Anda di halaman 1dari 39

KERACUNAN ADJUVAN

ANALGESIK, PSIKOTROPIKA DAN


SEDATIF-HIPNOTIK
Marita Kaniawati - 2022
BAHAN KAJIAN
1. Keracunan secara inhalasi
2. Keracunan pestisida
3. Keracunan logam berat
4. Keracunan makanan (food poisoning)
5. Keracunan Adjuvant Analgesik, Psikotropika, dan sedatif-hipnotik
6. Keracunan Adjuvant Analgesik, Psikotropika, dan sedatif-hipnotik
7. Senjata Biologis dan Kimiawi
8. UAS
OUTLINE

1.Introduction
2.Adjuvan analgesik tradisional
3.Pengobatan psikotropik
4.Adjuvan analgesic lainnya
INTRODUCTION
1. Chronic pain adalah masalah global. Estimasi prevalensi
orang dewasa di seluruh dunia sebesar 20% (120 juta).
Prevalensi diagnosis baru adalah 10% (60 juta) setiap
tahun.
2. Satu dari tiga orang dewasa lanjut usia mengalami
kesulitan hidup mandiri karena nyeri kronis [Goldberg dan
McGee, 2011].
3. Chronic pain harus dianggap ‘not just a symptom’, tetapi
sebagai sebuah penyakit tersendiri.
4. Strategi pengobatan yang paling efektif untuk nyeri kronis
adalah pendekatan multimodal dan seimbang yang
menggabungkan perawatan farmakologis dan non-
farmakologis.
INTRODUCTION
1. Saat ini penanganan clinical pain berdasarkan
pada opioid sebagai analgesik primer untuk
manajemen rasa sakit yang moderate sampai
berat.
2. Penggunaan adjuvan analgesik menjadi semakin
meningkat terutama dalam manajemen rasa sakit
yang ringan sampai moderate.
3. Adjuvant bekerja baik pada excitatory (substance
P, glutamate), inhibitory neurotransmitters
(GABA), atau neurotransmitters yang memodulasi
pengalaman rasa nyeri (serotonin,
norepinephrine).
INTRODUCTION
1. Adjuvan analgesik adalah sekelompok obat yang
memiliki indikasi utama selain untuk rasa sakit, tetapi
diketahui memiliki sifat analgesik dalam beberapa
kondisi rasa sakit.
2. Adjuvan analgesik sering diberikan bersama analgesik
tradisional dan kadang-kadang disebut sebagai "co-
analgesics".
3. Meskipun obat-obat ini terutama digunakan sebagai
adjuvant dalam berbagai kondisi nyeri, beberapa
adjuvant analgesik juga digunakan sebagai pilihan
pengobatan lini pertama untuk manajemen nyeri
spesifik. Contoh : gabapentin untuk nyeri neuropatik.
4. Penggunaan adjuvant analgesik penting untuk
keberhasilan dalam pengobatan manajemen nyeri yang
efektif.
INTRODUCTION
1. Sebelum menggunakan adjuvan analgesik untuk pain
control, harus dikenali terlebih dahulu farmakologi klinis
obat, indikasi yang disetujui dan penggunaan off-label,
efek samping yang umum, interaksi obat dan pedoman
dosis spesifik.

2. Adjuvan analgesic yang utama : antidepressants,


antiepileptic drugs (AED), corticosteroids, alpha (α2)
adrenergic agonists, N-methyl D-aspartate (NMDA)
receptor antagonists, gamma amino butyric acid (GABA)
agonists, local anesthetics, topical analgesics,
benzodiazepines, neuroleptics, muscle relaxants,
bisphosphonates, cannabinoids, psycho-stimulants, anti-
cholinergics, calcitonin, radiopharmaceuticals and
octreotide
OUTLINE

1.Introduction
2.Adjuvan analgesik tradisional
3.Pengobatan psikotropik
4.Adjuvan analgesic lainnya
Adjuvan Analgesik Tradisional
1. NSAIDs dan Acetaminophen.
● Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) sangat
banyak digunakan sebagai analgesik.
● Acetaminophen bukan anti-inflammatory medication.
● NSAID, bersama narkotik ringan, masih merupakan
pilihan untuk mild pain, karena well tolerated dan
ditujukan untuk proses inflamasi, seperti sakit otot, otot
ketarik/sobek (strains) atau ligamen sobek (sprains).
● NSAID memiliki efek analgesic, antipyretic, dan anti-
inflammatory.
● NSAID memiliki efek samping yang sangat singkat.
● Aspirin, merupakan prototipe NSAID. Contoh lain :
ibuprofen, naproxen dan indomethacin.

In cases of paracetamol overdose, hospitals may prescribe IV acetylcisteine to protect against


liver damage.
Adjuvan Analgesik Tradisional
1. NSAIDs dan Acetaminophen.
● NSAID dapat digunakan secara sinergis dengan opioid dan
untuk rasa sakit yang tidak berespon terhadap opioid
tunggal, terutama pada pasien dengan bone pain dan
incidental pain.
● NSAID, tidak seperti opioid, tidak menimbulkan ileus atau
sedasi. Acetaminophen direkomendasikan oleh the
American Geriatrics Society (AGS) sebagai the drug of
choice musculoskeletal pain ringan sampai sedang.
● Acetaminophen memiliki profil keamanan yang sangat
baik pada dosis terapetik dan dapat ditingkatkan sampai
4000 mg/hari.
● Ketorolac merupakan NSAID yang memiliki efek analgesik
kuat akan tetapi memiliki efek iritasi lambung dan
perdarahan.
Traditional Adjuvant Analgesics
2. COX-2 Inhibitors.
● Celecoxib (Celebrex) and rofecoxib
(Vioxx) terutama menghambat enzim
cyclo-oxygenase-2 (COX-2) sehingga
memiliki efek anti-inflammatory tanpa
disertai efek samping untuk lambung
dan ginjal.
● Interaksi obat tidak banyak dilaporkan.
● Tidak memiliki efek untuk agregasi
trombosit atau waktu perdarahan (biasa
ditemukan pada NSAID tradisional).
Traditional Adjuvant Analgesics
3. Muscle Relaxants.
● Skeletal muscle relaxants digunakan untuk ‘relax muscles,’
relieve stiffness, dan menurunkan rasa nyeri dan tidak nyaman
yang disebabkan oleh strains, sprains, atau cedera otot dan
sendi.
● Muscle relaxant tidak menggantikan istirahat, olah raga, terapi
fisik atau modalitas lainnya.
● Contoh muscle relaxants : baclofen (Lioresal), carisoprodol
(Soma), cyclobenzaprine (Flexeril), diazepam (Valium),
methocarbamol (Robaxin), orphenadine (Norflex), metaxalone
(Skelaxin), and tizanidine (Zanaflex). Semua bekerja pada SSP
untuk menghasilkan efek depresan.
Traditional Adjuvant Analgesics
3. Muscle Relaxants.
● Muscle relaxants yang sering digunakan adalah
methocarbamol dan benzodiazepines. Beberapa obat muscle
relaxant dapat dibeli tanpa resep dokter, beberapa harus
dengan resep dokter.
● Muscle relaxants bekerja secara sentral, merelaksasi semua
otot, tanpa membeda-bedakannya, sehingga area yang
cedera akan terekspos kembali jika digunakan dalam waktu
yang lama.
● Disarankan hanya digunakan untuk jangka pendek. Tidak
disarankan untuk penghentian pengobatan tiba-tiba.
Traditional Adjuvant Analgesics
3. Muscle Relaxants.
● Tizanidine (Zanaflex) merupakan obat yang bekerja secara
sentral dan juga merupakan alpha2-adrenergic agonistic
yang memiliki sifat analgesik. Biasa digunakan untuk acute
low back pain, acute musculoskeletal neck pain. Obat ini
memiliki toksisitas terhadap hati yang reversible, harus
digunakan secara hati-hati.
● Cari-sporodol (Soma) merupakan muscle relaxant yang
popular. Memiliki metabolit by product yang aktif, yaitu
meprobamate (suatu barbiturate) yang bersifat adiktif.
● Penggunaan alprazolam (Xanax) sebagai muscle relaxant
tidak dijamin secara klinis.
OUTLINE

1.Introduction
2.Adjuvan analgesik tradisional
3.Pengobatan psikotropik
4.Adjuvan analgesic lainnya
PSIKOTROPIK
1. Obat psikotropik digunakan dalam management of
chronic pain.
2. Pengobatan psikotropik mengobati gejala dengan
trigger, exacerbate, depression, anxiety, sleep
disturbance, anger, dan eksitasi neural lainnya.
3. Pengobatan psikotropik umumnya digunakan dalam
pain management, termasuk: antidepresan dan obat
antiepileptik.
4. Obat psikotropik lainnya sudah banyak digunakan
termasuk anti-anxiety agents, stimulants, dan major
tranquilizers.
ANTIDEPRESAN
1. Banyak antidepresan memiliki efek analgesik, terlepas dari
efek antidepresan-nya.
2. Khasiat antianalgesik-nya tidak berkorelasi dengan efikasi
antidepresan-nya.
3. Berbagai obat antidepresan telah digunakan untuk analgesik
pada sindrom nyeri kronis, misalnya, fibromyalgia, nyeri
neuropatik dan nyeri akibat kanker.
4. Antidepresan kurang bermanfaat untuk sebagian besar
penyakit nyeri musculoskeletal akut.
5. Obat antidepresan memiliki keuntungan tambahan yaitu
dapat mengobati kecemasan dan insomnia bersama dengan
depresi.
ANTIDEPRESAN
1. Antidepresan, saat digunakan untuk tujuan
analgesik, memerlukan dosis yang lebih
rendah dibandingkan untuk tujuan depresi
2. Antidepresan memiliki efek samping,
diantaranya : mulut kering, konstipasi,
mengantuk, dan perubahan denyut jantung
(walaupun jarang). Efek-efek ini biasanya
tidak mengganggu dan menghilang setelah
beberapa hari.
3. Sebelum pemberian antidepresan umumnya
dokter akan melihat hasil EKG terlebih
dahulu.
ANTIDEPRESAN
● Beberapa efek antidepresan pada nyeri dimediasi
oleh blokade reuptake norepinefrin dan serotonin
sehingga mengakibatkan peningkatan kadar
neurotransmitter ini. Serotonin, asetilkolin, dan
histamin telah diidentifikasi sebagai mediator nyeri .
● Antidepresan yang bekerja dengan meningkatkan
norepinefrin memiliki kemampuan menghilangkan
rasa sakit yang lebih baik daripada yang
meningkatkan serotonin. Contoh : selektif serotonin
reuptake inhibitor (SSRI) belum terbukti efektif untuk
rasa sakit, meskipun mereka efektif sebagai obat
antidepresan.
ANTIDEPRESAN
1. Antidepresan telah digunakan dengan baik untuk
mengobati sakit kepala kronis (migrain, cluster, dan
ketegangan), neuropati perifer, neuralgia wajah (herpes
zoster dll.), dan low back pain neuropatik.
2. Penghentian penggunaan antidepresan harus bertahap,
untuk menghindari withdrawal syndrome
TRISIKLIK DAN TETRASIKLIK ANTIDEPRESAN
(TCA)
● TCA terdiri dari tertiary amines (amitriptyline, imipramine, doxepin, dan
clomipramine) dan secondary amines (nortriptyline dan desipramine) yang
bersifat analgesik.
● TCA jarang digunakan pada lanjut usia dan penderita dengan penyakit
kronis karena efek samping obat yang sering terjadi seperti cardiotoxicity
dan orthostatic hypotension. Obat ini tidak boleh diberikan kepada yang
pernah mempunyai riwayat glaucoma, dan pada pasien dengan deficit
kognitif.
● Obat secondary amine TCA (desipramine dan nortriptyline) efek anti-
kolinergik-nya lebih sedikit sehingga lebih aman daripada tertiary amines.
● Terdapat juga antidepresan lain yang memiliki efek analgesic. Namun
penelitian yang mendukung penggunaan dan efektivitas masih kurang.
SEROTONIN NORADRENALIN REUPTAKE
INHIBITORS (SNRI)
1. SNRI, seperti duloxetine dan venlafaxine memiliki sifat
analgesik.
2. Kedua obat ini tidak memiliki efek antikolinergik dan
antihistamin seperti halnya TCA.
3. Venlafaxine efektif dalam polineuropati yang sangat
sakit, neuropati diabetik, dan nyeri neuropatik setelah
pengobatan kanker payudara
Selective Serotonin-Reuptake Inhibitors (SSRI)
1. SSRI telah dipelajari untuk berbagai kondisi nyeri tetapi
hasilnya sampai saat ini kurang jelas.
2. Uji klinis tidak mendukung penggunaan SSRI sebagai
analgesik adjuvant lini pertama dalam manajemen nyeri
dan umumnya harus dipertimbangkan hanya jika ada
alasan lain untuk tidak menggunakan TCA (karena efek
samping atau kontraindikasi)
ANTIEPILEPTIK (ANTIKONVULSAN)

1. Antiepileptik pertama kali digunakan untuk seizures. Digunakan juga untuk


neuropathic pain karena memiliki efek menenangkan pada rasa sakit di
saraf yang overaktif.
2. Antiepileptik yang paling sering digunakan adalah gabapentin. Gabapentin
umumnya dapat ditoleransi dengan baik tapi dapat menyebabkan beberapa
efek samping seperti mengantuk, pusing, kelelahan dan menurunnya
konnsentrasi.
3. Efek samping ini dapat diminimalkan dengan cara meningkatkan dosis
perlahan-lahan dan terbagi dalam beberapa hari.
ANTIEPILEPTIK
• Antiepileptik memiliki peran dalam pain management , akan tetapi karena
alasan safety dan efek samping, penggunaannya dibatasi untuk indikasi
utama seperti management of neuropathic pain.
• Obat yang lebih baru lebih aman dan tidak memerlukan monitoring kadarnya
dalam darah.
• Antiepileptik bekerja dengan cara memblok kanal Na dengan tujuan untuk
menghilangkan rasa sakit.
• Dapat digunakan sebagai mood stabilizers, yang akan menghasilkan efek
menguntungkan dalam pain management.
ANTIEPILEPTIK
1. Carbamazepine (Tegretol) merupakan antiepileptic yang paling banyak
digunakan dan menunjukkan pengobatan neuropathic pain yang efektif.
2. Antiepileptik memiliki banyak efek farmakologi yang menghasilkan
analgesia, sehingga menjadi pengobatan potensial untuk sejumlah kondisi
chronic pain.
3. Penggunaan carbamazepine dibatasi oleh efek sampingnya yang tidak
dapat ditoleransi seperti sedasi, ataxia, aplastic anemia, agranulocytosis,
leukopenia, mual dan muntah.
4. Neurotoxicity dapat menyebabkan pingsan, koma, kejang, depresi
pernafasan, dan pandangan yang buram.
ANTIEPILEPTIK
1. Drug interaction carbamazepine bisa ditemukan, sebagai contoh
propoxyphene akan menurunkan metabolisme carbamazepine, sedangkan
phenytoin (Dilantin) dan TCA akan meningkatkannya.
2. Phenytoin memiliki banyak efek samping dengan profil lebih buruk dari
carbamazepine, dan hanya boleh digunakan sebagai pilihan kedua.
3. Valproate digunakan untuk pencegahan migraine kronik tapi tidak efektif
untuk migraine akut. Meskipun umumnya dapat ditoleransi dengan baik,
valproate membutuhkan pemantauan karena menyebabkan hepatoksisitas
dan supresi bone marrow.
ANTIEPILEPTIK
1. Gabapentin (Neurontin) berguna untuk mengurangi rasa sakit keadaan
neuropatik seperti diabetic neuropathy, multiple sclerosis, migraine, post-
herpetic neuralgia.
2. Gabapentin memiliki therapeutic window yang luas dan efikasinya
sebanding dengan antiepileptic lain, dan tidak membutuhkan blood
monitoring.
ANTIEPILEPTIK
1. Pregabalin sudah FDA approved untuk digunakan pada
pengobatan rasa sakit diabetic peripheral neuropathic
dan post-herpetic neuralgia.
2. Banyak klinisi telah menggunakan pregabalin untuk
bentuk neuropathic pain lainnya, dan sebagai mood-
stabilizing agent. Juga digunakan pada orang dewasa
dengan partial onset seizures.
ANTIANXIETAS
• Benzodiazepines (BZs) telah banyak digunakan
untuk pain management, terutama untuk
mengurangi anxietas dan sleep improvement
ada pasien dengan chronic pain.
• BZs memiliki efek anxiolytic, antispasmodic,
sedative/hypnotic, dan anticonvulsant.
• Valium telah digunakan sebagai muscle
relaxants. Semua BZs sama-sama efektif untuk
mengurangi anxietas. Pemilihannya ditentukan
oleh kebutuhan efek short, intermediate, atau
long acting.
• BZs juga digunakan untuk mendetoksifikasi
pasien dari pengobatan sedatif/hipnotik.
AMFETAMIN
1. Amfetamin telah digunakan untuk
meningkatkan analgesia morfin, dan
untuk mengurangi efek samping terkait
morfin seperti mual, sedasi, konstipasi,
dan kehilangan kewaspadaan.
2. Amfetamin tidak banyak digunakan
karena risiko peningkatan toleransi dan
ketergantungan pada penggunaan kronis,
dan potensi wihdrawal.
3. Amfetamin dapat meningkatkan tekanan
darah dan memperburuk penyakit arteri
koroner yang mendasarinya.
HIPNOTIK - SEDATIF
1. Masalah umum yang terkait dengan nyeri
kronis adalah ketidakmampuan untuk tidur
nyenyak. Manajemen tidur merupakan bagian
penting dari manajemen nyeri.
2. Hipnotik yang paling sering diresepkan
termasuk benzodiazepin, chloral hydrate,
zopiclone, dan zolpidem.
3. Hipnotik menekan pembentukan retikuler otak
tengah yang mengakibatkan sedasi, tidur, atau
anestesi.
4. Ada beberapa kategori dan etiologi untuk
gangguan tidur. Penggunaan hipnotik tidak
dianjurkan untuk mengatasi ketidakteraturan
tidur lebih dari satu atau dua minggu.
HIPNOTIK - SEDATIF

1. Efek samping yang merugikan mungkin termasuk


sedasi siang hari, amnesia anterograde, insomnia
rebound
2. Penghentian dapat menghasilkan penarikan,
rebound, dan kambuh.
3. Profil interaksi obat harus dipertimbangkan ketika
meresepkan hipnotik. Masalah tidur, yang
menetap setelah nyeri diobati, harus dirujuk ke
klinisi kesehatan mental dan/atau laboratorium
tidur.
KORTIKOSTEROID
• Merupakan obat anti-inflammatory yang
digunakan untuk mengurangi rasa sakit
parah terkait nerve irritation dan
inflamasi
• Dapat dikonsumsi per oral atau
diinjeksikan secara langsung ke area
tubuh yang sakit.
• Kortikosteroid sering digunakan untuk
jangka pendek karena khawatir dengan
efek sampingnya, yaitu berat badan naik,
poor growth, dan supresi hormone
tertentu
Thank you

Anda mungkin juga menyukai