INTISARI
Penggunaan hewan uji coba seringkali menimbulkan kontroversi. Terkadang para peneliti menggampangkan
bahwa yang digunakan hanyalah hewan. Namun inilah yang sering dilupakan, hewan juga punya hak untuk tidak
merasa sakit, dan terbebas dari penyiksaan. Pemandangan lain yang sering terlihat adalah terjadinya salah saluran pada
saat memasukkan obat yang seharusnya masuk ke lambung tetapi salah jalur ke paru-paru dan menyebabkan mencit
lemas dan mati perlahan. Keadaan serupa juga ditemukan pada saat mematikan mencit, keadaan ideal yang seharusnya
adalah tidak menimbulkan rasa sakit yang berkepanjangan dan menjahui organ-organ sensitif seperti hati dan kandung
kemih tetapi peneliti seringkali menganggap perilaku ini hal yang biasa dan cenderung terburu-buru karena keterbiasaan
mereka di dunia laboratorium bersama mencit sehingga tidak ada lagi etika dalam penanganan hewan tersebut. Dalam
rangka menciptakan sebuah perlakuan yang ideal pada hewan coba maka seorang peneliti perlu memperhatikan etika
pembedahan sesuai dengan pedoman etik penelitian kesehatan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui urgensi
etika medis dalam pembedahan mencit pada penelitian farmakologi serta menggambarkan model pelaksanaan
pembedahan mencit pada penelitian farmakologi sesuai dengan etika medis.
Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis empiris dengan pendekatan deskriptif dan preskriptif.
penelitian dilakukan di laboratorium farmakologi STIKes Madani Yogyakarta yang kemudian dianalisis secara
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelanggaran kode etik penanganan mencit sebagai hewan coba di
laboratorium farmakologi STIKes Madani terjadi pada tiga tahap yaitu pra perlakuan, perlakuan dan pasca perlakuan.
Model yang disajikan untuk mencegah pelanggaran kode etik tersebut dengan menerapkan mencit pada kondisi bebas
dari ketidaknyamanan, ketidaksenangan, kesusahan, rasa nyeri dan kematian.
ABSTRACT
The use of trial animals often causes controversy. Sometimes the researchers assume that only animals are used.
But this is often forgotten, animals also have the right not to feel sick, and free from torture. Another view that is often
seen is the occurrence of a wrong channel when entering drugs that should enter the stomach but wrong pathway to the
lungs and cause mice to weaken and die slowly. Similar conditions are also found when turning off mice, the ideal
condition that should be is not causing prolonged pain and knowing sensitive organs such as the liver and bladder but
researchers often regard this behavior as normal and tend to be rushed due to their habit in the world laboratory with
mice so there is no more ethics in handling these animals. In order to create an ideal treatment for experimental animals,
a researcher needs to pay attention to the ethics of surgery in accordance with the ethical guidelines of health research.
The purpose of this study is to find out the urgency of medical ethics in mice surgery in pharmacological studies.
medical.
The research method used is empirical juridical with a descriptive and prescriptive approach. the study was
conducted in the pharmacology laboratory of Madani STIKes Yogyakarta which was then analyzed qualitatively. The
results showed that violations of the code of ethics in handling mice as experimental animals in the pharmacology
laboratory of Madani STIKes occurred in three stages, namely pre-treatment, treatment and post-treatment. The model
presented to prevent violations of the code of ethics by applying mice to conditions free of discomfort, displeasure,
distress, pain and death.
51
Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 9 No 2 Desember 2018 ISSN (P) : 208 8-2246
52
Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 9 No 2 Desember 2018 ISSN (P) : 208 8-2246
53
Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 9 No 2 Desember 2018 ISSN (P) : 208 8-2246
54
Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 9 No 2 Desember 2018 ISSN (P) : 208 8-2246
yang memadai dari segi pagan, lingkungan d. Gizi/ nutrisi selama pemeliharaan
maupun kandang. Sebagaimana hasil sebelum digunakan untuk penelitian
observasi peneliti di kandang karantina kurang memadai. Mencit adalah hewan
mencit laboratorium farmakologi STIKes pengerat yang bisa disebut rakus, karena
Madani Yogyakarta masih terjadi kecenderungannya untuk sering makan
pelanggaran etika medis dalam secara berkala. Sejauh pengamatan
memperlakukan mencit yang menimbulkan peneliti, pada proses karantina mencit
ketidaknyamanan (inconvenience) berikut hanya diberi makan dua hari sekali
beberapa hal yang membuat mencit kurang sehingga mencit kurang asupan nutrisi
nyaman (tersiksa) : yang terlihat dari gerakan mencit
a. Kandang mencit dalam proses karantina melambat dan kurang aktif.
diletakkan satu ruangan dengan 2. Tahap perlakuan
pemisah sekat dinding terbuka dengan Merupakan proses inti dari penelitian
laboratorium farmakologi sehingga dengan menggunakan mencit. Pada
menyebabkan lingkungan sekitar tahap ini, pelanggaran etika penelitian
kandangan bising. Hal ini akan medis pada mencit sering terjadi dalam
mempengaruhi kenyamanan mencit dan kategori ketidaksenangan (discomfort),
cenderung menyebabkan stres bagi kesusahan (distress) dan rasa nyeri
mencit yang rentan terhadap lingkungan (pain). Berikut gambaran penyiksaan
bising. Faktor lain, pencahayaan juga mencit sebagai hewan coba pada
sangat mempengaruhi, tidak ada penelitian farmakologi di STIKes
pengaturan pencahayaan secara Madani Yogyakarta pada tahap
konsisten. Kandang karantina hanya perlakuan :
diletakkan di bilik dalam laboratorium a. Tempat perlakuan jadi satu dengan
farmakologi sehingga siklus cahaya mencit yang antri perlakuan. Kegusaran
yang diharapakan tidak ada. psikologi dan rasa ketakutan bisa
b. Saluran feses dan urine tidak dibuat dirasakan mencit lain yang masih
tampungan otomatis sehingga harus mengantri perlakuan akibat keadaan ini.
dibuang tiap hari. Fakta yang terlihat, Hal tersebut terlihat dengan perilaku
penampungan feses dan urine mencit yang tiba-tiba menjauh ke pojok
menumpuk sampai beberapa hari kandang dan menciptakan keributan.
sehingga menimbulkan bau yang b. Kesalahan injeksi peroral yang
menyengat, bahkan karena kondisi fisik seharusnya masuk ke saluran cerna
kandang yang kurang kondusif ada tetapi justru masuk ke paru-paru yang
beberapa mencit yang bergumal dengan menyebabkan mencit lemas dan mati
kotoran dan urinenya sendiri pada mendadak. Keadaan ini tanpa disadari
akhirnya mati. adalah sebuah perlakuan yang menyiksa
c. Rasio luas kandang dengan mencit mencit, walaupun dilakukan tanpa
kurang sesuai. Ketidaksesuaian rasio kesengajaan
terlihat dari padatnya kandang dan c. Dosis yang diberikan terlalu besar atau
mencit yang ada terlihat berdesak- ketidaksesuaian alat ukur dosis.
desakan tidak leluasa bergerak sehingga Sebagaimana manusia, hewan coba
menimbulkan rasa tidak nyaman bagi khususnya mencit pun juga mempunyai
mencit kadar dosis yang sudah ditentukan. Hal
yang akan terjadi ketika salah
55
Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 9 No 2 Desember 2018 ISSN (P) : 208 8-2246
56
Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 9 No 2 Desember 2018 ISSN (P) : 208 8-2246
57
Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 9 No 2 Desember 2018 ISSN (P) : 208 8-2246
58
Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 9 No 2 Desember 2018 ISSN (P) : 208 8-2246
Hal ini difungsikan untuk mencegah 2) Telunjukl dan ibu jari tangan kiri
mencit merasa susah (stress) dan trauma menjepit tengkuk mencit, ekornya tetap
sebelum dilakukan perlakuan pada dipegang dengan tangan kanan.
mencit tersebut. 3) Permukaan perut dihadapkan kedepan
b. Mencegah salah masuknya injeksi oral dengan membalikkan posisi tubuh
pada saluran yang tidak diinginkan pada mencit, ekor dijepitkan antara jari manis
perlakuan. Pemberian injeksi secara oral dan kelingking tangan kiri
pada mencit dilakukan dengan alat 3. Tahap Pasca Perlakuan
suntik yang dilengkapi jarum oral atau a. Menyembuhkan semua penyakit
sonde oral (berujung tumpul). Hal ini mencit yang diakibatkan selama
untuk meminimalisir terjadinya luka proses perlakuan sebelum
atau cedera ketika hewan uji akan mematikan mencit
diberikan sedian uji. Sonde oral ini b. Mematikan mencit terpisah dari
dimasukkan ke dalam mulut, kemudian antri mencit lainnya selepas
perlahan lahan diluncurkan melalui perlakuan. Proses mematikan
langit-langit ke arah belakang sampai mencit terbagi menjadi dua langkah
esophagus kemudian masuk ke dalam yaitu :
lambung. Sebaiknya sebelum 1) Secara kimia dengan menggunakan
memasukkan sonde oral, posisi kepala anastesi terlebih dahulu untuk
mencit adalah menengadah dan menghindari rasa nyeri yang
mulutnya terbuka sedikit, sehingga dirasakan mencit. Anastesi yang
sonde oral akan masuk secara lurus ke digunakan kloroform yang
dalam tubuh mencit. Cara pemberian diletakkan pada sebuah wadah
yang keliru, masuk ke dalam saluran tertutup bersama beberapa ekor
pernafasan atau paru-paru dapat mencit sehingga mencit tersebut
menyebabkan gangguan pernafasan dan bisa menghirup baunya.
kematian pada mencit. 2) Secara fisik, dilakukan setelah mencit
c. Penghitungan dosis harus benar-benar lemas akibat anestesi kimiawi. Cara
diperhatikan untuk menghindari fisik dilakukan dengan dislokasi leher.
kelebihan dan kekurangan dosis, yang Proses dislokasi dilakukan dengan cara
keduanya mempunyai efek yang kurang a) Ekor mencit dipegang dan
baik pada mencit hingga berujung pada kemudian ditempatkan pada
stress dan kematian. permukaan yang bisa dijangkaunya.
d. Memegang mencit dengan benar untuk b) Mencit akan meregangkan
menghindari gigitan, teriakan maupun badannya.
kondisi kesusahan pada mencit. Berikut c) Saat mencit meregangkan
tahapan memegang mencit yang benar : badannya, pada tengkuk
1) Peneliti memegang ekor mencit pada ditempatkan suatu penahan,
bagian ujung dengan mengunakan misalnya pensil atau batang logam
tangan kanan dan diletakkan pada yang dipegang dengan tangan kiri.
tempat datar yang tidak licin seperti ram Ekornya ditarik dengan tangan
kawat pada penutup kandang. Hal ini kanan dengan keras, sehingga
ditujukan untuk memberikan lehernya akan terdislokasi dan
kesempatan mencit mencengkeram mencit akan mati.
kawat ketika di tarik..
59
Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 9 No 2 Desember 2018 ISSN (P) : 208 8-2246
60
Jurnal Kesehatan Madani Medika, Vol 9 No 2 Desember 2018 ISSN (P) : 208 8-2246
61