokortikosteroid
oral
Semua tahapan : Bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan,
kemudian turunkan bertahap sampai mencapai terapi seminimal mungkin dengan kondisi
asma tetap terkontrol.
Sumber : Buku Pedoman Penatalaksanaan Asma PDPI

Tabel 1.2. Rekomendasi Penatalaksanaan Asma Akut di IGD 3


FEV1 atau PEFR >50% FEV1 atau PEFR <50%
Oksigenasi 1-3 l/menit melalui nasal kateter atau Oksigenasi 1-3 l/menit melalui nasal kateter atau
pemakaian masker oksigen dengan konsentrasi pemakaian masker oksigen dengan konsentrasi
rendah sampai SpO2 mencapai 92% rendah sampai SpO2 mencapai 92%
2 agonis inhalasi : albuterol 4x semprot (400 2 agonis inhalasi + antikolinergik ; albuterol +
microgram) setiap 10 menit dengan MDI atau 2,5 mg ipatropium bromida 4x semprot (400 g dan 80 g)
albuterol dalam 4 ml larutan salin dengan nebulizer setiap 10 menit dengan MDI
O2 (6-8 liter/menit) setiap 20 menit
Antikolinergik untuk pasien dengan respon awal Inhalasi korikosteroid dosis tinggi kortikosteroid
yang minimal kortikosteroid sistemik jika tidak sistemik : hidrokortison 200 mg iv atau
segera memberikan respon terhadap bronkodilator metilprednisolon 40 mg tiap 6 jam
Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi VI, 2014
Kriteria rujukan
1. Bila sering terjadi eksaserbasi
2. Pada serangan asma akut sedang dan berat
3. Asma dengan komplikasi
Persiapan dalam melakukan rujukan bagi pasien asma, yaitu :
1. Terdapat oksigen
2. Pemberian steroid sitemik injeksi atau inhalasi disamping pemberian bronkodilator
kerja cepat inhalasi
3. Pasien harus didampingi oleh dokter/tenaga kesehatan terlatih selama perjalanan
menuju ke pelayanan sekunder.
Daftar Pustaka
1. Hudoyo, Achmad. (2011). Penatalaksanaan Asma & PPOK Pada Orang Dewasa
berdasar Pedoman GINA (Global Initiative for Asthma) & GOLD (Global Initiative
for Chronic Obstructive Lung Disease), Dept Pulmonologi & Ilmu Kedokteran
Respirasi FKUI, Jakarta.
2. Perhimpunan dokter paru Indonesia (2004) Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan
di Indonesia. Jakarta.
3. Siti Setiati,et al. (2014) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Edisi VI, Interna
Publishing, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai