1.Introduction
2.Adjuvan analgesik tradisional
3.Pengobatan psikotropik
4.Adjuvan analgesic lainnya
INTRODUCTION
1. Chronic pain adalah masalah global. Estimasi prevalensi
orang dewasa di seluruh dunia sebesar 20% (120 juta).
Prevalensi diagnosis baru adalah 10% (60 juta) setiap
tahun.
2. Satu dari tiga orang dewasa lanjut usia mengalami
kesulitan hidup mandiri karena nyeri kronis [Goldberg dan
McGee, 2011].
3. Chronic pain harus dianggap ‘not just a symptom’, tetapi
sebagai sebuah penyakit tersendiri.
4. Strategi pengobatan yang paling efektif untuk nyeri kronis
adalah pendekatan multimodal dan seimbang yang
menggabungkan perawatan farmakologis dan non-
farmakologis.
INTRODUCTION
1. Saat ini penanganan clinical pain berdasarkan
pada opioid sebagai analgesik primer untuk
manajemen rasa sakit yang moderate sampai
berat.
2. Penggunaan adjuvan analgesik menjadi semakin
meningkat terutama dalam manajemen rasa sakit
yang ringan sampai moderate.
3. Adjuvant bekerja baik pada excitatory (substance
P, glutamate), inhibitory neurotransmitters
(GABA), atau neurotransmitters yang memodulasi
pengalaman rasa nyeri (serotonin,
norepinephrine).
INTRODUCTION
1. Adjuvan analgesik adalah sekelompok obat yang
memiliki indikasi utama selain untuk rasa sakit, tetapi
diketahui memiliki sifat analgesik dalam beberapa
kondisi rasa sakit.
2. Adjuvan analgesik sering diberikan bersama analgesik
tradisional dan kadang-kadang disebut sebagai "co-
analgesics".
3. Meskipun obat-obat ini terutama digunakan sebagai
adjuvant dalam berbagai kondisi nyeri, beberapa
adjuvant analgesik juga digunakan sebagai pilihan
pengobatan lini pertama untuk manajemen nyeri
spesifik. Contoh : gabapentin untuk nyeri neuropatik.
4. Penggunaan adjuvant analgesik penting untuk
keberhasilan dalam pengobatan manajemen nyeri yang
efektif.
INTRODUCTION
1. Sebelum menggunakan adjuvan analgesik untuk pain
control, harus dikenali terlebih dahulu farmakologi klinis
obat, indikasi yang disetujui dan penggunaan off-label,
efek samping yang umum, interaksi obat dan pedoman
dosis spesifik.
1.Introduction
2.Adjuvan analgesik tradisional
3.Pengobatan psikotropik
4.Adjuvan analgesic lainnya
Adjuvan Analgesik Tradisional
1. NSAIDs dan Acetaminophen.
● Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) sangat
banyak digunakan sebagai analgesik.
● Acetaminophen bukan anti-inflammatory medication.
● NSAID, bersama narkotik ringan, masih merupakan
pilihan untuk mild pain, karena well tolerated dan
ditujukan untuk proses inflamasi, seperti sakit otot, otot
ketarik/sobek (strains) atau ligamen sobek (sprains).
● NSAID memiliki efek analgesic, antipyretic, dan anti-
inflammatory.
● NSAID memiliki efek samping yang sangat singkat.
● Aspirin, merupakan prototipe NSAID. Contoh lain :
ibuprofen, naproxen dan indomethacin.
1.Introduction
2.Adjuvan analgesik tradisional
3.Pengobatan psikotropik
4.Adjuvan analgesic lainnya
PSIKOTROPIK
1. Obat psikotropik digunakan dalam management of
chronic pain.
2. Pengobatan psikotropik mengobati gejala dengan
trigger, exacerbate, depression, anxiety, sleep
disturbance, anger, dan eksitasi neural lainnya.
3. Pengobatan psikotropik umumnya digunakan dalam
pain management, termasuk: antidepresan dan obat
antiepileptik.
4. Obat psikotropik lainnya sudah banyak digunakan
termasuk anti-anxiety agents, stimulants, dan major
tranquilizers.
ANTIDEPRESAN
1. Banyak antidepresan memiliki efek analgesik, terlepas dari
efek antidepresan-nya.
2. Khasiat antianalgesik-nya tidak berkorelasi dengan efikasi
antidepresan-nya.
3. Berbagai obat antidepresan telah digunakan untuk analgesik
pada sindrom nyeri kronis, misalnya, fibromyalgia, nyeri
neuropatik dan nyeri akibat kanker.
4. Antidepresan kurang bermanfaat untuk sebagian besar
penyakit nyeri musculoskeletal akut.
5. Obat antidepresan memiliki keuntungan tambahan yaitu
dapat mengobati kecemasan dan insomnia bersama dengan
depresi.
ANTIDEPRESAN
1. Antidepresan, saat digunakan untuk tujuan
analgesik, memerlukan dosis yang lebih
rendah dibandingkan untuk tujuan depresi
2. Antidepresan memiliki efek samping,
diantaranya : mulut kering, konstipasi,
mengantuk, dan perubahan denyut jantung
(walaupun jarang). Efek-efek ini biasanya
tidak mengganggu dan menghilang setelah
beberapa hari.
3. Sebelum pemberian antidepresan umumnya
dokter akan melihat hasil EKG terlebih
dahulu.
ANTIDEPRESAN
● Beberapa efek antidepresan pada nyeri dimediasi
oleh blokade reuptake norepinefrin dan serotonin
sehingga mengakibatkan peningkatan kadar
neurotransmitter ini. Serotonin, asetilkolin, dan
histamin telah diidentifikasi sebagai mediator nyeri .
● Antidepresan yang bekerja dengan meningkatkan
norepinefrin memiliki kemampuan menghilangkan
rasa sakit yang lebih baik daripada yang
meningkatkan serotonin. Contoh : selektif serotonin
reuptake inhibitor (SSRI) belum terbukti efektif untuk
rasa sakit, meskipun mereka efektif sebagai obat
antidepresan.
ANTIDEPRESAN
1. Antidepresan telah digunakan dengan baik untuk
mengobati sakit kepala kronis (migrain, cluster, dan
ketegangan), neuropati perifer, neuralgia wajah (herpes
zoster dll.), dan low back pain neuropatik.
2. Penghentian penggunaan antidepresan harus bertahap,
untuk menghindari withdrawal syndrome
TRISIKLIK DAN TETRASIKLIK ANTIDEPRESAN
(TCA)
● TCA terdiri dari tertiary amines (amitriptyline, imipramine, doxepin, dan
clomipramine) dan secondary amines (nortriptyline dan desipramine) yang
bersifat analgesik.
● TCA jarang digunakan pada lanjut usia dan penderita dengan penyakit
kronis karena efek samping obat yang sering terjadi seperti cardiotoxicity
dan orthostatic hypotension. Obat ini tidak boleh diberikan kepada yang
pernah mempunyai riwayat glaucoma, dan pada pasien dengan deficit
kognitif.
● Obat secondary amine TCA (desipramine dan nortriptyline) efek anti-
kolinergik-nya lebih sedikit sehingga lebih aman daripada tertiary amines.
● Terdapat juga antidepresan lain yang memiliki efek analgesic. Namun
penelitian yang mendukung penggunaan dan efektivitas masih kurang.
SEROTONIN NORADRENALIN REUPTAKE
INHIBITORS (SNRI)
1. SNRI, seperti duloxetine dan venlafaxine memiliki sifat
analgesik.
2. Kedua obat ini tidak memiliki efek antikolinergik dan
antihistamin seperti halnya TCA.
3. Venlafaxine efektif dalam polineuropati yang sangat
sakit, neuropati diabetik, dan nyeri neuropatik setelah
pengobatan kanker payudara
Selective Serotonin-Reuptake Inhibitors (SSRI)
1. SSRI telah dipelajari untuk berbagai kondisi nyeri tetapi
hasilnya sampai saat ini kurang jelas.
2. Uji klinis tidak mendukung penggunaan SSRI sebagai
analgesik adjuvant lini pertama dalam manajemen nyeri
dan umumnya harus dipertimbangkan hanya jika ada
alasan lain untuk tidak menggunakan TCA (karena efek
samping atau kontraindikasi)
ANTIEPILEPTIK (ANTIKONVULSAN)