Anda di halaman 1dari 7

SISTEM PERNAFASAN Created By : Bilqis Inayah 1

SISTEM PERNAFASAN
Outline :

 Asma
 PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)
 Batuk dan Flu
 Rhinitis Alergi

A. ASMA
Gejala Asma
a. Batuk terutama pada malam atau dini hari
b. Sesak napas
c. Napas berbunyi (mengi)
d. Rasa berat di dada
e. dahak sulit keluar
f. Gejala Berat : Sianosis, Kesadaran menurun

Patofisiologi Asma
 Alergen (stimulus) → stimulasi limfosit untuk mengeluarkan IgE → IgE menempel pada sel
mast → keluar histamin yg memberi respon 1. Bronkokonstriksi 2. peningkatan
permeabilitas kapiler 3. peningkatan sekresi mukus.
 Paparan selanjutnya akan menstimulasi sel mast mengeluarkan secondary mediators spt :
PG, leukotriene dan aktivasi platelet yg menyebabkan efek potent vasodilator,
bronkokonstriksi dan agregasi platelet.

Target kerja obat asma


 Anti IgE : mencegah pelepasan mediator inflamasi dengan memblok interaksi antara
alergen dengan IgE pada permukaan sel mast dan basophil.
Contoh : OMALIZUMAB
 Kortikosteroid : mencegah degranulasi dan peradangan. Merupakan terapi paling efektif
untuk pengontrol jangka panjang pada asma persisten. Untuk menghindari candidiasis, harus
berkumur setelah digunakan. ICS umumnya aman untuk ibu hamil
Contoh : BECLOMETASONE, BUDESONIDE, FLUTICASONE (inh), DEXAMETASON,
PREDNISON (oral)
 Cromones : menghambat pelepasan mediator inflamasi dari sel mast, eosinophil,
neutrophil, monosit dan alveolar macrophage.
Contoh : CROMOGYLATE, NEDOKROMIL
 LTRA (Leucotrien Receptors Antagonis) : mencegah leucotrien berikatan dg reseptornya
shg efek bronkokontriksi dan agregasi platelet tidak terjadi. Dapat digunakan untuk
kontroler pada anak-anak. Contoh : ZAFIRLUKAST, MONTELUKAST

1
SISTEM PERNAFASAN Created By : Bilqis Inayah 2

 5-lipoxygenase : ZILEUTON
 Bronkodilator
- Agonis beta 2 : relaksasi otot polos bronkus dengan menstimulasi reseptor beta 2
Contoh :
 SABA (Short Acting) : Salbutamol, Terbutalin (onsetnya cepat) KI :
Hipertiroid
 LABA (Long Acting) : Salmeterol, Formoterol (durasi lama >> 12 jam karena
sifat lipofilisitasnya tinggi dan trj perpanjangan aksi. Penggunaan LABA
tanpa ICS tidak direkomendasikan karena dapat meningkatkan efek samping
(takikardia, sakit kepala, kram)
- Antikolinergik : menghambat reseptor muskarinik di otot polos bronkus
Contoh : IPRATROPIUM BROMIDE, TIOPTROPIUM (Long Acting)
- Metilxanthin :relaksasi otot polos bronkus Contoh : TEOFILLIN
KLASIFIKASI ASMA

Derajat asma Gejala Fungsi Paru

- Siang hari < 2 kali/minggu


- Malam hari < 2 kali/bulan Variabilitas APE < 20%
I. Intermiten
- Serangan singkat VEP1 > 80% nilai prediksi
SABA (inh)
Tidak ada gejala antar serangan APE > 80% nilai terbaik
- Intensitas serangan bervariasi
II. Persisten Ringan - Siang hari > 2 kali/minggu, tetapi < 1 kali/hari Variabilitas APE 20 - 30%
SABA (inh) Malam hari > 2 kali/bulan VEP1 > 80% nilai prediksi
Preventer - Serangan dapat mempengaruhi aktifitas APE > 80% nilai terbaik
- Siang hari ada gejala
Malam hari > 1 kali/minggu
III. Persisten Sedang - Serangan mempengaruhi aktifitas Variabilitas APE > 30%
SABA (inh) Serangan > 2 kali/minggu VEP1 60-80% nilai prediksi
Preventer - Serangan berlangsung berhari-hari APE 60-80% nilai terbaik
Sehari-hari menggunakan inhalasi β2-agonis
short acting
IV. Persisten Berat
- Siang hari terus menerus ada gejala Variabilitas APE > 30%
SABA (inh)
Setiap malam hari sering timbul gejala VEP1 < 60% nilai prediksi
Preventer
- Aktifitas fisik terbatas Sering timbul serangan APE < 60% nilai terbaik
Controller

RELIEVER PREVENTER CONTROLLER


Bronkodilator: KORTIKOSTEROID, CROMONES, LABA
SABA, Metilxanthin (Teofillin), Antikolinergik LTRA, ANTI IgE

2
SISTEM PERNAFASAN Created By : Bilqis Inayah 3

TATALAKSANA ASMA

Gejala Asma (batuk, sesak, mengi, dada berat)


APE < 80%

- Inhalasi SABA (prn) : Salbutamol


- Bronkodilator Oral : Teofilin

RESPON BAIK
- Gejala (batuk/berdahak/sesak/mengi) RESPON BURUK
- Gejala menetap atau bertambah berat
membaik, perbaikan dg SABA dan
bertahan slm 4 jam - APE < 60%
- APE > 80%

- Lanjutkan SABA @3 – 4 jam selama 2


hari
- Bronkodilator oral 6 – 8 jam - Tambahkan Kortikosteroid oral
- Steroid Inhalasi selama 2 miinggu - Agonis Beta 2 Diulang
dengan dosis tinggi kemudian kedosis
sebelumnya

3
SISTEM PERNAFASAN Created By : Bilqis Inayah 4

B. PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS)


Adanya inflamasi kronis yang mengarahkan pada terjadinya destruksi dan limitasi aliran
udara untuk pernafasan.
Prinsip PPOK:
1. kronik bronkitis: sekresi mukus berlebih dengan disertai batuk yang terjadi
sekurangkurangnya 3 bulan dalam 2 tahun berturut-turut.
2. Emfisema: abnormalitas, pelebaran permanen dari jalur pernafasan hingga terminal
bronkioli, disertai dengan adanya destruksi pada dinding tanpa adanya fibrosis.
Patofisiologi singkat:
1. inflamasi kronik menyebabkan destruksi dinding dan limitasi jalur pernafasan
2. inhalasi senyawa penstimulus mediator inflamasi
3. stress oksidatif menyababkan adanya respon pertahanan yang agresif dari paru
Parameter:
- spirometer: menunjukkan FEV postbronkial kurang dari 80%, dan perbandingan rasio
FEV: FVC kurang dari 70%
- Gas dalam Arteri; partial pressure of O2 [PaO2] 45–60 mm Hg, partial pressure of CO2
[PaCO2] 50–60 mm Hg

4
SISTEM PERNAFASAN Created By : Bilqis Inayah 5

C. BATUK DAN FLU


BATUK
Batuk merupakan refleks yang terangsang oleh iritasi paru-paru atau saluran pernapasan.
Ada dua jenis batuk yaitu batuk berdahak dan batuk kering.
- Batuk berdahak adalah batuk yang disertai dengan keluarnya dahak dari batang
tenggorokan.
- Batuk kering adalah batuk yang tidak disertai keluarnya dahak.
Obat batuk yaitu
- Ekspektoran (Memudahkan pengeluaran dahak): Gliseril guaikolat, Succus Liquiritae,
Ammonium Klorida
- Mukolitik (Pengencer dahak) : Asetilsistein, Ambroksol, Bromheksin
- Antitusif (penekan batuk) contohnya Kodein, Noskapin, Dekstrometorfan Hbr (ES:
Konstipasi) dan Difenhidramin HCl

FLU
Obat Yang Dapat Digunakan
1. Antihistamin : Antihistamin dapat menghambat kerja histamin yang menyebabkan
terjadinya reaksi alergi. Obat yang tergolong antihistamin antara lain: Klorfeniramin
maleat/klorfenon /CTM, Difenhidramin HCl.
2. Oksimetazolin (tetes hidung): Mengurangi sekret hidung yang menyumbat.
3. Dekongestan oral: Dekongestan mempunyai efek mengurangi hidung tersumbat.
Obat dekongestan oral antara lain: Fenilpropanolamin, Fenilefrin, Pseudoefedrin dan
Efedrin.
Catatan :
- Hindari penggunaan dekongestan oral pada pasien yang punya riwayat hipertensi
- Penggunaan nasal spray secara jangka panjang dapat menyebabkan efek samping
Rhinitis medikamentosa adalah peradangan pada membran hidung. Penyakit ini
terjadi akibat penggunaan dekongestan semprot (untuk meredakan hidung
tersumbat) secara berlebihan.
ANTIHISTAMIN yang memiliki efek sedative rendah atau tidak ada :
Fexofenadin, Loratadin, Azelatine, Olopatadin, Penindamin tartrat

5
SISTEM PERNAFASAN Created By : Bilqis Inayah 6

D. RHINITIS ALERGI
Rinitis adalah inflamasi pada lapisan dalam hidung yang dikarakterisasi dengan adanya
gejala-gejala nasal seperti rinore anterior atau posterior, bersin-bersin, hidung tersumbat,
dan/atau hidung gatal.

6
SISTEM PERNAFASAN Created By : Bilqis Inayah 7

INTERAKSI OBAT PERNAFASAN


OBAT A OBAT B MEKANISME EFEK
β beta bloker non
Mengambat reseptor
SABA selektif (Propranolol, Bronkokonstriksi
β2
(Salbutamol/Al Timolol)
buterol) Hipokalemia,
Diuretik ↑ Efek << K
Aritmia
Menghambat
Ketokonazol Kadar Budesonide
Budesonide metabolism
(Inhibitor) ↑↑
Budesonide
↑ Metabolisme
Barbiturat (Inducer) Kadar Teofilin ↓↓
teofilin
Teofilin
Efek
β bloker Pengaruh klinis
Bronkokonstriksi
Mekanisme IO secara metabolisme:
Substrat + Inducer → Kadar ↓↓ → Efek <<
Substrat + Inhibitor → Kadar ↑↑ → Efek Toksik

Obat yang bersifat Inducer :


1. Barbiturat (Fenobarbital)
2. Rifampisin
3. Antiepilepsi (Carbamazepin, Fenitoin)

Obat yang bersifat Inhibitor :


1. Makrolida (Eritromisin, Klaritromisin)
2. Kuinolon (Siplofloxacin)
3. Verapamil (CCB)
4. Antifungi Azole (Ketokonazole)
5. SSRI (Obat antidepresan)
6. Amiodaron
7. Simetidin

Anda mungkin juga menyukai