Anda di halaman 1dari 67

FARMAKOTERAPI GANGGUAN

SALURAN NAFAS
Obat untuk common cold, asma bronkiale, PPOM

Ratih Puspita Febrinasari


ratihpuspita@staff.uns.ac.id
Definisi Asma
Penyakit inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan
hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan, dengan
gejala episodik berulang berupa batuk, sesak napas, mengi dan
rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari, yang
umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan
ETIOLOGI ASMA
PATOFISIOLOGI ASMA
Fase Cepat :
10-15 menit
Jalur setelah paparan
Imunologis
Fase lambat :
6-8 jam setelah
paparan
Patofisiologi asma Ig E

Jalur Otonom

Reflek Saraf Vagal


PATOFISIOLOGI ASMA JALUR IMUNOLOGIS

Sensitisasi Re-eksposure

Individu Ig E abnormal
Melekat pada sel mast
Atopi dan berlebih

Degranulasi → Histamin, leukotrien,


faktor kemotaktik eosinofil, bradikinin

Edema lokal bronchiolus, sekresi mukus kental,


spasme otot polos bronkhiolus
PATOGENESIS ASMA
PATOFISIOLOGI ASMA JALUR OTONOM

Hiperventilasi, inhalasi udara Refleks saraf vagal


dingin, asap, kabut, SO2 pada mukosa

Asetylcoline, neuropeptid sensorik senyawa


P, neurokinin A

bronkokonstriksi, edema bronkus,


eksudasi plasma, hipersekresi lendir, aktivasi
sel-sel inflamasi.
RESUME : PATOFISIOLOGI ASMA
Early phase
RESUME : PATOFISIOLOGI ASMA
Late phase
SALURAN NAFAS NORMAL VS ASMA
ASTHMA
Drugs for Asthma (1)
• Bronchodilators
– Sympathomimetic beta-2 agonist
• Short acting (SABA): salbutamol, terbutaline, fenoterol, pirbuterol
• Long-acting (LABA): salmeterol, formoterol, arformoterol (only in
combination with ICS)
• Ultra long-acting: indacaterol, vilanterol, olodaterol (only in combination
with ICS) (usually for COPD)
– Methylxanthine: aminophylline, theophylline
– Anticholinergic/antimuscarinic: SAMA (Ipratropium bromide), LAMA
(tiotropium romide, glycopyrronium bromide, umeclidinium bromide,
aclidinium bromide)
PENDEKATAN TERAPI ASMA
1. Mengatasi dan mencegah Bronchospasme
• β2 agonis, Methylxantin (theophylline)→ relaksasi otot polos airway s
ecara langsung
• Antagonis muskarinik → memblok aktivitas asetilkolin pada reseptorn
ya→ relaksasi otot polos bronchus
• Antibodi Anti-IgE → mengurangi ikatan IgE dengan sel mast
• Kromolin, Nedokromil (sel mast stabilizer), β2 agonis (sympathomimet
ic agents) → mencegah degranulasi sel mast
• Antihistamin dan antagonis reseptor leukotrien → memblok aksi medi
ator inflamasi
2. Menekan responsivitas bronchus
• Menghindari eksposure
• Prolonged therapy → antihistamin, kortikosteroid inhalasi
Klasifikasi Terapi Asma

1. Reliever → bronkodilatasi
• β2 agonis kerja singkat
• Kortikosteroid sistemik → bronkodilator lain dosis max,
namun respon tdk tercapai (kortikosteroid sistemik +
bronkodilator lain)
• Antikolinergik
• Adrenalin

2. Controller → jangka panjang,tiap hari pada asma persisten


• Kortikosteroid inhalasi, oral
• β2 agonis kerja lama inhalasi, oral
• Leukotrien modifier
• Anti Ig E
• Sodium kromoglikat, nedokromil (Stabilizer sel mast)
• Metilxantin

PDPI. Panduan Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia


Klasifikasi Terapi Asma
Bronkodilator :
β2 Sympathomimetics
▪ β2 Agonist Selektif → bronchodilator utama ya
ng digunakan pada terapi asma / serangan asm
a akut
▪ Tipe :
1. β2 adrenergik kerja cepat (SABA):
Salbutamol, Terbutalin, Albuterol
2. β2 adrenergik kerja lama (LABA):
Salmeterol, Farmoterol, Bambuterol
Katzung. Chapter 20: Drug Use in asthma
SYMPATHOMIMETICS: BETA-2 AGONIST
Farmakodinamik β2 Agonist
▪ Mekanisme Aksi
✓ Stimulasi reseptor β2 → induksi adenylyl
cyclase → meningkatkan cAMP pada otot polos
bronchus → relaksasi → bronkodilatasi
✓ Menekan pelepasan mediator inflamasi dari sel mast
✓ Menekan kebocoran mikrovaskuler
✓ Meningkatkan transport mukosilier
▪ Inhalasi
→ bekerja secara lokal dalam paru → efek samping lebih
minimal daripada pemberian secara sistemik
▪ Dosis besar → kehilangan selektivitas → meningkatkan ri
siko toksisitas.
1. β2 adrenergik kerja cepat
a. Salbutamol
• β2 agonis dengan tingkat selektifitas tinggi
• Salbutamol inhalasi → bronchodilatasi dalam
waktu 5 menit, bertahan 2-4 jam
• Indikasi : untuk menangani asma akut (drug of choice
), Kurang tepat untuk profilaksis asma
b. Terbutaline
→ Mirip dengan salbutamol
• Sediaan : Inhalasi, tablet, injeksi subkutan (0,25 mg)
• Terbutaline → Bronkodilator yang aman untuk asma d
engan kehamilan
Salbutamol dan Terbutaline Inhalasi → obat yang paling sering digunakan untuk menangani bro
nchospasme secara cepat
Dosis Salbutamol
2. β2 adrenergik kerja lama
a. Salmeterol
• Lipid soluability tinggi → Durasi aksi > 12 jam
• Slow release depot → periode stimulasi reseptor β2 adrenergik lebih panjang
• Indikasi : sebagai terapi pemeliharaan dan untuk nocturnal asthma
• Inhalasi : 2x/hari
b. Fermoterol
• Mirip dengan Salmeterol
• Onset lebih cepat dibanding Salmeterol
β2 adrenergik kerja lama
→ terbukti efektif sebagai kombinasi dengan kortikosteroid inhalasi
EFEK SAMPING β2 adrenergik
▪ Inhalasi → minimal
▪ Oral :
✓ Tremor, gelisah, palpitasi, takikardi (pada dosis tinggi)
✓ Desensitasi Reseptor β2 adrenergik pada penggunaan jangka
panjang
▪ Aerosol → mengandung Propelen Fluorokarbon → sensitisasi mi
okardium terhadap katekolamin dosis tinggi
MDI (Metered Dose Inhaler)
Nebulizer
Bronkodilator : Metilxantin
(Theophilline, Theobromine, Caffeine)
▪ Farmakodinamik → Mekanisme Aksi :
✓ Menghambat Phospodiesterase (PDE)
✓ Kompetitif antagonis reseptor adenosine
(adenosine → bronchokonstriksi + memicu pelepasan
mediator sel mast)
▪ Efek :
✓ Relaksasi otot polos (cAMP tetap tinggi)
✓ Menekan pelepasan mediator inflamasi dar sel mast
✓ ES : Stimulasi otot jantung → selektif PDE4 inhibitor
→ lebih efektif untuk PPOK
Metilxantin → CNS, ginjal, otot jantung
▪ Theophilline : paling selektif bekerja pada otot polos →
metilxantin paling efektif
▪ Theophilline oral + β2 Agonis inhalasi → pemeliharaan as
ma jangka panjang
▪ Dosis Theophilline : 10 mg/kg bb/hari
max 300 mg
▪ Caffeine :
paling berpengaruh pada CNS
▪ Farmakokinetik Theophiline :
✓ Absorbsi : absorbsi per oral
✓ Distribusi : distribusi ke semua jaringan,
menembus plasenta, disekresi pada ASI, 50%
terikat protein plasma
✓ Metabolisme : demetilasi dan oksidasi di liver
✓ Ekskresi : melalui urin, 10% diekskresi dlm bentuk tetap
✓ t ½ : dewasa (7-12 jam), anak (3-5 jam)
Theophylline
Theophylline
Narrow therapeutic range
Drugs for Asthma (2): Corticosteroids

• ICS:
– Beclomethasone dipropionate, triamcinolone, flunisolide,
budesonide, hemihydrate, fluticasone propionate, mometasone
furoate, ciclesonide, fluticasone furoate
• Systemic:
– Hydrocortisone, prednisone, methylprednisolon
Corticosteroids
Kortikosteroid
▪ Preparat :
✓ Inhalasi : Beclomethasone, Fluticasone,
Budesonide
✓ Oral : Prednisone, Methylprednisolone
✓ Parenteral : Hidrocortisone,Methylprednisolone

▪ Sering disebut sebagai “Controller” → stabilisasi gejala


asma jangka panjang melalui aktivitas anti-inflamasinya
▪ Mekanisme Aksi → AntiInflamasi :
✓ Inhibisi pelepasan sitokin inflamasi
✓ Menekan aktivitas sel-sel imun yang
memperantarai inflamasi
✓ Berinteraksi dengan reseptor spesifik di
jaringan → regulasi ekspresi gen responsif
kortikosteroid
Contoh : Memicu ekspresi annexin dan
lipocortin → inhibisi as. arachidonat
dari membran sel
▪ Tidak secara langsung memicu relaksasi otot polos
bronchus
Aplikasi Klinis Kortikosteroid pada Asma
▪ Kortikosteroid Inhalasi (Budesonide)
dikombinasikan dengan β2 Agonis inhalasi →
pilihan pertama untuk asma kronis
▪ Kortikosteroid Oral (Prednisolone)
→ diberikan setelah serangan asma akut,
selama 7-10 hari → mencegah relaps
Dosis : 7,5 – 60 mg/hari
▪ Kortikosteroid Parenteral
→ serangan asma akut yang mengancam jiwa
▪ Penggunaan sediaan oral, jangka panjang terbatas →
Efek Samping Sistemik :
✓ Supresi endokrin
✓ Risiko infeksi meningkat
✓ Osteoporosis
✓ Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit
✓ Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
anak

Kortikosteroid Inhalasi
ES : candidiasis, hoarness, sore throat, dll
Anti Ig-E Antibodi : OMALIZUMAB
▪ Humanized rekombinan antibodi monoklonal Anti Ig-E
▪ Omalizumab
berikatan dengan reseptor Fc pada permukaan Ig E →
reseptor yang digunakan Ig E untuk berikatan dengan
FCεRI (FC epsilon Reseptor 1) pada permukaan sel mast
→ inhibisi degranulasi sel mast
▪ FCεRI
juga terdapat pada permukaan beberapa sel imun ( sel
basofil, limfosit, monosit dan eosinofil)→ Inhibisi
ikatan IgE pada sel-sel imun tersebut → meningkatkan
efektifitas omalizumab
Anti Ig-E Antibodi : OMALIZUMAB

Zdanowicz,M.M. Pharmacotherapy of Asthma. AJPE. 2007; 71 (5) Article 98.


▪ Sediaan : Injeksi
▪ Efek samping :
✓ Reaksi pada daerah injeksi ( < 1 %)
✓ Meningkatkan risiko malignansi → perlu
penelitian lebih lanjut
✓ Risiko shock anafilaktik → monitoring
▪ Indikasi :
Terapi asma sedang – berat
pada pasien usia > 12 tahun
▪ Dosis :
150–375 mg sc
setiap 2–4 minggu
Drugs for asthma (3)

• Cromones: Cromolyn sodium (sodium cromoglycate), nedocromil sodium


– Inhibit cell mast degranulation
• PDE4 inhibitor: Roflumilast
• Mediator antagonists:
– Antihistamines NOT recommended
– Antileukotrienes: LOX inhibitor (zileuton), LTRA (montelukast, zafirlukast,
pranlukast)
• Immunomodulators:
– Anti-IgE receptor: Omalizumab
– Anti-IL5 (receptor): mepolizumab, reslizumab, benralizumab
Antimuscarinic
Leukotrien Modifier
(Zileuton, Zafirlukast, Montelukast)
▪ LEUKOTRIEN :
✓ Rekruitmen leukosit, stimulasi bronkokontriksi,
meningkatkan permaebilitas kapiler → edema
pulmoner
5-lipoksigenase
As.arachidonat Leukotrien

berikatan pada reseptor cys-LT

Bronkokontriksi
LEUKOTRIEN MODIFIER
▪ Mekanisme Kerja :
1. Menghambat 5-lipoksigenase →
memblok sintesis leukotrien (Zileuton)
2. Memblok reseptor Leukotrien susteinil pada
sel target (Zafirlukast, Montelukast)
▪ Efek :
1. Bronkodilatasi minimal
2. Menurunkan bronkokontriksi akibat alergen, SO2, exercise
3. Antiinflamasi
4. Menurunkan dosis kortikosteroid inhalasi pada asma persisten se
dang - berat
Zdanowicz,M.M. Pharmacotherapy of Asthma. AJPE. 2007; 71 (5) Article 98.
Aplikasi Klinis Leukotrien Modifier
▪ Digunakan sebagai adjuvant dengan kortikoste
roid inhalasi → pada pasien yang respon terapi
nya rendah
▪ Menurunkan dosis β2 Agonis dan Kortikosteroi
d inhalasi → untuk terapi pemelihaan asma
▪ Dosis :
✓ Zileuton (4 x 600mg)
✓ Zafirlukast (2 x 20 mg)
✓ Montelukast
(1 x 10 mg)
Stabilizer Sel Mast
(Kromolin, Nedokromil)
▪ Mekanisme Aksi : menghambat degranulasi sel mast → mengha
mbat pelepasan mediator (histamin, LTs, PAF, IL)
▪ Memiliki efek protektif → mencegah exaserbasi asma ringan – se
dang, sebelum paparan alergen maupun exercise
▪ Absorbsi oral rendah → diberikan sediaan Aerosol
▪ Absorbsinya rendah → terlokalisasi pada tempat deposisi → efek
samping minimal → sering digunakan sebagai terapi asma pada a
nak
PPOK
• Definsi : sekelompok gangguan respirasi kronis & progresif lambat
yang ditandai limitasi aliran udara, yang tidak sepenuhnya reversibel.
• 2 bentuk utama PPOK :
1. Bronkitis kronis
2. Emfisema
• Merokok merupakan penyebab utama PPOK
• Gejala dan tanda :
Batuk, Produksi sputum, Dyspneu,Wheezing
• Diagnosis : Gejala dan tanda + Spirometri
Prinsip Terapi PPOK

• mencegah perkembangan penyakit


• mempertahankan jalan napas
• mempertahankan & meningkatkan kapasitas fungsi paru
• penanganan komplikasi
• menghindarkan eksaserbasi
TERAPI PPOK
• Bronkodilator yang digunakan pada PPOK →
β2 agonis, antikolinergik dan metilxantin
• Bronkodilator → terapi sentral pada PPOK
• Inhalasi lebih disukai dibanding sistemik
• Antikolinergik + β2 agonis → efek lebih baik dibandingkan penggunaan tunggal
• LABA + ipratropium → menurukan eksaserbasi
• Teofilin : kurang efektif dibandingkan inhalasi LABA
• LABA + teofilin → memperbaiki FEV1 dibandingkan LABA tunggal
• Teofilin dosis rendah mengurangi eksaserbasi tetapi tidak memperbaiki fungsi paru.
• Teofilin → Rentang terapetik yang sempit memperlukan pengawasan yang ketat
KORTIKOSTEROID pada TERAPI PPOK

• Efek kortikosteroid terhadap inflamasi paru pasien PPOK


masih kontroverisial
• Peran kortikosteroid dalam manajemen PPOK
→ masih terbatas untuk indikasi spesifik
• Inhalasi kortikosteroid + agonis → lebih efektif pada pasien PPOK
sedang hingga sangat berat
• Inhalasi kortikosteroid / β2 agonis + tiotropium
→ meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan eksaserbasi
• Oral kortikosteroid memiliki ES yang tinggi
Drugs for COPD
• Bronchodilators
– Sympathomimetic beta-2 agonist
• Short acting (SABA): salbutamol, terbutaline, fenoterol, pirbuterol
• Long-acting (LABA): salmeterol, formoterol, arformoterol (only in combination
with ICS)
• Ultra long-acting: indacaterol, vilanterol, olodaterol (only in combination with
ICS) (usually for COPD)
– Methylxanthine: aminophylline, theophylline
• Anticholinergic/antimuscarinic: SAMA (Ipratropium bromide), LAMA (tiotropium
romide, glycopyrronium bromide, umeclidinium bromide, aclidinium bromide)
• PDE4 inhibitor: Roflumilast
• ICS less effective, only for patients with severe airflow obstruction or with a history
of prior exacerbations
• Mucolytics:
– Reduce the disulfide bridges that bind glycoproteins to other proteins,
such as albumin and secretory IgA.
– N-acetylcysteine, carbocysteine, methylcysteine, erdosteine, bromhexine,
ambroxol
• Expectorant:
– Enhance clearance of mucus
– Guaiafenesin
• Antitussives:
– Opioid: Codeine, pholcodine
– NMDA receptor antagonist: Dextrometorphan
ANTIASMA
PPOK

Anda mungkin juga menyukai