Anda di halaman 1dari 36

LABORATORIUM FARMAKOLOGI-BIOFARMASETIKA

PRAKTIKUM METODE FARMAKOLOGI

JURUSAN FARMASI

PERCOBAAN III

“ANALGESIK”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK : III (SATU)

KELAS :B

ASISTEN : SRIWAHYUNI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2023
BAB 1
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan)
farmakologi didefinisikan sebagi ilmu yang mempelajari obat dari cara kerjanya
pada sistem biologis. Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang
bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat. Farmasi
adalah bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu
kesehatan dan ilmu kimia yang mepunyai tanggung jawab memastikan
efektivitas dari keamanan penggunaan obat. (Nuryati,2017)

Uji praklinik dalam farmakologi merupakan suatu proses uji yang dilaksanakan
pada hewan coba dan atau pada bahan biologi lainnya untuk
membuktikankebenaran khasiat dan keamanan secara ilmiah suatu bahan yang
sebelumnya diduga memiliki khasiat obat atau terhadap bahan obat yang telah
beredar dimasyarakat. Hewan percobaan banyak digunakan dalam studi
eksperimental dari cabang medis dan ilmu pengetahuan. Pemakaian hewan coba
untuk penelitian klinis pada manusia telah memberikan kontribusi besar terhadap
pemahaman tentang berbagai proses fisiologis dan patologis (Dirga,et.al,2020)

Hewan model suatu penyakit memainkan peran penting dalam eksplorasi dan
karakterisasi patofisiologi penyakit, identifikasi target, pengobatan, evaluasi
agen terapi dan perawatan baru secara in-vivo,penggunaan model hewan suatu
penyakit yang ideal dapat dimanfaatkan untuk penilaian praklinis dan
menemukan obat baru dan agen terapeutik untuk dikembangkan dan
diaplikasikan kepada manusia (Handayani,2021)

Aplikasi dalam bidag farmasi yaitu dapat mengetahui cara penggunaan hewan
uji dengan baik dan benar, mengetahui tentang metode pengujian analgesik dan
obat-obat yang termasuk analgesik serta mengetahui bagaimana egek
farmakologi dan farmakokinetik dari suatu obat bekerja dengan semestinya. Hal
inilah yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini.
I.2. Tujuan Percobaan
1. Membuat rancanagan percobaan menggunakan hewan uji dengan
pengamatan efek spesifik berupa analgetik
2. Mengenal beberapa metode pengujian analgesik dan obat-obat analgesik
3. Mempelajari cara pengelolaan data hasil percobaan dengan membuat grapic
respon time vs waktu pengamatan pada metode stimulasi panas
4. Mempelajari cara pengelolaan data hasil percobaan dengan membuat tabel
dan grafik jumlah geliatan vs waktu pengamatan pada metode siqmud
5. Membuat rancangan percobaan menggunakan hewan uji dengan
pengamatan efek antipiretik
6. Mempelajari cara pengelolaan data hasil percobaan

I.3. Prinsip Percobaan


Prinsip percobaan ini yaitu melakukan uji analgetik dengan memberikan Na
CMC,Paracetamol,ibuprofen dan antalgin secara oral lalu diberikan asam asetat
secara intraperitonial sehingga dihitung jumlah geliatan pada menit 5,10 dan 15
satu uji antipiretik dengan diberikan ragi secara subkutan lalu diberikan Na
CMC,paracetamol,ibuprofen dan antalgin secara oral sehingga dihitung suhu
tubuh pada menit 5,10 dan 15 pada hewan uji.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Dasar Teori

Hewan laboratorium atau hewan coba merupakan hewan yang sengaja


dipelihara atau diternakkan untuk mendukung suatu kegiatan penelitian biologi
keterlibatan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah
berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu di dalam deklarasi Helsinki
terkandung pesan moral yang berkaitan dengan etik percobaan yang
menggunakan manusia salah satu butir di dalamnya antara lain menyebutkan
bahwa pengujian pada hewan perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum
penelitian bidang biomosis atau penelitian lain diberlakukan pada manusia hal
ini menyebabkan bahwa hewan percobaan berperan penting dalam menunjang
keselamatan umat manusia melalui suatu penelitian banyak spesies hewan
yang dimanfaatkan sebagai hewan laboratorium berbagai spesies hewan dapat
dibuat menjadi hewan model untuk tujuan tertentu.hal ini dilakukan untuk
mempelajari dan memahami pengujian dalam terapi dan patofisiologi pada
manusia (Reno dan khariri,2020)

Obat analgesik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi hingga


menghilangkan rasa nyeri atau zat-zat penghilang nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran penggunaan analgesik yang tidak rasional berpengaruh sangat besar
terhadap mortalitas morbitas maupun biaya pengobatan evaluasi penggunaan
analgetik penting dilakukan karena penderitanya cukup banyak di Indonesia
aritomichal Therapeutic chemical (ATC) dan Defined daily dose (DDD) adalah
sistem klasifikasi dan pengukuran penggunaan obat yang saat ini menjadi salah
satu pusat perhatian dalam pengembangan penelitian penggunaan obat drug
netralization 90% (Du 90%) digunakan untuk menjelaskan pada penggunaan
obat dengan cara membuat pengelompokan data obat digunakan untuk
penelitian kualitatif berpengaruh sangat besar terhadap mortalitas morbitas
maupun biaya pengobatan evaluasi penggunaan analgetik
(Siswidiasari,et.al,2021)
Golongan obat analgesik dibagi menjadi dua yaitu analgesik opioid atau
narkotik dan analgesik non narkotik analgesik opioid merupakan kelompok
yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin golongan obat ini
digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada fraktur
dan kanker contoh metadon pentanol codein obat analgesik non narkotik dalam
ilmu farmakologi juga sering dikenal dengan istilah analgetik (analgetika)
analgesik perifer analgetika perifer (non narkotik) yang terdiri dari obat-obat
yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja Sentral penggunaan obat ini
energik non narkotik atau obat analgetik perifer ini cenderung mampu
menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem
seluruh saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran
(Vivaldi & zakiyah,2019)

Cara pemberian obat pada mencit yaitu oral cairan obat diberikan dengan
menggunakan sonde oral sonde oral ditempelkan pada langit-langit mulut atas
mencit kemudian perlahan-lahan dimasukkan sampai ke esofagus dan cairan
obat dimasukkan subkutan kulit di daerah tengkuk diangkat dari ke bagian
bawah kulit dimasukkan obat dengan menggunakan alat suntik dalam kurung
mili dan jarum ukuran 276/0,4 mm selain itu juga bisa di daerah belakang tikus
intravena dimasukkan ke dalam kandang reaksi mencit dengan ekornya
menjalur keluar ekornya dicelupkan ke dalam air hangat 28 sampai 30 derajat
Celcius selama beberapa menit agar pembuluh tulang ekor mengalami dilatasi
sehingga memudahkan pemberian obat ke dalam pembuluh vena intramuskular
obat yang disuntikkan pada paha posterior dengan jarum suntik intraperitonial
padaa saat penyuntikan posisi kepala lebih rendah dari abdomen
(Refdanita ,et.al; 2019)

Demam merupakan suatu keadaan di mana terjadi peningkatan suhu tubuh di


atas normal demam bukan merupakan suatu penyakit namun merupakan tanda
gejala dan penyakit demam merupakan respon normal tubuh terhadap infeksi
infeksi yang menyerang demam merupakan respon normal tubuh salah satunya
adalah demam thypoid penyakit namun merupakan tanda gejala dan penyakit
demam keadaan di mana terjadi peningkatan suhu tubuh (Maulita,et;al,2019
II.1. Spesifikasi Hewan Uji
II.2.1. Klasifikasi Hewan Uji
Berikut uraian klasifikasi sistem orde tikus menurut Sri et al. (2018)
Kingdom : animalia
Filum : chordata
Kelas : mamalia
Ordo : rodentia
Famili : murinae
Genus : rattus
Spesies : Rattus norvegicus.

II.2.2. Karakteristik Hewan Uji menurut Sri et.al (2018)


Suhu tubuh : 99,9 (37,3C)
Denyut jantung : 300-350 ppm
Respirasi : 70-150 kali permenit
Bobot lahir : 5-6
Berat dws : 267-500 gram (jantan)
253-323 gram (betina)
Massa hidup : 2-3 tahun
Matoritas seksual : 37-75 kali
Target suhulingkungan : 50-68f (18-26C)
Gestasi : 20-22 hari
Penyapihan : 21 hari
II.2. Uraian Bahan
1. Antalgin (FI edisi VI, 2020; 1124)
Nama resmi : METAMIZOL NATRIUM
Nama lain : Metampiron, metamizole sodiun, antalgin
RM/BM : C13H16N3NaO4S. H2O / 351,4
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih


Kelarutan : Sangat mudah larut dan air, larut dalam etanol,
praktis tidak larut dalam metilen klorida
Khasiat : Meredakan nyeri
Kegunaan : Obat uji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak
lebih dari 101,0 % C13H16N3NaO4S. H2O, dihitung
terhadap zat anhidrat
2. Asam asetat (FI edisi VI, 2020; 169)
Nama resmi : ASAM ASETAT
Nama lain : Acetic acid
RM/BM : C2H4O2 / 60, 06
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk


rasa asam yang tajam.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol, dan
dengan gliserol
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 36,0 % dan tidak
lebih dari 37,0 % b/b C2H4O2
3. Aspirin (FI edisi VII, 2020; 170)
Nama resmi : ASAM ASETILSALISILAT
Nama lain : Asetosal, acetylalicylic acid
RM/BM : C9H8O4 / 180,16
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur putih, umumnya seperti jarum atau


lempeng tersusun, atau serbuk hablur putih, tidak
berbau atau berbau lemah, stabil diudara kering;
dalam udara lembab secara bertahap kehidrolin
menjadi asam salisilat dan asam asetat
Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol;
agak sukar larut dalam eter mutlak
Khasiat : Meredakan nyeri
Kegunaan : Obat uji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 99,5 % dan tidak
lebih dari 100,5 % C9H8O4, dihitung terhadap zat
kering
4. Aquadest (FI edisi VI, 2020; 69)
Nama resmi : AIR MURNI
Nama lain : Purifield water
RM/BM : H2O / 18,02
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau


Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Jika dikemas, gunakan kemasan wadah non reaktif
yang dirancang untuk mencegah masuknya
mikroba
Persyaratan kadar : -
5. Ibuprofen (FI edisi VI, 2020; 727)
Nama resmi : IBUPROFEN
Nama lain : Ibuprofen
RM/BM : C13H18O2 / 206, 28
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih hingga hampir putih; bau


khas lemah
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam etanol, metanol, aseton,
dan kloroform; sukar larut dalam etil asetat;
praktis tidak larut dalam air
Khasiat : Meredakan nyeri dan peradangan
Kegunaan : Obat uji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 97,0 % dan tidak
lebih dari 103,0 % C13H18O2, dihitung terhadap
zat anhidrat
6. NaCl fisiologis (FI edisi III, 1979; 404)
Nama resmi : NATRII CLORIDA
Nama lain : Infus intravena natrium klorida
RM/BM : NaCl / 58,05
Rumus struktur :

Pemerian : Larutan jernih tidak berwarna, rasa agak asin


Kelarutan : -
Khasiat : Pengganti ion natrium
Kegunaan : Obat uji
Penyimpanan : dalam dosis tunggal atau wadah dosis ganda
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 0,85 % dan tidak
lebih dari 0,95 %
7. Na cmc (FI edisi III, 1979)
Nama resmi : NATRII CARBOXYMETHYLE CELLULOSUM
Nama lain : Natrium karboksimetil selulosa
RM/BM : C8H15NaO8 / 262, 19
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau cairan, higroskopik


tidak berbau
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan
tidak larut dalam etanol dan dalam pelarut organik
lain
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Suspending agent
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 6,5 % dan tidak
lebih dari 9,5 % Na, dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan
8. Paracetamol
Nama resmi : PARASETAMOL
Nama lain : Acetaminofen / paracetamol
RM/BM : C8H9NO2 / 151,16
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit


Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium
hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol
Khasiat : Penurun demam dan anti nyeri
Kegunaan : Obat uji
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
simpan pada suhu ruang, terlindung dari
kelembutan dan panas.
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak
lebih dari 102,0 % C8H9NO2, dihitung terhadap
zat kering.
II.3. Uraian Obat
1. Nacl Fisiologis (Mims,2023)
Indikasi : Pengganti cairan elektrolit
Dosis : Dosis tergantung pada usia, berat badan,
kotialisis cairan/eletrolit dan respon
klinis dari laboratorium pasien.
Mekanisme kerja : Natrium klorida adalah kation
elektroseluler utama penting dalam
kesetimbangan eletrolit dan cairan
kontrol tekanan osmotic dan distribusi
air karena mengembalikan ion
natriumdigunakan sebagai sumber
elektrolit. Ini juga digunakan sebagai
pengencar untuk infusadiktif obat
kompatibel.
Efek samping : Hiperurisemia, haus, berkurangnya air
liur dan air mata, demam, hipertensi,
sakit kepala, pusing, gelisah.
Interaksi obat : Dapat mempengaruhi konsentrasi,
serum lithium
Golongan obat : elektrolit
2. Parasetamol (Mims,2023)
Indikasi : Demam, nyeri ringan hingga sedang
Dosis : Dewasa : untuk pengobatan jangka
pendek pada kasus pasien dengan berat
> 33-50 kg : 15mg/kg. maks 60 mg/kg
tidak melebihi 3.000 mg/kg setiap hari
pasien dengan berat >50 kg, 1000 mg
maks 4.000 mg setiap hari
Mekanisme kerja : Mekanisme efek analgesiknya belum
sepenuhnya ditentukan tetapi mungkin
terkait dengan penghambatan sintesis
prostaglandin di ssp
Efek samping : Takikardia, mual, muntah, kelelahan,
adema, hiperkalemia, kusam, hipertensi,
hipotensi dan cedera hati
Interaksi obat : Mengurangi tingkat penyerapan dengan
peningkatan penyerapan dengan
metosloparamide dengan domperidone
Golongan obat : Analgesic dan antipiretik
farmakinetik
Adsorbsi : Diserap dengan baik setelah pemberian
oral dan rektal. Diserap diusus kecil dan
penyerapannya dari lambung.
Penurunan tingkat penyerapan
makanan. Waktu untuk mencapai
konsentrasi plasma, kira-kira 30 menit
hingga 2 jam (oral)
Distribusi : Didistribusikan secara kuat kebagian
besar jaringan tubuh kecuali lemah,
melewati plasenta, memasuki ASI
(jumlah kuat)
Metabolisme : Dihati menjadi konjugat sulfat dan
glukaronida sementara sejumlah kecil
dimetabolisme hidroksiminol dengan
cepat ole glutathione dan dinonaktifkan
menjadi konjugot system dan asam
makapiturat yang tidak beracun
Eksresi : Terutama melalui urin (60-80) %
sebagai metabolit glukoronida, 20-30 %
sebagai metabolit sulfat, 8% sebagai
metabolit asam makapiturat, dan <5%
sebagai obat
3. Ibu profen (Mims,2023)
Indikasi : Radang, nyeri ringan hingga sedang
Dosis : Dewasa : 1.220-1.800 mg, mks :
2.400mg setiap hari
Mekanisme kerja : Menghambat sikloosigenasi 1 dan 2
sehingga mengurangi produksi
perkursorprostaglandin
Efek samping : Hipertensi, agresi trombosit,
hiperkalemia, mengantuk, pusing,
pengheliatan kabur
Interaksi obat : Dapat meningkatkan resiko ulserasi
dengan NSAID lain, kortikosteroid oral,
antikoagulan, antiplatelet
Golongan obat : Antifinflamasi non sterid (NSAID)
farmakinetik
Adsorbsi Cepat diserap dari saluran pencernaan,
sebagian kedalam kulit
Distribusi Memasuki ASI dengan volume
distribusi 0,12 b/kg (oral)
Metabolisme Dimetabolisme dihati melalui oksidasi
Eksresi Terutama melalui urin (45-80) %
sebagai metabolit, 1% sebagai obat, 145
sebagai konjugasi
4. Antalgin (Mims,2023)
Indikasi : Demam, nyeri hebat
Dosis : Dewasa : 0,5-1 gram, maks 3-5 gram/
hari.
Anak : tetes > 3 dosis bervariasi
berdasarkan berat badan
Mekanisme kerja : Mengurangi sintesis prostaglandin
dengan menghambat sikloosigenase 1
dan 2 merangsang sekresi beta di
hipotalamus, mengurangi tingkat
pirogen
Efek samping : Hipotensi, nyeri dada, mual, muntah,
dyspepsia, sakit perut
Interaksi obat : Resiko trombosit dengan antikoagulan,
hipotermia
Golongan obat : Analgesic non opiod dan antipiretik
farmakinetik
Adsorbsi : Dihidrolisis dalam saluran pencernaan
menjadi metabolit aklik 4-metil-amino-
antipirin (MAA) bioavabilitas kira-kira
90%
Distribusi : Melewati plasenta memasuki ASI ikatan
protein plasma
Metabolisme : Dimetabolisme dihati menjadi 4-formi-
amino-antipirin (FAA)
Eksresi : Terutama melalui urin (90) % sebagai
metabolit, fese (10%)
5. Aspirin (Mims,2023)
Indikasi : Demam, nyeri ringan hingga sedang
Dosis : 300-900 mg setiap hari tiap 4-6 jam,
maksimal 4.000 mg/hari
Mekanisme kerja : Mekanisme kerjanya menghambat
enzim sikloosigenase 1 dan2 yang tidak
dapat diubah
Efek samping : Bronkospasme, asma,mual, muntah,
diare, sakit perut ringan
Interaksi obat : Peningkatan resiko pendarahan dengan
antiplatelet lainnya, antikoagulan
Golongan obat : Analgesik, antikoagulan, de fibrinolik
farmakinetik
Adsorbsi : Diserap dengan baik dari saluran
pencernaan secara oral
Distribusi : Didistribusikan secara luad dan mudah
kesebagian besar, jaringan melewati
plasenta dan memasuki ASI
Metabolisme : Sebagian dihidrolisis oleh astrase
dimukosa gastrointestinal menjadi
salisilat (aktif) yang dikonjugasi dihati
Eksresi : Terutama melalui urin (60-80) %
sebagai metabolit glukoronida, 20-30 %
sebagai metabolit sulfat, 8% sebagai
metabolit asam makapiturat, dan <5%
sebagai obat
II. 5 Uraian Penginduksi
1. Ragi
Nama produk Fermipan
Komposisi Ragi (saccaharomyces cerevisiae),
tepung kedelai, sorbitan monostearate
(E491), asam askorbik (E300), enzim-
enzim yang terdapat dalam gandum,
bisa mengandung bahan dari susu
Exp. Date 04 maret 2023
Produsen Pt. Sangra Ratu Boga-jl. Karaang
Bolong Raya, Jakarta
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Dispo Injeksi 1 ml dan 3 ml
2. Sonde Oral
3. Labu Takar
4. Gelas Kimia
5. Batang Pengaduk
III.1.2 Bahan
1. Aquadest
2. Alkohol
3. Na CMC
4. Masker
5. Handscoon dan Sarung tangan
6. Tissue
7. Koran
III.1.3 Obat
1. Nacl fisiologis 0,9%
2. Fenitoin
III.1.4 Hewan Uji
1. Tikus Putih (Rattus norvegicus).
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Na CMC
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil tikus yang sudah dipuaskan selama 8 jam sebelum
perlakuan
3. Diambil Na CMC menggunakan dispo dengan dosis yang telah
ditentukan
4. Diberikan cairan dengan sonde oral pada tikus 1, 2 dan 3 serta
perlahan-lahan hingga cairan atau Na CMC dapat masuk kelambung
5. Diamati onset dan durasi
6. Dicatat
7. Dibuatkan kurva
III.2.2 Na CMC + Fenitoin 100 mg
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil tikus yang sudah dipuaskan selama 8 jam sebelum
perlakuan
3. Diambil Na CMC yang sudah ditimbang dengan fenitoin 100 mg
menggunakan dispo dengan dosis yang telah ditentukan
4. Diberikan Na CMC dan Fenitoin 100 mg dengan sonde oral pada
tikus 4, 5, 6 secara perlahan-lahan hingga cairan dapat masuk ke
lambung
5. Diamati onset dan durasi
6. Dicatat
7. Dbuatkan Kurva
III.2.3. Na CMC + Fenitoin 200 mg
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil tikus yang sudah dipuaskan selama 8 jam sebelum
perlakuan
3. Diambil Na CMC yang sudah ditimbang dengan fenitoin 200 mg
menggunakan dispo dengan dosis yang telah ditentukan
4. Diberikan Na CMC dan Fenitoin 200 mg dengan sonde oral pada
tikus 7, 8, 9 secara perlahan-lahan hingga cairan dapat masuk ke
lambung
5. Diamati onset dan durasi
6. Dicatat
7. Dibuatkan Kurva

III.2.4. Nacl 0,9%


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil tikus yang sudah dipuaskan selama 8 jam sebelum
perlakuan
3. Diambil Nacl 0,9% menggunakan dispo dengan dosis yang telah
ditentukan
4. Diberikan cairan dengan dispo melalui intraperitonial pada tikus
10, 11, 12 secara perlahan-lahan diinjeksikan hingga dapat masuk
sepenuhnnya
5. Diamati onset dan durasi
6. Dicatat
7. Dibuatkan Kurva
III.2.5. Nacl 0,9% + Fenitoin 100 mg
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil tikus yang sudah dipuaskan selama 8 jam sebelum
perlakuan
3. Diambil Nacl 0,9% dan Fenitoin 100 mg menggunakan dispo
dengan dosis yang telah ditentukan
4. Diberikan Nacl 0,9% dan Fenitoin 100 mg dengan dispo melalui
intraperotonial pada tikus 13, 14, 15 secara perlahan-lahan
diinjeksikan hingga dapat masuk sepenuhnnya
5. Diamati onset dan durasi
6. Dicatat
7. Dibuatkan Kurva
III.2.6. Nacl 0,9% + Fenitoin 200 mg
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil tikus yang sudah dipuaskan selama 8 jam sebelum
perlakuan
3. Diambil Nacl 0,9% dan Fenitoin 200 mg menggunakan dispo
dengan dosis yang telah ditentukan
4. Diberikan Nacl 0,9% dan Fenitoin 200 mg dengan dispo melalui
intraperotonial pada tikus 16, 17, 18 secara perlahan-lahan
diinjeksikan hingga dapat masuk sepenuhnnya
5. Diamati onset dan durasi
6. Dicatat
7. Dibuatkan Kurva
III.3 Skema Kerja

III.3.1 Analgetik

Alat & Bahan

-ditimbang

Tikus

-diberikan oral

1,2,3 4,5,6 7,8,9 10,11,12


Na Paracetamol Ibuprofen Antalgin
CMC

Asam asetat i.p

Menit 5,10,15
III.3.2 Antipiretik

Alat & bahan

Tikus

- Dukur suhu tubuh


melalui rektal
- Diberikan ragi secara
sc

- Tunggu 5 menit dan


diukur suhunya

Na Paracetamol Ibuprofen Aspirin


CMC

-Termometer

Diukur suhu 5,10,15

Diamati dan dicatat


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan


1. Analgesik
NO Hewan Waktu Geliat Keterangan

0-5 menit 0
Tikus 1 5-10 menit 0
10-15 menit 0
1 0-5 menit 0 Pemberian Na
Tikus 2 5-10 menit 1 CMC (oral)
10-15 menit 2
0-5 menit -
Tikus 3 5-10 menit -
10-15 menit -
0-5 menit 4
Tikus 4 5-10 menit 9
10-15 menit 11
0-5 menit 1
2 Tikus 5 5-10 menit 3
10-15 menit 2
0-5 menit 0 Pemberian
Tikus 6 5-10 menit 0 paracetamol
10-15 menit 6 (oral)
0-5 menit -
Tikus 7 5-10 menit 5
10-15 menit 4
3 0-5 menit 0
Tikus 8 5-10 menit 0
10-15 menit 2
0-5 menit 0
Tikus 9 5-10 menit 0
10-15 menit 5
0-5 menit 4 Pemberian
Tikus 10 5-10 menit 3 ibuprofen (oral)
10-15 menit 1
0-5 menit 2
4 Tikus 11 5-10 menit -
10-15 menit -
0-5 menit 2 Pemberian
Tikus 12 5-10 menit 1 antalgin (oral)
10-15 menit -

2. Antipiretik
Perlakuan Nomor Suhu Suhu Pengukuran suhu
tikus awal akhir Menit 5 Menit Menit
10 15
Pemberian 16 36,2 37,7 35,8 37,3 37,4
Na CMC 17 35,6 38,0 37,2 37,3 37,1
(oral) 18 37,5 38,6 - - -
Rata-rata 36,4 38,1 24,4 24,1 24,8
Pemberian 19 36,4 37,7 38,2 37,9 38,0
paracetamol 20 37,9 38,4 37,5 37,2 38,4
(oral) 21 38,0 38,1 38,1 38,0 38,6

Rata-rata 37,6 38 37,3 37,7 38,3


Pemberian 25 37,3 38,4 37,7 38,2 37,1
aspirin 26 37 38,3 36,6 37,6 37,6
(oral) 27 37,8 38,1 37,7 37,8 37,7
Rata-rata 37,3 38,2 37,3 37,8 37,4
IV.2 Analisis Data
- Diketahui : Paracetamol : 500 mg (oral)
Ibuprofen : 400 mg (oral)
Antalgin : 500 mg (oral)
Aspirin : 500 mg (oral)
BB T1 = 144 T15 = -
T2 = 57 T16 = 54
T3 = 81
T17 = 87
T4 = 100
T5 = 48 T18 = 89

T6 = 108 T19 =78


T7 = 99 T20 = 83
T8 = 78
T21 = 46
T9 = 64
T10 = 74 T22 = 100

T11 = 53 T23 = 73
T12 = 127 T24 = 54
T13 = -
T25 = 86
T14 = -
T26 = 80

T27 = 68

- Ditanya : KD, Stok, dan VP masing masing tikus...?


- Penyelesaian :
1. Analgesik

a. Pemberian Na CMC (oral)

BB
Vp T1 = x ½ x Vp max
BB Max

144
=
144
x ½ x5

= 2,5 ml
BB
Vp T2 = x ½ x Vp max
BB Max

57
= x ½ x5
144

= 0,98 ml

BB
Vp T3 = x ½ x Vp max
BB Max

81
=
144
x½x5

= 1,4 ml

b. Pemberian PCT 500 mg (oral)

KD = Dosis x FK

= 500 mg x 0,018

= 9 mg / 200 g BB tikus

KD X BB Max
Stok = 1
Vp
2

mg
0.045 x 108 g
g
= 1 = 1,94 mg/ml
x 5 ml ¿
2
¿
KD X BB
Vp T4 =
Stok

mg
0,045 x 100 g
= g = 2,3 ml
1,94 mg /ml

KD X BB
Vp T5 =
Stok

0,045 mg
x 48 g
= g = 1,1 ml
1,94 mg/ ml
KD X BB
Vp T6 =
Stok

0,045 mg
x 108 g
= g = 2,5 ml
1,94 mg /ml
c. Pemberian ibuprofen 400 mg (oral)
KD = Dosis x FK

= 400 mg x 0,018

= 7,2 mg/200 g BB

= 0,036 mg/g

KD X BB Max
Stok = 1
Vp
2

mg
0.036 x 99 g
g
= 1 = 1,42 mg/ml
x 5 ml ¿
2
¿
KD X BB
Vp T7 =
Stok

0,036 mg
x 99 g
= g = 2,5 ml
1,42 mg/ml

KD X BB
Vp T8 =
S tok

0,036 mg
x 78 g
= g = 1,9 ml
1,42 mg/ml

KD X BB
Vp T9 =
Stok

0,036 mg
x 64 g
= g = 1,6 ml
1,42 mg/ml
d. Pemberian Antalgin 500 mg (oral)
KD = Dosis x FK

= 500 mg x 0,018

= 9 ml/200 g BB

= 0,045 mg/g

KD X BB Max
Stok = 1
Vp
2

mg
0.045 x 74 g
= g = 2,5 ml
2,1 mg/ml ¿
¿
KD X BB
Vp T10 =
Stok

0,045 mg
x 74 g
= g = 1,5 ml
2,1 mg/ml

KD X BB
Vp T11 =
Stok

0,045 mg
x 53 g
= g = 1,13 ml
2,1 mg/ml

Vp T12 c = 2,5 ml

2. Antipiretik

a. Pemberian Na CMC (oral)

KD X BB
Vp T16 = x ½ x Vp max
Stok

54
= x½x5
89 mg/ml

= 0,24 ml
KD X BB
Vp T17 = x ½ x Vp max
Stok

87
= x½x5
89 mg/ml

= 2,44 ml

KD X BB
Vp T18 = x ½ x Vp max
Stok

89
= x½x5
89 mg/ml

= 2,5 ml

b. Pemberian PCT 500 mg (oral)


KD = Dosis x Fk

= 500 mg x 0,018

= 9 mg / 200 g BB

= 0,045 mmg/g

KD X BB Max
Stok = 1
Vp
2

mg
0.045 x 83 g
g
= 1 = 1,49 mg/ml
x 5 ml ¿
2
¿
KD X BB
Vp T19 =
Stok

0,045 mg
x 78 g
= g = 2,5 ml
1,49 mg/ml

KD X BB
Vp T20 =
Stok
0,045 mg
x 78 g
= g = 2,5 ml
1,49 mg/ml

KD X BB
Vp T21 =
Stok

0,045 m g
x 46 g
= g =1,38 ml
1,49mg /ml

c. Pemberian Ibuprofen 400 mg (oral)

KD = Dosis x Fk

= 400 mg x 0,018

= 7,2 mg / 200 g BB

= 0,036 mmg/g

KD X BB Max
Stok = 1
Vp
2

mg
0.036 x 100 g
g
= 1 = 1,44 mg/ml
x 5 ml ¿
2
¿
KD X BB
Vp T27 =
Stok

0,036 mg
x 68 g
= g = 1,98 mg
1,54 mg/ml

3. Induksi dengan Asam asetat

Anda mungkin juga menyukai