NIM : G70119074
Kelas : C
TUGAS FARMAKOGNOSI
Soal :
Jawab :
Satu macam jamu bisa terbuat dari campuran 5-10 macam tanaman, bahkan
mungkin lebih. Setiap bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun, kulit, buah,
dan bijinya bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan jamu.
Ambil contoh yang paling umum adalah jamu kunyit asam.Jamu kunyit asam
diyakini dapat membantu meredakan nyeri haid sebab kunyit mengandung
kurkumin yang mengurangi produksi hormon prostaglandin penyebab kejang otot
pada rahim. Selain itu, jamu ini juga cukup sering digunakan sebagai obat pegal-
pegal dan ramuan penghilang bau badan.
Contoh jamu umum lainnya adalah jamu beras kencur dan jamu temulawak.Jamu
beras kencur diolah dari campuran beras, kencur, asam jawa, serta gula merah
sering digunakan sebagai penambah stamina dan nafsu makan.Jamu beras kencur
juga dapat mengatasi masalah pencernaan, sesak napas, pilek, hingga sakit
kepala.Sementara itu, jamu temulawak juga berpotensi untuk mengobati masalah
osteoarthritis.
Bentuk lingkaran pada logo jamu melambangkan sebuah proses dan menyatakan
bahwa produk jamu tersebut termasuk dalam kategori aman. Warna hijau
merupakan perwujudan kekayaan sumber daya alam Indonesia, kemudian jari –
jari daun melambangkan serangkaian proses yang sederhana yang merupakan
visualisasi proses pembuatan jamu.
Obat herbal terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang terbuat dari ekstrak
atau sari bahan alam dapat berupa tanaman obat, sari binatang, maupun mineral.
Berbeda dengan jamu yang biasanya dibuat dengan cara direbus, cara pembuatan
OHT sudah menggunakan teknologi maju dan terstandar. Produsen OHT harus
memastikan bahwa bahan-bahan baku yang digunakan dan prosedur ekstraksinya
sudah sesuai standar BPOM. Tenaga kerjanya pun harus memiliki keterampilan
dan pengetahuan mumpuni tentang cara membuat ekstrak.
Selain itu, produk OHT juga harus melalui uji praklinis di laboratorium untuk
menguji efektivitas, keamanan, dan toksisitas obat sebelum diperjualbelikan.
Logo OHT berupa jari – jari daun yang trediri dari 3 pasang terletak di dalam
lingkaran dan ditempatkan di bagian atas kiri, aturan peletakan logo ini juga
berlaku untuk penandaan jamu dan fitofarmaka. Logo dicetak warna hijau dengan
dasar putih atau warna lain yang menyolok / kontras dengan warna logo,
kemudian harus dicantumkan tulisan “Obat Herbal Terstandar”. Tulisan harus jelas
dan mudah dibaca, serta dicetak dengan warna hitam.
3. Fitofarmaka
Sama seperti OHT, produk fitofarmaka terbuat dari ekstrak atau sari bahan alam
berupa tanaman, sari binatang, maupun mineral.Bedanya, fitofarmaka adalah
jenis obat bahan alam yang efektivitas dan keamanannya sudah dapat
disejajarkan dengan obat modern.
Hampir sama dengan jamu dan OHT, Bentuk lingkaran melambangkan sebuah
proses dan tanda aman. Warna hijau dan kuning merupakan perwujudan
kekayaan sumber daya alam. Stilisasi jari – jari daun yang membentuk bintang
melambangkan serangkaian proses yang cukup kompleks dalam pembuatan
fitofarmaka.
3. Pencucian
Pencucian berguna untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi
mikroorganisme yang menempel pada bahan.
4. Pengubahan bentuk (pengirisan)
Pengubahan bentuk dilakukan untuk memperluas permukaan sehingga lebih cepat
kering tanpa pemanasan yang berlebihan.
5. Pengeringan
Faktor yang mempengaruhi pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban
udara, aliran udara, waktu pengeringan (cepat), dan luas permukaan bahan.
6. Sortasi kering
Tujuan sortasi adalah memisahkan benda asing, seperti bagian-bagian yang tidak
diinginkan dan kotoran lain yang masih ada dan tertinggal.
7. Pengemasan dan penyimpanan
Simplisia dapat disimpan di tempat yang kering, tidak lembab, dan terhindar dari
sinar matahari langsung.Penhemasan dan penyimpanan yang tepat dapat
mengindari simplisia dari kontaminasi jamur.
a. Simplisia dibuat dengan cara pengeringan
Pembuatan simplisia dengan cara ini dilakukan dengan pengeringan cepat,
tetapi dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang terlalu lama
akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan
dengan suhu yang tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada
kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, untuk simplisia
yang memerlukan perajangan perlu diatur panjang perajangannya, sehingga
diperoleh tebal irisan yang pada pengeringan tidak mengalami kerusakan.
TAHAP PEMBUATAN
C. PENCUCIAN
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih,
misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian
agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier
(1978), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari
jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah
mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian
tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air
pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba.
Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba
awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor,
maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah
dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat menipercepat
pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umuln terdapat dalam air adalah
Pseudomonas, Proteus,Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter dan
Escherishia. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan
pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena
sebagian besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan
simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan
pencucian jika cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.
D. PERAJANGAN
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil
jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari.
Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang
khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang
dikehendaki.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu
tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat
yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang
diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu
giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang
terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama
perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran
sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi
antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari
selama satu hari.
E. PENGERINGAN
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Pengeringan
simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan
suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses
pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu
pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia
tidak dianjurkan rnenggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan
bahan simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh
simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan.
Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya "Face
hardening", yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya
masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu
tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang
menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada
difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan
menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. "Face hardening"
dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang
dikeringkan.
1. Pengeringan Alamiah.
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang
dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :
a. Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk
mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji
dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil.
Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia
merupakan suatu cara yang mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara
membiarkan bagian yang telah dipotong-potong di udara terbuka di atas
tampah-tampah tanpa kondisi yang terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan
aliran udara. Dengan cara ini kecepatan pengeringan sangat tergantung
kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya baik dilakukan di daerah yang
udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan.
b. Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari
langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman
yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa
aktif mudah menguap.
2. Pengeringan Buatan
Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar
matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan
menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban,
tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pengeringan buatan adalah
sebagai berikut: “udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu,
kompor, mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam
ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah
disebarkan di atas rak-rak pengering”. Dengan prinsip ini dapat diciptakan
suatu alat pengering yang sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang
cukup baik.
Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia
dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan
waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca.