Anda di halaman 1dari 27

Obat Sistem Respirasi 1 (Anti Asma dan PPOK)

ANGGOTA KELOMPOK 5
Devia Putri Saraswati G70120003
Aulifa Rana Salsabila G70120018
Andi Patimasang Fadhilah G70120046
Desika Aulia Putri G70120051
Ginamedika Putri G70120069
Nur Ayin Hariyani G70120081
Edwin Aldrin Tambolang G70120072
Riniati RU'U G70120068
Fyolla Patricia Panto G70120065
Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD) adalah suatu penyumbatan menetap pada
saluran pernapasan yang disebabkan oleh emfisema dan bronkitis
kronis.Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merujuk pada beberapa
hal yang menyebabkan terganggunya pergerakan udara masuk dan keluar
paru. Meskipun beberapa jenis seperti, bronkitis obstruktif, emfisema,
dan asma dapat muncul sebagai penyakit tunggal, sebagian besar
bertumpangan dalam manifestasi klinisnya.
Etiologi

Merokok merupakan resiko utama terjadinya Penyakit Paru Obstruktif


Kronik (PPOK). Sejumlah zat iritan yang ada didalam rokok menstimulasi
produksi mukus berlebih, batuk, merusak fungsi silia, menyebabkan
inflamasi, serta kerusakan bronkiolus dan dinding alveolus. Faktor resiko
lain termasuk polusi udara, perokok pasif, riwayat infeksi saluran nafas saat
anak-anak, dan keturunan. Paparan terhadap beberapa polusi industri
tempat kerja juga dapat meningkatkan resiko terjadinya Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK)
Patofisiologi

patofisiologi ppok adalah :


A. Bronkitis Obstruksi Kronis
Bronkitis obstruksi kronis merupakan akibat dari inflamasi
bronkus, yang merangsang peningkatan produksi mukus,
batuk kronis, dan kemungkinan terjadi luka pada lapisan
bronkus.
Brokritis kronis di tandai dengan hal-hal berikut :

01 Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar submukosa pada


bronkus yang menyebabkan peningkatan produksi mukus.

02 Peningkatan jumlah sel goblet yanag juga


memproduksi mukus.

03 Terganggunya fungsi silia, sehingga menurunkan


pembersihan mukus.
B. Emfisema
Emfisema adalah gangguan yang berupa terjadinya
kerusakan pada
dinding alveolus. Kerusakan tersebuat menyebabkan
ruang udara terdistensi secara permanen. Akibatnya aliran
udara akan terhambat, tetapi bukan karena produksi
mukus yang berlebih seperti bronchitis kronis. Beberapa
bentuk dari emfisema dapat terjadi akibat rusaknya fungsi
pertahanan normal pada paru melawan enzim-enzim
tertentu.
C. Asma
Asma melibatkan proses peradangan kronis yang menyebabkan
edema mukosa, sekresi mukus, dan peradangan saluran nafas. Ketika
orang dengan asma terpapar alergen ekstrinsik dan iritan (misalnya :
debu, serbuk sari, asap, tungau, obat-obatan, makanan, infesi saluran
napas) saluran napasnya akan meradang yang menyebabkan kesulitan
napas, dada terasa sesak, dan mengi.
Hambatan aliran udara yang progresif memburuk merupakan
perubahan fisiologi utama pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) yang disebabkan perubahan saluran nafas secara anatomi di
bagian proksimal, perifer, parenkim, dan vaskularisasi paru
dikarenakan adanya suatu proses peradangan atau inflamasi yang
kronik dan perubahan struktural pada paru.
Manifestasi Klinis
Menurut Putra (2013) manifetasi klinis pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) adalah :
Gejala dari Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah seperti susah bernapas,
kelemahan badan, batuk kronik, nafas berbunyi, mengi atau wheezing dan
terbentuknya sputum dalam saluran nafas dalam waktu yang lama. Salah satu gejala
yang paling umum dari Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah sesak nafas
atau dyosnea. Pada tahap lanjutan dari Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK),
dypsnea dapat memburuk bahkan dapat dirasakan ketika penderita sedang istirahat
atau tidur.
Obat-obat Paru/Obat Sistem
Respirasi
Obat yang memengaruhi Sistem
Respirasi
1. Obat untuk Penanganan Asma
Bronkial

2. Obat untuk Rhinitis Alergi

3. Obat untuk Penanganan PPOK


(Penyakit Paru Obstruktif Kronis)

4. Obat Batuk
Anti Asma
•Prinsip obat yang digunakan:
1.Controller: golongan anti inflamasi steroid, anti leukotrien, teofilin
2.Reliever: golongan bronkodilator β agonis
Agonis β adrenergik

•Bekerja sebagai bronkodilator melalui pendudukan reseptor β2 → agonis


•Merupakan pilihan pertama untuk bronkodilator dan diberikan dalam bentuk inhaler
•Tipe berdasarkan kecepatan kerja
•Short acting → terbutaline (Bricasma), meta proterenol (Alupent), salbutamol
(Ventolin)
•Long acting → salmeterol (Serevent), formoterol (Berotec)
•Efek samping: karena berkaitan dengan pendudukan reseptor βmenyebabkan takikardia,
hiperglikemia, hipokalemia.
Agonis β adrenergik

•Bekerja sebagai bronkodilator melalui pendudukan reseptor β2 → agonis


•Merupakan pilihan pertama untuk bronkodilator dan diberikan dalam bentuk inhaler
•Tipe berdasarkan kecepatan kerja
•Short acting → terbutaline (Bricasma), meta proterenol (Alupent), salbutamol
(Ventolin)
•Long acting → salmeterol (Serevent), formoterol (Berotec)
•Efek samping: karena berkaitan dengan pendudukan reseptor βmenyebabkan takikardia,
hiperglikemia, hipokalemia.
Kortikosteroid
Bekerja tidak langsung pada sistem respirasi → menurunkan inflamasi,
makrofag, eosinofil, dan limfosit T
•Digunakan oral atau inhalasi
•Baik untuk mengontrol asma (long term)
•Penggunaannya harus kontrol dengan dokter
•Perhatian efek samping steroid: imunosupresan, osteoporosis
Contoh obat kortikosteroid :
•Prednisolon
•Beklometason
•Budesonid
•Flutikason
•Mometason
Penanganan PPOK
•PPOK →hambatan saluran napas yang kronik dan ireversible
•Merokok menjadi salah satu faktor resiko PPOK
•Terapi
•Bronkodilator
•Glukokortikoid
•Oksigen terapi
1. Bronkodilator

B-2 agonis dan antikolinergik biasanya diberikan dalam bentuk inhaler.


•Antikolinergik bekerja dengan relaksasi bronkus sehingga mengurangi keparahan
PPOK.
•Contoh antikolinergik → ipatropium bromida
2. Glukokortikoid

•Merupakan golongan hormon steroid yang memiliki efek antiinflamasi melalui


penghambatan metabolisme asam arakidonat.
•Pemberian dapat dilakukan dengan berbagai cara, oral, intramuskular, drop, aerosol.
•Glukokortikoid kerja singkat: kortison dan hidrokortison, berkaitan dengan t1/2 nya
yang singkat
•Glukokortikoid kerja sedang: prednison, prednisolon, metilprednisolon.
•Glukokortikoid kerja lama: betametason, deksametason.
3. Oksigen Terapi

•Pada kondisi akut, terapi oksigen merupakan hal yang


pertama dan utama.
•Bertujuan untuk memperbaiki hipoksemi dan mencegah
keadaan yang mengancam jiwa.
•Dapat dilakukan di ruang gawat darurat, ruang rawat
atau di ICU.
•Oksigen dapat diberikan 1-2 liter/ menit sampai kadar
oksigen normal.
Antihistamin
•Merupakan suatu antagonis histamin
•Mengatasi dampak dari pelepasan histamin
•Mekanisme kerja: antagonis terhadap reseptor histamin
•Pada asma, dengan komorbid urtikaria, rinitis alergi, dapat digunakan dengan hasil yang baik
terutama antihistamin generasi 2, karena tidak ada efek muskarinik dan bisa menghambat
kemotaksis eosinofil.

Penggolongan antihistamin
Generasi pertama
•Tipe etilendiamin
•prometasin (phenergan)
•Tipe kolamin
•difenhidramin, klorfenoksamin, doksilamin
•Tipe prophylamin
•feniramin, deksklorfeniramin (Celestamine), klorfeniramin maleat
Antihistamin
•Antihistamin umumnya diberikan pada pasien dengan batuk yang
mengeluarkan mukus.
•Mukus berasal dari pelepasan histamin di bronkus, jadi fungsi histamin
disini adalah sebagai kombinasi obat batuk berdahak.
•Contoh obatnya yaitu ctm dan diphenhidramin
Batuk
•Batuk merupakan suatu mekanisme
pertahanan untuk mengeluarkan gangguan
keluar dari sistem respirasi
•Merupakan manisfestasi fisiologi normal →
jika mengganggu → perlu treatment
Penanganan batuk
•Antitusif
•Prinsip kerjanya menekan pusat batuk (mempengaruhi SSP)
•Berbasis opioid → kodein (Codipront), noskapin
•Tidak berbasis opioid → dekstrometorfan (Benadryl)
•Antihistamin
•Untuk batuk alergi, contoh ctm, difenhidramin
•Mukolitik/ekspektoran
•Prinsipnya → mengurangi produksi mukus dan mengencerkan mukus
•Contoh: bromheksin (Bisolvon), ambroxol, GG, asetil sistein
Antitusif
•Kodein merupakan obat narkotika yang bekerja menekan pusat batuk
•Dosis kodein untuk obat batuk adalah 30-60mg per hari untuk orang
dewasa
•Efek samping:
- Dapat menimbulkan ketergantungan.
- Mual, muntah, idiosinkrasi, pusing, sembelit.
- Depresi pernafasan terutama pada penderita asma, depresi jantung dan
syok
•Pemakaian jangka panjang menyebabkan ketergantungan obat
Dextrometorfan (DMP)
•Untuk mengusir batuk, dosis 15-30 mg 3x/day → relatif aman dan ES
jarang terjadi
•Pada keadaan OD:
•Simulasi ringan pd dosis 100-200mg
•Euforia dan halusinasi pada dosis 200-400 mg
•Gangguan penglihatan dan hilangnya koordinasi gerak tubuh pada dosis
300-600 mg
•Sedasi disosiatif pada dosis 500-1500mg
Gejala lain ODMP:
•Bicara kacau
•Gangguan berjalan
•Sensitif
•Berkeringat
•Bola mata berputar
•DMP pernah ditarik namun sekarang sudah boleh edar asalkan
pelaporannya jelas tidak boleh bentuk tunggal.
•DMP isi tunggal di apotek memiliki form khusus dan dilaporkan
bersama dengan pemakaian psikotropik karena sering disalahgunakan.
Sekian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai