Anda di halaman 1dari 82

1

BAB IV
ANALGETIK

A. PENGERTIAN ANALGETIK
Rasa nyeri atau sakit pasti pernah diderita
oleh hampir setiap orang. Nyeri merupakan sensasi
yang mengindikasikan bahwa tubuh sedang
mengalami kerusakan jaringan, inflamasi, atau
kelainan yang lebih berat seperti disfungsi sistem
saraf. Oleh karena itu nyeri sering disebut sebagai
alarm untuk melindungi tubuh dari kerusakan
jaringan yang lebih parah. Rasa nyeri seringkali
menyebabkan rasa tidak nyaman seperti rasa
tertusuk, rasa terbakar, rasa kesetrum, dan lainnya
sehingga mengganggu kualitas hidup pasien atau
orang yang mengalami nyeri. Nyeri klasifikan
menjadi 5 yaitu akut yang dapat ringan, sedang, atau
berat, kronik, superficial, somatic (tulang, otot
rangka dan sendi), visceral atau nyeri dalam (Indijah
& Fajri, 2016). Berikut merupakan penjelasan
mengenai 5 klasifikasi nyeri dapat dilihat pada tabel
1. Jenis-jenis nyeri.
2
Tabel 1. Jenis-jenis Nyeri

Jenis Definisi Pengobatam


Nyeri

Nyeri Nyeri Nyeri ringan:


akut terjadi non narkotik
mendadak (asetaminofen
dan , aspirin)
memberika Nyeri sedang:
n respons kombinasi
terhadap nonnarkotik
pengobatan. dan narkotik
(kodein dan
asetaminofen)
Nyeri berat:
narkotik

Nyeri Nyeri WHO, tangga


kronik menetap analgetika
selama untuk nyeri
lebih dari 6 hebat:
bulan dan asetosal dan

3
sulit untuk kodein
diobati atau narkotik
dikendalika lemah: d-
n propoksipen,
tramadol, dan
kodein atau
kombinasi
parasetamol-
kodein
narkotik
kuat : morfin
dan derivate-
derivatnya
serta zat
sintetis
narkotik

Nyeri Nyeri dari Nyeri ringan:


superficia daerah nonnarkotik
l permukaan, Nyeri sedang:
seperti kulit kombinasi
dan selaput obat analgesic

4
mukosa. narkotik dan
nonnarkotik

Nyeri Nyeri dari Obat-obat


visceral otot polos narkotik
(nyeri dan organ
dalam)

Nyeri Nyeri dari Nonnarkotik:


somatic otot rangka, aspirin,
ligament asetaminofen,
dan sendi asam
mefenamat

Sumber : (Indijah & Fajri, 2016)


Analgetik pada umumnya disebut analgesik
merupakan obat yang selektif mengurangi rasa sakit
dengan bertindak dalam sistem saraf pusat atau
pada mekanisme nyeri perifer, tanpa
menghilangkan kesadaran. Analgesik
menghilangkan rasa sakit, tanpa mempengaruhi
penyebabnya. Obat ini digunakan untuk membantu
meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering

5
mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala
atau sakit gigi, salah satu komponen obat yang kita
minum biasanya mengandung analgesik atau pereda
nyeri. Analgesik apabila digunakan dengan dosis
yang berlebihan maka dapat menimbulkan beberapa
efek samping (Wardoyo & Zakiah Oktarlina, 2019).
Dalam hal ini, pengetahuan masyarakat
mengenai obat-obatan sangatlah bermanfaat besar,
karena obat selain bisa sebagai penyembuh dari
sakit juga bisa berpotensi untuk mendatangkan
malapetaka. Banyak kasus penyalahgunaan obat
analgetik yang terjadi di masyarakat, contohnya
methadone yang termasuk dalam golongan obat
analgetik. Selain itu, obat analgetik golongan
narkotik seperti opium dan morfin juga sering
digunakan bukan untuk tujuan pengobatan, padahal
obat-obat tersebut dapat mengakibatkan
ketergantungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
program untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan masyarakat akan penggunaan obat
analgesik yang benar dan rasional. (Mita & Husni,

6
2017). Berikut contoh obat analgetik yaitu
methadone dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Obat Methadone


Sumber : https://bit.ly/3MO8VRF

B. JENIS, PENGGOLONGAN, DAN STUKTUR


DARI GOLONGAN ANALGETIK
Atas dasar cara kerja farmakologisnya,
analgetik dibagi menjadi 2 kelompok besar, yakni
analgetik perifer (non narkotik) dan analgetik
narkotik. Analgetik perifer (non narkotik), yang
terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan
tidak bekerja sentral. Obat-obat ini dipakai untuk
mengobati nyeri yang ringan sampai sedang dan
dapat dibeli bebas. Obat-obat ini efektif untuk nyeri
tumpul pada sakit kepala, dismenore (nyeri
menstruasi), nyeri pada inflamasi, abrasi minor,

7
nyeri otot dan arthritis ringan sampai sedang.
Kebanyakan analgesik menurunkan suhu tubuh yang
meningkat, sehingga mempunyai efek antipiretik.
Beberapa analgetik, seperti aspirin, mempunyai efek
antiinflamasi dan juga efek antikoagulan.
Analgetik narkotik khusus digunakan untuk
menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fraktur dan
kanker. Analgetik narkotik disebut juga opioida
(=mirip opiate), adalah obat yang daya kerjanya
meniri (mimic) opioid endogen dengan
memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid. Analgesik narkotik (narkotik) bekerja
terutama pada reseptor opioid khas di sistem saraf
pusat, hingga persepsi nyeri dan respons emosional
terhadap nyeri berubah (dikurangi) (Indijah & Fajri,
2016).
1. Analgetik Non Narkotik (Analgetik
Perifer)
Obat analgetik antipiretik serta obat
antiinflamasi nonstreroid (AINS) merupakan
salah satu kelompok obat yang paling banyak
diresepkan dan juga digunakan tanpa resep

8
dokter. Obat-obat ini merupakan suatu kelompok
obat yang heterogen, serta kimiawi.
a. Mekanisme Kerja
Golongan obat ini menghambat enzim
siklooksigenase sehingga konversi asam
arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap
obat menghambat siklooksigenase dengan
kekuatan dan selektivitas yang berbeda.
b. Efek Farmakodinamik
Semua obat mirip aspirin bersifat antipiretik,
analgetik dan anti inflamasi. Ada perbedaan
aktivitas antara obat-obat tersebut. Sebagai
analgetik, obat mirip aspirin hanya efektif
terhadap nyeri dengan intensitas rendah
sampai sedang. Efek analgetiknya jauh lebih
lemah dari pada efek analgetik golongan
narkotik. Tetapi berbeda dengan narkotik,
obat analgetik mirip aspirin tidak
menimbulkan ketagihan dan tidak
menimbulkan efek samping sentral yang
merugikan.

9
Sebagai antipiretik, obat mirip aspirin akan
menurunkan suhu badan hanya pada keadaan
demam. Walaupun, kebanyakan obat ini
memperlihatkan efek antipiretik in vitro,
tidak semuanya berguna sebagai antipiretik
karena bersifat toksik bila digunakan secara
rutin atau terlalu lama. Kebanyakan obat
mirip aspirin, terutama yang baru, lebih
dimanfaatkan sebagai antiinflamasi pada
pengobatan kelainan muskolosketal. Tetapi
harus diingat bahwa obat mirip aspirin ini
hanya meringankan gejala nyeri dan
inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya
secara simtomatik tidak menghetikannya,
memperbaiki atau mencegah kerusakan
jaringan pada kelainan muskolokental.
c. Efek Samping
Menimbulkan efek terapi yang sama
AINS juga memiliki efek samping serupa
karena didasari oleh hambatan pada sistem
biosintesis prostaglandin. Secara umum,
AINS berpotensi menybabkan efek samping

10
pada 3 sistem organ, yaitu saluran cerna,
ginjal, dan hati. Efek samping yang paling
sering terjadi adalah induksi tukak peptik
(deudenum dan lambung) yang kadang-
kadang disertai dengan anemia sekunder
akibat pendarahan lambung. Pada beberapa
orang dapat terjadi reaksi hipersensitifitas
terhadap aspirin dan obat mirip aspirin.
d. Contoh Obat Pada Analgetik Non
Narkotik
1) Salisilat

Asam asetil salisilat yang lebih


dikenal sebagai asetosal atau aspirin
adalah analgesik antipiretik dan anti-
inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas. Salisilat
khususnya asetosal merupakan obat
yang banyak digunakan sebagai
analgesik, antipiretik dan antiinflamasi.
Aspirin dosis terapi bekerja cepat dan
efektif sebagai antipiretik. Efek salisilat

11
ditemukan terhadap pernafasan hati,
ginjal dan saluran cerna. Pada pemberian
oral, sebagian salisilat diabsorbsi dengan
cepat dalam bentuk utuh di lambung,
tetapi sebagian besar di usus halus
bagian atas. Kadar tertinggi di capai
kira-kira 2 jam setelah pemberian.

Kecepatan absorbsinya tergantung


pada kecepatan disintegrasi dan disolusi
tablet, pH permukaan mukosa dan waktu
pengosongan lambung. Absorbsi pada
pemberian secara rektal,lebih lambat dan
tidak sempurna sehingga Cara ini tidak
dianjurkan. Asam salisilat diabsorbsi
secara cepat pada kulit sehat,terutama
bila dipakai sebagai obat gosok atau
salep. Setelah diabsorbsi, salisilat
menyebar ke seluruh jaringan tubuh dan
cairan transeluler sehingga ditemukan
dalam cairan sinovial, cairan spina,
cairan peritonial, liur dan susu. Aspirin

12
diserap dalam bentuk utuh, dihidrolisis
menjadi asam salisilat terutama dihati.
Dosis antipiretik salisilat untuk dewasa
ialah 325- 650 mg, diberikan secara oral
tiap 3-4 jam. Untuk anak 15-20
mg/kgBB diberikan tiap 4-6 jam.
Salisilat juga bermanfaat untuk
mengobati nyeri tidak spesifik. Berikut
merupakan struktur dari salisilat dapat
dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Stuktur Salisilat


Sumber : https://bit.ly/3tUH49O
2) Para Amino Fenol

Efek analgesik Paracetamol


serupa dengan salisilat yaitu

13
menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sampai sedang. Keduanya
menurunkan suhu tubuh dengan
mekanisme yang diduga juga
berdasarkan efek sentral seperti salisilat.
Efek antiinflamasinya sangat rendah.
Paracetamol diabsorbsi cepat dan
sempurna melalui saluran cerna.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma di
capai dalam waktu ½ jam dan t ½
plasma antara 1-3 jam. 25 %
Paracetamol terikat protein plasma. Obat
ini disekresi melalui ginjal. Reaksi alergi
terhadap derivat para amino fenol jarang
terjadi. Manifestasinya berupa eritema,
urtikaria dan gejala yang lebih berat
berupa demam dan lesi pada mukosa.
Akibat dosis toksik yang paling serius
adalah nekrosis hati (Indijah & Fajri,
2016). Berikut merupakan struktur para
amino fenol dapat dilihat pada Gambar
3.

14
Gambar 3. Stuktur Para Amino
Fenol

Sumber : https://bit.ly/3i8W6TP

3) Analgentik Anti-Inflamasi Non


Streroid Lainnya

Beberapa AINS umumnya bersifat


anti inflamasi, analgesik, dan antipiretik.
Efek antipiretiknya baru terlihat pada
dosis yang lebih besar daripada efek
analgesiknya. Respons individual
terhadap AINS bisa sangat bervariasi
walaupun obatnya tergolong dalam kelas
atau derivat kimiawi yang sama.

15
Asam mefenamat

Digunakan sebagai analgesik, dan anti


inflamasi. Asam mefenamat kurang
efektif dibandingkan aspirin. Efek
samping terhadap saluran cerna sering
timbul. Dosis asam mefenamat adalah 2-
3 kali 250-500 mg sehari. Berikut
struktur asam mefenamat dapat dilihat
pada Gambar 4.

Gambar 4. Stuktur Asam Mefenamat

Sumber : https://bit.ly/34CWCqj
Ketoprofen

Derivat asam propionat ini memiliki


efektivitas seperti ibuprofen dengan
sifat antiinflamasi sedang. Absorbsi

16
berlangsung baik dari lambung dan
waktu paruh plasma sekitar 2 jam. Efek
samping sama dengan AINS lain
terutama menyebabkan gangguan
saluran cerna, dan reaksi
hipersensitivitas. Dosis 2 kali 100 mg
sehari, tetapi sebaliknya ditentukan
secara individual. Berikut merupakan
struktur ketoprofen dapat dilihat pada
Gambar 5.

Gambar 5. Stuktur Ketoprofen

Sumber:
https://bit.ly/3HwYHTt

Deksketoprofen Trometamol

Indikasi: nyeri muskuloskeletal akut,


dismenore, sakit gigi & nyeri pasca

17
operasi. Dosis Tab 12,5 mg tiap 4-6 jam
atau 25 mg tiap 8 jam. Nyeri pasca op 25
mg tiap 8 jam. Max Dosis : 75 mg. Amp
50 mg / mL tiap 8-12 jam. Max Dosis IV
/ IM :150 mg. Diberikan 30 menit
sebelum makan, terutama untuk
meredakan nyeri akut dengan cepat.
Kontraindikasi: Riwayat serangan asma,
bronkospasme, rhinitis akut atau polip
hidung, edema atau urtikaria, tukak
lambung, perdarahan lambung, gagal
jantung berat, sedang hingga disfungsi
ginjal sedang- berat, disfungsi hati berat,
diatesis hemoragik, gangguan
pembekuan darah & terapi antikoagulan,
hamil & laktasi.

Piroksikam Dan Meloksikam

Absorbsi peroksikam berlangsung cepat


dilambung, terikat 99% pada protein
plasma. T ½ dalam plasma lebih dari 45
jam sehingga diberikan sekali sehari.

18
Obat ini menjalani siklus enterohepatik.
Frekuensi kejadian efek samping dengan
piroksikam mencapai 11-46 %, dan efek
samping yang sering terjadi adalah
gangguan saluran cerna. Efek samping
lain adalah pusing, tinitus, nyeri kepala
dan eritema kulit. Dosis 10-20 mg sehari
diberikan pada pasien yang tidak
memberikan respon yang cukup dengan
AINS yang lebih aman. Meloksikam
diberikan dengan dosis 7,5-15 mg sekali
sehari (Gunawan, 2012). Berikut
merupakan struktur pirosikam dan
meloksikam dapat dilihat pada Gambar
6 dan Gambar 7.

19
Gambar 6. Stuktur Pirosikam

Sumber : https://bit.ly/3IbELEl

Gambar 7. Stuktur Meloksikam

Sumber : https://bit.ly/3NZA5FC
2. Analgetik Narkotik
Analgesik narkotik adalah senyawa yang
dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara
selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit,
yang moderat ataupun berat, seperti rasa sakit
yang disebabkan oleh penyakit Kanker, serangan
jantung akut, sesudah operasi atau penyakit
ginjal. Analgesik narkotik sering juga digunakan
untuk pramedikasi anastesi, bersama-sama
digunakan dengan atropin, untuk mengontrol
sekresi (Siswandono, 2016).

20
Aktivitas analgesik narkotik jauh lebih
besar dibandingkan dengan golongan analgesik
non narkotik, sehingga disebut pula analgesik
kuat. Golongan ini pada umumnya menimbulkan
euforia sehingga banyak disalah gunakan.
Pemberian obat secara terus menerus dapat
menimbulkan ketergantungan fisik dan mental
atau kecanduan, dan efek ini terjadi secara cepat.
Kelebihan dosisnya dapat menyebabkan
kematian karena terjadinya depresi pernafasan
(Siswandono, 2016).
Penggolongan Analgesik Narkotik
Atas dasar cara kerjanya pada reseptor obat
golongan narkotik (opiod) ini dibagi menjadi:
1) Agonis penuh (kuat), 2) Agonis parsial
(agonis lemah sampai sedang), 3) Campuran
agonis dan antagonis, 4) Antagonis.
Klasifikasi obat golongan opiod/ narkotik
dapat dilihat pada Tabel 2 (Gunawan, 2012):

Tabel 2. Klasifikasi Obat Golongan Narkotik


Agonis Campuran
Agonis Kuat Antagonis

21
lemah- agonis-

sedang Antagonis
Morfin Kodein Nalbufin Nalorfin
Hidromorfin Oksikodon Buprenorfin Nalokson
Oksimorfin Hidrokodon Butorfanol Nalrekson
Metadon Propoksifen Pentazosin
Meperidin Difenoksilat
Fentanil
Levorfanol

Efek samping umum opioid:

a. Supresi SSP: sedasi, depresi pernapasan


danbatuk, hipotermia, perubahan suasana
jiwa (mood), mual-muntah (stimulasi
CTZ), dosis tinggi: menurunnya aktivitas
mental danmotoris.
b. Saluran cerna: obstipasi, kontraksi
sfingter kandung empedu.
c. Saluran urogenital: retensi urin, waktu
persalinan diperpanjang.

22
d. Saluran napas: bronkhokonstriksi
(pernapasan lebih dangkal danfrekwensi
turun).
e. Sistem sirkulasi: vasodilatasi, hipotensi,
bradikardia.
f. Histamine liberator: urticaria dangatal.
g. Kebiasaan: adiksi, bila henti → gejala
abstinensi (Indijah & Fajri, 2016).
Untuk contoh serta pembahasan mengenai
Farmakologi Analgetik Narkotik, dapat dilihat pada
Tabel 3.

Tabel 3. Farmakologi Analgetik Narkotik

No. Nama Obat Farmakologi

Farmakodimik Farmakokinetik

Turunan Morfin

1. Morfin Mekanisme Resorbsinya diusus


Kerja: baik, tetapi
bioavailibilitynya
Berikatan dengan
hanya kira- kira
reseptor opioid
25% akibat first
pada SSP,
pass effect yang
menghambat jalur

23
besar. Mulai
nyeri, mengubah
kerjanya setelah 1-2
persepsi dan
jam dan bertahan
respon terhadap
sampai 7 jam.
rasa sakit
Resorbsi
menghasilkan
suppositoria
depresi umum
umumnya sedikit
SSP
lebih baik , secara
Indikasi:
i.m atau s.c baik
Khusus pada nyeri sekali (Persentase
hebat, akut dan pengikatannya pada
kronis. Seperti protein :35% (Tjay
pada fase terminal dan Rahardja,
dari Kanker (Tjay 2010). t1/2
& Rahardja, eliminasinya: 2,9
2007). jam ±0,5 jam
ESO: (Siswandono,

1. Alergi (seperti 2016). Morfin

mual, muntah, dimetabolisme di

tremor, dalam hati.

delirium, Ekskresinya melalui

konvulsi, kemih, empedu

insomnia, dangan siklus

urtikaria, enterohepatis dan

eksantem, tinja (Tjay &

dermatitis

24
Rahardja, 2007).
kontak, pruritus
Dosis:
dan bersin.
Dewasa oral 3-6 dd
2. Intoksikasi akut 10-20 mg garam
(seperti tidur, HCL, s.c / i.m .3-6
koma, frekuensi dd 5-20 mg Anak-
napas lambat, anak: oral 2 dd 0,1-
tekanan darah 0,2 mg/kg (Tjay &
menurun, syok, Rahardja, 2007).
pupil mengecil,
suhu badan
rendah, kulit
dingin,tonus
otot rangka
rendah,depresi
napas dan
kematian
(Gunawan,
2012).
2. Kodein Mekanisme Obat terikat oleh
Kerja: protein plasma ±7-
Lihat mekanisme 25%. Kadar plasma
kerja hidromorfon tertinggi 0,5-1,5
Indikasi: jam setelah
Memiliki khasiat pemberian oral
sama seperti (Siswandono,

25
induknya, tetapi 2016). Metabolisme
lebih lemah, di hati. Ekskresi
misalnya 6-7 kali lewat kemih
kurang kuat (Tjay sebagai glukoronida
& Rahardja, dan 10% secara
2007). utuh. t1/2
ESO: plasmanya 3-4 jam
Pada dosis yang (Tjay & Rahardja,
lebih tinggi (>3 2007).
dd 20 mg) Dosis:
menimbulkan Nyeri, oral 3-6 dd
obstipasi dan mual 15-60 mg garam
(Tjay & Rahardja, HCl, anak-anak
2007). diatas 1 tahun 3-6
dd 0,5 mg/kg (Tjay
& Rahardja, 2007).
Turunan Meperidin

1. Meperidin/ Durasi Absorbsi pemberian


Pethidin/ analgesinya pada apapun baik. tetapi
Dolantin/ penggunaan klinis kecepatan absorbsi
isonipekain 3-5 jam mungkin tidak
(Gunawan, 2012) teratur setelah
Mekanisme suntikan IM. Kadar
Kerja: puncak plasma : 45
Lihat mekanisme menit. Setelah

26
kerja morfin pemberian
ESO: meperidin IV,
Pusing, mual, kadarnya dalam
muntah, keringat plasma menurun
dingin, mulut secara cepat 1-2
kering. Pemberian jam pertama,
secara suntikan kemudian
dapat penurunan
menyebabkan berlangsung lebih
penurunan lambat. Lebih 60%
tekanan darah. meperidin dalam
Meperidin dapat plasma terikat
menurunkan aliran protein. t 1/2
petidin 5
darah otak, jam. Metabolisme
kecepatan meperidin di dalam
metabolik otak, hati (Gunawan,
dan tekanan intra 2012).
kranial, petidin Dosis:
tidak menunda Tablet: 1-2 tablet
persalinan, akan (@tablet 50 mg
tetapi dapat masuk pethidin HCL) 1-2
ke fetus dan dd Injeksi: 50-100
menimbulkan mg i.m/s.c
depresi respirasi
pada kelahiran
(Gunawan, 2012).

27
2. Fentanil Mekanisme Absorbsi dalam
Kerja: mukosa bukal
Berikatan dengan (transmukosa):
reseptor cepat ~25%, 75%
stereospesifik mengembang
opioid terhadap dengan saliva dan
banyak tempat terabsorbsi lemah
dalam SSP, dalam saluran
meningkatkan cerna. Sangat
ambang nyeri, lipofil,teredistibusi
mengubah ke dalam otot dan
presepsi nyeri, lemak,dengan
menghambat jalur pengikatan protein
nyeri 80%-85% . >90%
Indikasi: dimetabolisme
Penanganan nyeri dihati.
dan Diekskresikan
penatalaksanaan didala urine sebagai
nyeri kronik. metabolit dan <10%
ESO: sebagai obat.
Depresi Dosis:
pernafasan, Pramedikasi 100
kekakuan otot, mcg i.m. 30-60
hipotensi, menit sebelum
bradikardia, operasi. Sebagai
laryngospasme, tambahan pada

28
mual, muntah, anastesi regional
menggigil, 50-100 mcg i.m/i.v
kelelahan, pelan-pelan selama
halusinasi pasca 1-2 menit bila
bedah. diperlukan
tambahan analgesia.
Pasca bedah (dalam
ruang pulih) 50-100
mcg i.m, dapat
diulang dalan 1-2
jam bila diperlukan.
Turunan Lain-lain

1. Tramadol Mekanisme Absorbsi didalam


Kerja: saluran cerna ±
Sebagian dari efek 90% , masa kerja 4-
analgesiknya 6 jam Bioavalibility
dihasilkan oleh rata-rata 78% ,
inhibisi intake persentase
serotonin dan pengikatan pada
norepinefrin proteinnya 20%
(Gunawan, 2012). (Siswandono,
Indikasi: 2016). Plasma t1/2
Nyeri yang tidak nya 6 jam. Efeknya
terlampau hebat 1 jam bertahan
(Tjay & Rahardja, selama 6-8 jam

29
2007). mencapai puncak 2-
ESO: 3 jam .
Termangu-mangu, Metabolisme di hati
berkeringat, (Gunawan, 2012).
pusing, mulut Ekskresinya di urin
kering, mual dan 10% secara utuh
muntah juga (Tjay & Rahardja,
obstipasi, gatal- 2007).
gatal, rash nyeri Dosis:
kepala dan letih Dosis anak-anak 1-
ketergantungan 14 tahun : 3-4 dd 1-
fisik dan konvulsi 2 mg/kg. Diatas 14
(Gunawan, 2012). tahun 3-4 dd 50-100
mg, maksimal 400
mg sehari (Tjay &
Rahardja, 2007).

C. FUNGSI ANALGETIK
Analgesik adalah obat yang digunakan untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-
obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran (Wardoyo & Zakiah Oktarlina, 2019).
Obat ini berfungsi untuk membantu meredakan sakit,
misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi.

30
Golongan obat analgesik dibagi menjadi dua yaitu
analgesik opioid/narkotik dan analgetik non-
narkotik. Analgesik opioid merupakan kelompok
obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau
morfin (Mita & Husni, 2017). Golongan obat ini
berfungsi untuk meredakan atau menghilangkan rasa
nyeri seperti pada fraktur dan kanker. Obat
Analgesik non-narkotik dalam ilmu farmakologi juga
sering dikenal dengan istilah analgetik/analgetika/
analgesik perifer. Analgetika perifer (non-narkotik),
yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat
narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan obat
analgetik non-narkotik atau obat analgesik perifer ini
cenderung mampu menghilangkan atau meringankan
rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan
saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan
tingkat kesadaran.

D. CONTOH MEREK DAGANG ANALGETIK DI


PASARAN
Ada beberapa obat analgesik opioid, yaitu
metadon, fentanil, kodein, hidromorfon, sufentanil,

31
tramadol. Obat-obat golongan analgetik non-narkotik
dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: parasetamol,
salisilat, (asetosal, salisilamida, dan benorilat),
penghambat prostaglandin (NSAID) ibuprofen,
derivate-derivat antranilat (mefena- milat, asam
niflumat glafenin, floktafenin, derivate-derivat
pirazolinon (aminofenazon, isopropil penazon,
isopro- filaminofenazon), lainnya benzidamin
(Wardoyo & Zakiah Oktarlina, 2019). Obat golongan
anti-inflamasi nonsteroid berupa aspirin dan salisilat
lain, derivate asam propionate, asam indolasetat,
derivate oksikam, fenamat, fenilbutazon (Mita &
Husni, 2017).

1. Merek Dagang Kodein


Kodein merupakan obat antitusif dan
analgesik yang sudah digunakan sejak tahun
1800-an (Lubis, N. M. D., & Ramadhania, 2018).
Kodein adalah alkaloid terkandung dalam opium
sebesar 0,7-2,5%, selain itu alkaloid kodein juga
ditemukan dalam opioid sekitar 0,3-3,0%.
Kodein merupakan obat analgesik golongan

32
opium yang biasa digunakan untuk penghilang
rasa nyeri dari sedang hingga berat (Bahrir,
2019). Kodein merupakan obat yang paling
banyak digunakan dikalangan praktisi kesehatan.
Kodein yaitu sejenis obat batuk, namun dapat
menyebabkan ketergantungan/efek adiksi
sehingga peredarannya dibatasi dan diawasi
secara ketat. Merek dagang kodein antara lain,
codeine phosphate hemihydrate, codikaf 10,
codikaf 15. codikaf 20, codipront, codipront cum
expectorant, dan coditam. Berikut merupakan
contoh obat codikaf dapat dilihat pada Gambar
8.

Gambar 8. Obat codikaf


Sumber : https://bit.ly/3Qq4Ip7
Indikasi:
Nyeri ringan sampai sedang; diare; antitusif.

33
Peringatan:
Penggunaan antitusif yang mengandung kodein
atau opioid analgesik sejenis tidak
direkomendasikan pada anak-anak dan sebaiknya
dihindari seluruhnya pada anak di bawah satu
tahun.
Interaksi:
Penurunan efek terapi dari domperidone,
metoclopramide, atau cisapride.
Peningkatan kadar codeine di dalam darah jika
digunakan dengan cimetidine.

Peningkatan risiko terjadinya konstipasi berat


jika digunakan dengan obat golongan
antikolinergik atau obat antidiare.

Peningkatan risiko terjadinya depresi sistem saraf


pusat atau depresi saluran pernapasan
(hipoventilasi) jika digunakan dengan
benzodiazepine, obat bius, antihistamin, atau
natrium oksibat.

34
Peningkatan risiko terjadinya depresi sistem
pusat atau justru sebaliknya jika digunakan
dengan monoamine oxidase inhibitor (MAOI).

Kontraindikasi:

Hindari pada depresi napas akut, alkoholisme


akut, dan bila terdapat risiko ileus paralitik; juga
hindarkan pada peningkatan tekanan kranial atau
cedera kepala (mempengaruhi respon pupil yang
penting untuk penilaian neurologis); hindari
injeksi pada feokromositoma (ada risiko tekanan
darah naik sebagai respons terhadap pelepasan
histamin).

Efek Samping:

Mual dan muntah (khususnya pada permulaan),


konstipasi, dan rasa mengantuk; dosis lebih besar
menyebabkan depresi napas, hipotensi, dan
kekakuan otot; efek samping lain termasuk
kesulitan kencing, spasme bilier atau ureter, mulut
kering, berkeringat, sakit kepala, muka memerah,
vertigo, bradikardia, takikardia, palpitasi,

35
hipotensi postural, hipotermia, halusinasi, disforia,
perubahan suasana hati (mood), kertergantungan,
miosis, menurunnya libido atau potensi, ruam
kulit, urtikaria, dan pruritus.

Dosis:

Per oral, 30-60 mg setiap 4 jam ketika dibutuhkan,


hingga maksimal 240 mg sehari; anak 1-12 tahun,
3 mg/kg bb sehari dengan dosis terbagi. Melalui
injeksi intramuskular, 30-60 mg setiap 4 jam
ketika dibutuhkan.

2. Merek Dagang Fentanil


Fentanil merupakan obat golongan opioid yang
banyak digunakan sebagai antinyeri. Ditemukan
pertama kali pada tahun 1960 oleh Jansen,
fentanil telah diujicobakan pada hewan sebelum
digunkan pada manusia (Rudi Hartono, Wiwi
Jaya, 2013). Merek dagang fentanil antara lain
durogesic, fentanyl citrate dan fentanil. Berikut

36
merupakan contoh obat fentanil dapat dilihat
pada Gambar 9.

Gambar 9. Fentanil
Sumber : https://aladokter.com/obat/fentanil/
Indikasi:
Nyeri tiba-tiba pada pasien yang sudah
dalam terapi opioid untuk nyeri kanker kronik;
nyeri kronik yang sukar ditangani; indikasi lain.
Interaksi:
Peningkatan risiko terjadinya sindrom serotonin
jika digunakan dengan obat antidepresan.
Peningkatan risiko terjadinya efek samping yang
fatal, seperti kejang, koma, bahkan kematian
jika digunakan bersama obat golongan opioid
lainnya, seperti morfin atau tramadol.
Penurunan kadar fentanyl dalam darah jika
digunakan dengan phenobarbital,

37
carbamazepine, phenytoin, amonium klorida,
atau rifampicin.
Peningkatan risiko terjadinya hipotensi jika
digunakan dengan phenotiazine.
Kontraindikasi:
Hindari pada depresi napas akut,
alkoholisme akut, dan bila terdapat risiko ileus
paralitik; juga hindarkan pada peningkatan
tekanan kranial atau cedera kepala
(mempengaruhi respon pupil yang penting untuk
penilaian neurologis); hindari injeksi pada
feokromositoma (ada risiko tekanan darah naik
sebagai respons terhadap pelepasan histamin).
Efek Samping:
Mual, muntah, konstipasi, dan rasa
mengantuk. Dosis yang lebih besar
menimbulkan depresi napas dan hipotensi.
Penggunaan:
Durogesic (Janssen, Belgia/ Kimia
Farma) 2,5 mg, 5 mg, 7,5 mg, 10 mg/cakram
transdermal; self-adhesive; transparan; tapel
fentanil; '25' (melepaskan kira-kira 25 mcg/jam

38
untuk 72 jam); '50' patch (melepaskan kira-kira
50 mcg/jam untuk 72 jam); '75' patch
(melepaskan kira-kira 75 mcg/jam untuk 72
jam); '100' patch (melepaskan kira-kira 100
mcg/jam untuk 72 jam).

3. Merek Dagang Hidromorfon


Hidromorfon (hydromorphone) adalah
obat antinyeri golongan opioid. Obat ini
digunakan untuk meredakan nyeri akut sedang
hingga berat, serta nyeri kronis yang parah
seperti nyeri akibat kanker. Merek dagang
hidromorfon hidroklorida adalah jurnista.
Berikut merupakan contoh obat hidromorfon
dengan merek dagang Jurnista dapat dilihat pada
Gambar 10.

39
Gambar 10. Hidromorfon
Sumber: https://bit.ly/3O3EjvL
Indikasi:
Nyeri sedang hingga berat pada pasien kanker.
Peringatan:
Tidak disarankan untuk remaja, hati-hati
penggunaan pada lansia, risiko ileus paralitik,
depresi pernapasan, PPOK, pasien yang
mendapat anestesi, pasien yang mengalami
cedera kepala dan peningkatan tekanan
intrakranial, konstipasi kronik, radang atau
gangguan obstruktif usus besar, pankreatitis
akut, penyakit saluran empedu atau menjalani
operasi saluran empedu, pasien dengan
insufisiensi ginjal atau hati ringan hingga
sedang, insufisiensi adrenokortikal, miksedem,
hipotiroidisme, hipertrofi prostat atau striktur
uretra, depresi SSP, kifoskoliosis, psikosis
toksik, alkoholisme akut, tremens delirium,
gangguan konvulsi, penghentian secara tiba-tiba
dapat menyebabkan gejala putus obat, dapat

40
mengganggu kemampuan mengemudi dan
menjalankan mesin.
Interaksi:
Penggunaan bersama penghambat MAO dapat
menyebabkan perangsangan atau depresi SSP,
meningkatkan atau menurunkan tekanan darah,
agonis/antagonis morfin (buprenorfin, nalbufin,
atau pentazosin) dapat menurunkan efek
analgesik sehingga mengarah ke risiko gejala
putus obat, obat penekan SSP, alkohol, dan
relaksan otot.

Kontraindikasi:
Hipersensitivitas, nyeri akut dan setelah operasi,
asma, anak, kehamilan, saat proses melahirkan,
menyusui, penurunan fungsi hati berat,
insufisiensi pernapasan, nyeri perut akut, dalam
terapi penghambat MAO atau masih dalam 14
hari setelah penggunaan penghambat MAO,
terapi dengan buprenorfin, nalbufin, atau
pentazosin, pasien koma.
Efek Samping:

41
Konstipasi, mual dan muntah, mengantuk, sakit
kepala dan pusing, diare, pruritus, astenia, udem.
Dosis:
4 mg tiap 24 jam, dapat dinaikkan sesuai
kebutuhan. Pada pasien yang belum pernah
menggunakan opioid, dosis awal tidak boleh
lebih dari 8 mg per 24 jam. Dosis dapat
dinaikkan atau diturunkan tergantung respon,
dan dosis tidak boleh dititrasi kurang dari 2 hari.
Hentikan penggunaan analgesik opioid around-
the-clock lainnya. Dapat digunakan bersamaan
dengan analgesik non opioid.

4. Merek Dagang Paracetamol


Parasetamol digunakan untuk meredakan
nyeri ringan atau sedang dan kondisi demam
ringan (Oktaviana et al., 2019). Parasetamol atau
asetaminofen adalah metabolit aktif fenasetin
dan berperan menghasilkan efek analgesik.
Parasetamol termasuk obat bebas yang banyak
digunakan masyarakat sebagai analgetik dan
antipiretik, karena relatif mudah didapatkan di

42
apotek. Adapun merek dagang paracetamol yang
bisa dijumpai adalah Panadol, Naprex, Paramol,
Mixagrip Flu, Hufagesic, Paramex SK, Sanmol,
Sumagesic, Termorex, dan Poro. Berikut
merupakan contoh obat panadol yang dapat
dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Panadol


Sumber https://bit.ly/3HDYXQL
Indikasi:

Nyeri ringan sampai sedang, nyeri sesudah


operasi cabut gigi, pireksia.

Peringatan:

Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi


ginjal, ketergantungan alkohol.

43
Interaksi:

Paracetamol dapat menimbulkan interaksi jika


digunakan dengan obat lainnya, antara lain :

1) Peningkatan risiko terjadinya perdarahan


jika digunakan dengan warfarin.
2) Penurunan kadar paracetamol dalam darah
jika digunakan dengan carbamazepine,
colestiramine, phenobarbital, phenytoin, atau
primidone.
3) Peningkatan risiko terjadinya efek samping
obat busulfan.
4) Peningkatan penyerapan paracetamol jika
digunakan dengan
metoclopramide,domperidone,
chloramphenicol, atau probenecid.
5) Peningkatan risiko terjadinya kerusakan hati
jika digunakan dengan isoniazid.
6) Peningkatan risiko kerusakan fungsi hati
pada pengunaan bersama alkohol.

Kontraindikasi:

44
Gangguan fungsi hati berat,
hipersensitivitas.

Efek Samping:

Jarang terjadi efek samping, tetapi


dilaporkan terjadi reaksi hipersensitivitas, ruam
kulit, kelainan darah (termasuk trombositopenia,
leukopenia, neutropenia), hipotensi juga
dilaporkan pada infus.

Penting:

Penggunaan jangka panjang dan dosis


berlebihan atau overdosis dapat menyebabkan
kerusakan hati, lihat pengobatan pada keadaan
darurat karena keracunan.

Dosis:

Oral 0,5–1 gram setiap 4–6 jam hingga


maksimum 4 gram per hari; anak–anak umur 2
bulan 60 mg untuk pasca imunisasi pireksia,
sebaliknya di bawah umur 3 bulan (hanya

45
dengan saran dokter) 10 mg/kg bb (5 mg/kg bb
jika jaundice), 3 bulan–1 tahun 60 mg–120 mg,
1-5 tahun 120–250 mg, 6–12 tahun 250– 500
mg, dosis ini dapat diulangi setiap 4–6 jam jika
diperlukan (maksimum 4 kali dosisdalam 24
jam), infus intravena lebih dari 15 menit, dewasa
dan anak–anak dengan berat badan lebih dari 50
kg, 1 gram setiap 4–6 jam, maksimum 4 gram
per hari, dewasa dan anak–anak dengan berat
badan 10 -50 kg, 15 mg/kg bb setiap 4–6 jam,
maksimum 60 mg/kg bb per hari.

5. Merek Dagang Asetosal


Asetosal atau asam asetil salisilat
merupakan jenis obat turunan salisilat (Kuntari,
T. Aprianto, R. Hadiyati Noor, 2017). Asetosal
yang sering dikenal sebagai aspirin digunakan
oleh masyarakat luas sebagai analgesik atau
penahan rasa sakit atau nyeri minor, antipiterik
(penurun demam) dan anti-inflamasi
(peradangan). Merek dagang asetosal antara lain
Acetylsalicylic Acid, Apstor, Ascardia, Aspilets,

46
Astika, Bodrexin, Cardio Aspirin, Cartylo,
Contrexyn, Coplavix, Farmasal, Gramasal,
Inzana, Miniaspi 80, Naspro, Nogren,
Nospirinal, Novosta, Thrombo Aspilets. Berikut
merupakan contoh obat asetosal atau asetil
asetat dengan merek asipilets yang dapat dilihat
pada Gambar 12.

Gambar 12. Aspilets


Sumber : https://www.halodoc.com/obat-dan-
vitamin/aspilets-10-tablet
Indikasi:
Nyeri ringan sampai sedang, demam
Peringatan:
Asma; penyakit alergi; gangguan fungsi
ginjal ; menurunnya fungsi hati; dehidrasi;
sebaiknya hindarkan pengunaan pada demam

47
atau infeksi virus pada remaja (risiko Sindrom
Reye); kehamilan; pasien lansia; defisiensi
G6PD.
Interaksi:
Ada beberapa efek interaksi yang bisa
terjadi jika aspirin digunakan bersama obat
lainnya, antara lain:
1) Peningkatan risiko terjadinya perdarahan atau
luka pada saluran pencernaan jika digunakan
dengan kortikosteroid atau OAINS lain, seperti
ibuprofen.
2) Peningkatan risiko terjadinya kerusakan sel
darah jika digunakan bersama methotrexate.
3) Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika
digunakan bersama obat pengencer darah yang
lain, seperti heparin, warfarin, phenindione,
clopidogrel, atau dipyridamole.
4) Peningkatan risiko terjadinya asidosis dan
kerusakan pada sistem saraf pusat jika
digunakan bersama acetazolamide.
Kontraindikasi:

48
Anak dan remaja di bawah usia 16 tahun
dan ibu menyusui (Sindrom Reye;); riwayat
maupun sedang menderita tukak saluran cerna;
hemofilia; tidak untuk pengobatan gout.
hipersensitivitas. Asetosal dan AINS lainnya
tidak boleh diberikan kepada penderita dengan
riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal atau
AINS lain; termasuk pasien yang terserang
asma; angioudema; urtikaria atau rinitis yang
ditimbulkan oleh asetosal atau AINS lain.
Sindrom Reye. Karena hubungannya dengan
Sindrom Reye, maka sediaan yang mengandung
asetosal tidak diberikan pada anak dan remaja di
bawah usia 16 tahun, kecuali ada indikasi yang
spesifik misalnya untuk pengobatan Sindrom
Kawasaki.
Efek Samping:
Biasanya ringan dan tidak sering, tetapi
kejadiannya tinggi untuk terjadinya iritasi
saluran cerna dengan perdarahan ringan yang
asimptomatis; memanjangnya bleeding time;

49
bronkospasme; dan reaksi kulit pada pasien
hipersensitif.
Dosis:
Sebanyak 300-900 mg tiap 4-6 jam bila
diperlukan; maksimum 4 g per hari. Anak dan
remaja tidak dianjurkan.
6. Merek Dagang Ibuprofen
Merek dagang: Arbupon, Bodrex Extra,
Bodrexin IBP, Ibuprofen, Intrafen, Neo
Rheumacyl, Novaxifen, Oskadon SP, Paramex
Nyeri Otot, Procold Obat Sakit Kepala, Proris.
Bentuk obat: Tablet, kapsul, sirup, suntik.
Berikut merupakan contoh obat ibuprofen
berupa tablet dan sirup yang dapat dilihat pada
Gambar 13.

Gambar 13. Arbupon tablet dan sirup

50
Sumber :
https://www.pyfa.co.id/id/produk/arbupon-2/
Ibuprofen adalah obat yang tergolong dalam
kelompok obat anti-inflamasi nonsteroid dan
digunakan untuk mengurangi rasa sakit akibat
artritis. Ibuprofen diindikasikan sebagai
analgesik (pengurang rasa nyeri) dan antipiretik
(penurun panas).
Indikasi:
Nyeri ringan sampai sedang antara lain
nyeri pada penyakit gigi atau pencabutan gigi,
nyeri pasca bedah, sakit kepala, gejala artritis
reumatoid, gejala osteoartritis, gejala juvenile
artritis reumatoid, menurunkan demam pada
anak.
Peringatan:
Tidak dianjurkan pada lansia, kehamilan,
persalinan, menyusui, pasien dengan
perdarahan, ulkus, perforasi pada lambung,
gangguan pernafasan, gangguan fungsi jantung,
gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati,
hipertensi tidak terkontrol, hiperlipidemia,

51
diabetes melitus, gagal jantung kongestif,
penyakit jantung iskemik, penyakit
serebrovaskular, penyakit arteri periferal,
dehidrasi, meningitis aseptik.
Interaksi:
AINS dan penghambat selektif COX-2:
berpotensi menimbulkan efek adiktif. Glikosida
jantung: menurunkan kecepatan filtrasi
glomerulus dan meningkatkan konsentrasi
plasma glikosida jantung. Kortikosteroid:
meningkatkan risiko ulkus atau perdarahan
lambung. Antikoagulan (warfarin):
meningkatkan efek dari antikoagulan.
Antiplatelet dan golongan SSRI (klopidogrel,
tiklopidin): meningkat risiko perdarahan
lambung. Asetosal: meningkatkan risiko efek
samping. Anti hipertensi: menurunkan efek anti
hipertensi. Diuretik: meningkatkan risiko
nefrotoksik. Litium: mempercepat eliminasi
litium. Metotreksat: mengurangi bersihan
metotreksat. Siklosporin dan takrolimus:
meningkatkan risiko nefrotoksik. Zidovudin:

52
meningkatkan risiko gangguan hematologi.
Kuinolon: meningkatkan risiko kejang.
Aminoglikosida: menurunkan eksresi
aminoglikosida. Mifepriston: jangan gunakan
AINS selama 8 – 12 hari setelah terapi
mifepriston karena dapat mengurangi efek
mifepriston. Ginkgo biloba: meningkatkan risiko
perdarahan.
Kontraindikasi:
Kehamilan trimester akhir, pasien dengan
ulkus peptikum (ulkus duodenum dan lambung),
hipersensitivitas, polip pada hidung,
angioedema, asma, rinitis, serta urtikaria ketika
menggunakan asam asetilsalisilat atau AINS
lainnya.
Efek Samping:
Umum: pusing, sakit kepala, dispepsia,
diare, mual, muntah, nyeri abdomen, konstipasi,
hematemesis, melena, perdarahan lambung,
ruam. Tidak umum: rinitis, ansietas, insomnia,
somnolen, paraestesia, gangguan penglihatan,
gangguan pendengaran, tinnitus, vertigo, asma,

53
dispnea, ulkus mulut, perforasi lambung, ulkus
lambung, gastritis, hepatitis, gangguan fungsi
hati, urtikaria, purpura, angioedema,
nefrotoksik, gagal ginjal. Jarang: meningitis
aseptik, gangguan hematologi, reaksi
anafilaktik, depresi, kebingungan, neuritis optik,
neuropati optik, edema. Sangat jarang:
pankreatitis, gagal hati, reaksi kulit (eritema
multiform, sindroma Stevens – Johnson,
nekrolisis epidermal toksik), gagal jantung,
infark miokard, hipertensi.
Dosis:
Dewasa, dosis yang dianjurkan 200-250
mg 3-4 kali sehari. Anak 1-2 tahun, 50 mg 3-4
kali sehari. 3-7 tahun, 100-125 mg 3-4 kali
sehari. 8-12 tahun, 200-250 mg 3-4 kali sehari.
Tidak boleh dipergunakan pada anak dengan
berat badan kurang dari 7 kg. Sebaiknya
diminum setelah makan. Osteoartritis, artritis
reumatoid. 1200 mg – 1800 mg 3 kali sehari.
Eksaserbasi akut. Dosis maksimum 2400
mg/hari, jika kondisi sudah stabil selanjutnya

54
dosis dikurangi hingga maksimum 1800
mg/hari.

7. Merek Dagang Asam Mefenamat


Asam mefenamat merupakan obat yang
seringkali digunakan untuk pengobatan nyeri
radang (Harimurti et al., 2020). Asam
mefenamat berfungsi untuk meredakan nyeri
seperti sakit gigi, sakit kepala, dan nyeri haid.
Asam mefenamat tersedia dalam bentuk tablet
250 mg, tablet 500 mg, dan sirup. Merek dagang
asam mefenamat antara lain, mefinal, anastan,
opistan, lapistan, omestan, asmef, trifastan,
ponstan, novastan, mefinter. Berikut merupakan
contoh obat asam mefenamat dengan merek
Omestan yang dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Omestan tablet dan sirup


Sumber : https://bit.ly/3xqW7tK

55
Indikasi:
Nyeri ringan sampai sedang seperti sakit
kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk
nyeri karena trauma, nyeri otot, dan nyeri pasca
operasi.
Peringatan:
Risiko kardiovaskular; AINS dapat
meningkatkan risiko kejadian trombotik
kardiovaskuler serius, infark miokard, dan
stroke, yang dapat fatal. Risiko ini bertambah
dengan lamanya penggunaan. Pasien dengan
penyakit kardiovaskuler atau faktor risiko untuk
penyakit kardiovaskuler berada dalam risiko
yang lebih tinggi. Gunakan dengan hati-hati
pada pasien lansia, pengobatan jangka lama
lakukan tes darah.
Interaksi:
1) Dapat meningkatkan risiko perdarahan jika
diberikan bersamaan dengan obat anti-inflamasi
nonsteroid atau salisilat lainnya (misalnya
aspirin), antikoagulan (seperti warfarin),
kortikosteroid, dan SSRI

56
2) Meningkatkan kadar plasma dan penurunan
pembersihan lithium pada ginjal
3) Meningkatkan konsentrasi serum digoxin
dan metotreksat
4) Menurunkan efek natriuretik diuretik
(misalnya furosemide, hydrochlorothiazide)
5) Meningkatkan risiko nefrotoksisitas
siklosporin atau tacrolimus
6) Dapat menurunkan kemanjuran agen
antihipertensi (misalnya ACE inhibitor,
antagonis angiotensin II, dan ß-blocker)
Kontraindikasi:
Pengobatan nyeri peri operatif pada
operasi CABG, peradangan usus besar.
Efek Samping:
Gangguan sistem darah dan limpatik
berupa agranulositosis, anemia aplastika, anemia
hemolitika autoimun, hipoplasia sumsum tulang,
penurunan hematokrit, eosinofilia, leukopenia,
pansitopenia, dan purpura trombositopenia.
Dapat terjadi reaksi anafilaksis. Pada sistem
syaraf dapat mengakibatkan meningitis aseptik,

57
pandangan kabur; konvulsi, mengantuk. Diare,
ruam kulit (hentikan pengobatan), kejang pada
overdosis.
Dosis:
500 mg 3 kali sehari sebaiknya setelah
makan; selama tidak lebih dari 7 hari.

8. Merek Dagang Benzydamine


Benzydamine adalah obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) yang bekerja secara lokal
dengan sifat anestesi dan analgesik. Obat ini
juga dikenal sebagai benzydamine
hydrochloride (HCL). Benzydamine HCl
merupakan obat anti-inflamasi yang
dipergunakan secara luas untuk pengobatan
daerah mulut yang termasuk ke dalam golongan
nonsteroid anti-inflamatory drug (NSAID)
berbentuk topikal. Selain sebagai anti-inflamasi,
benzydamine HCl juga mempunyai efek
analgesia sebagai anestetik lokal yang tidak
mengubah fungsi mukosa oral, bahkan dapat
berperan sebagai protektor mukosa sehingga

58
akan mengurangi nyeri tenggorok akibat
kerusakan mukosa (Firza et al., 2017). Merek
dagang benzyldamine di pasaran antara lain,
tanflex, tantum verde, pharixia, benficlam,
Coolora Mouthwash, dan Pharixia Alcohol Free.
Berikut merupakan contoh obat Benzydamine
dengan merek Tantum Verde yang dapat dilihat
pada Gambar 15.

Gambar 15. Tantum Verde


Sumber : https://bit.ly/3tSX2kJ

Indikasi:

Kondisi inflamasi orofaring yang sakit.

Efek Samping:

Rasa menyengat atau kekakuan.

59
E. KAJIAN ANALGETIK DALAM AL-QURAN
DAN HADIST
Analgetik adalah obat pereda nyeri untuk
menghilangkan rasa sakit akibat radang sendi,
operasi, cedera, sakit gigi, sakit kepala, kram
menstruasi, dan nyeri otot. Obat pereda nyeri
analgesik ditelan lewat mulut (diminum) sesuai
anjuran dokter atau sesuai petunjuk yang tertera pada
kemasan. Penggunaan dosis dan lama waktu
konsumsi obat ditentukan berdasarkan kondisi medis
dan respon tubuh terhadap perawatan.

1. Jahe (Zingiber officinale)


Jahe mempunyai banyak khasiat yaitu dapat
menurunkan rasa nyeri. Beberapa hasil penelitian
tentang manfaat dan khasiat jahe yang terbukti dapat
meredakan/menurunkan skala nyeri. Rimpangnya
yang mengandung zingiberol dan kurkuminoid
terbukti berkhasiat mengurangi peradangan dan
nyeri. Tanaman ini disebutkan dalam Al-Qur’an,
surat Al Insan ayat 17
ۚ ‫َويُ ْسقَوْ نَ فِ ْيهَا َكْأسًا َكانَ ِمزَ ا ُجهَا زَ ْن َجبِ ْياًل‬

60
Artinya : "Dan di sana mereka diberi segelas
minuman bercampur jahe" (Q.s Al Insan:17)
2. Cengkeh
Cengkeh ialah tanaman obat penghilang rasa sakit
yang pertama adalah cengkeh yang dipercaya dapat
mengatasi nyeri di kepala, inflamasi sendi, dan sakit
gigi. Eugenol merupakan bahan aktif yang
terkandung dalam cengkeh, yang dipercaya dapat
menghilangkan nyeri secara alami.

ِ ۗ ‫َاب َو ِم ْن ُك ِّل الثَّ َم ٰر‬


‫ت اِ َّن‬ َ ‫ت لَ ُك ْم بِ ِه ال َّزرْ َع َوال َّز ْيتُوْ نَ َوالنَّ ِخي َْل َوااْل َ ْعن‬ ُ ِ‫يُ ۢ ْنب‬
َ ِ‫فِ ْي ٰذل‬
‫ك اَل ٰ يَةً لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬
Artinya : "Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan
untuk kamu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur
dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran
Allah) bagi orang yang berpikir" (Q.s An nahl:11)
3. Kunyit
Kunyit tanaman ini juga banyak digunakan
sebagai bumbu masakan, terkenal akan kandungan
kurkumin yang dipercaya dapat meredakan nyeri
otot. Selain itu, wanita yang sedang mengalami

61
rematik juga sebaiknya mengonsumsi kunyit untuk
meredakan rasa sakit yang diderita. Kunyit juga
dipercaya memiliki efek anti inflamasi yang dapat
membantu meredakan nyeri pada penyakit
osteoartritis, dan nyeri dada.
4. Cabe Puyang
Cabe puyang terkenal sebagai salah satu jamu
pegal linu yang tentu saja khasiat utamanya adalah
menghilangkan pegal-pegal karena kecapean,
maupun sakit pinggang. Selain itu, cabe puyang juga
bermanfaat untuk menghilangkan kesemutan. Jamu
cabe puyang ini terdiri dari cabe jamu dan puyang,
ditambahkan rempah dan bahan lainnya.
5. Temulawak
Tanaman obat ini bisa dijadikan jamu tradisional
dengan tambahan asam jawa, gula aren, daun pandan
serta jinten. Jamu temulawak baik untuk anak-anak
maupun orang tua karena bisa menyembuhkan
keluhan sakit kepala, mual, dan menghilangkan
gejala masuk angin.
6. Bawang putih

62
Bawang putih dipercaya dapat menyembuhkan
berbagai penyakit ringan seperti flu, demam, dan lain
sebagainya. Salah satu manfaat bawang putih yang
lain adalah untuk mengatasi penyakit telinga.
7. Daun pappermint
Tanaman obat penghilang rasa sakit selanjutnya
adalah daun pappermint yang terkenal memiliki
kandungan bernama carvacrol, menthol, dan
limonene. Daun pappermint bisa dijadikan sebagai
minyak esensial yang bisa meredakan urat yang
menegang dan masalah yang berhubungan dengan
nyeri otot.
8. Minyak zaitun
Minyak zaitun Minyak zaitun mengandung
senyawa yang disebut oleocanthal. Kerja senyawa
tersebut sebagai pereda nyeri dan mengurangi
peradangan. Selain itu minyak zaitun juga
mengandung prostaglandin yang dapat digunakan
untuk mengurangi pembengkakan dan nyeri. Imam
Al-Qurtubi mengatakan zaitun memiliki banyak
manfaat terutama dalam bentuk ekstrak minyak.

63
Namanya pun diabadikan dalam Alquran Allah
berfirman: (at tin ayat 1-3) dan annur ayat 35
‫ َو ٰه َذا ۡالبَلَ ِد ااۡل َ ِم ۡي ۙ ِن‬# َ‫ َوطُ ۡو ِر ِس ۡينِ ۡي ۙن‬# ‫َوالتِّ ۡي ِن َوال َّز ۡيتُ ۡو ۙ ِن‬
Artinya : "Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun (1)
demi gunung sinai (2) dan demi negeri (Mekah) yang
aman ini(3)" (Q.s at tin :1-3)

‫ض َمثَ ُل نُوْ ِر ٖه َك ِم ْش ٰكو ٍة فِ ْيهَا ِمصْ بَا ۗ ٌح اَ ْل ِمصْ بَا ُح‬ ‫هّٰللَا‬
ِ ۗ ْ‫ت َوااْل َر‬ِ ‫ُ نُوْ ُر السَّمٰ ٰو‬
ٌّ ‫اجةُ َكاَنَّهَا َكوْ َكبٌ ُد ِّر‬
‫ي يُّوْ قَ ُد ِم ْن َش َج َر ٍة ُّم ٰب َر َك ٍة زَ ْيتُوْ نَ ٍة‬ ُّ َ‫فِ ْي ُز َجا َج ۗ ٍة ا‬
َ ‫لز َج‬
‫ض ۤ ْي ُء َولَوْ لَ ْم تَ ْم َس ْسهُ نَا ۗ ٌر نُوْ ٌر ع َٰلى‬
ِ ُ‫اَّل شَرْ قِيَّ ٍة َّواَل غَرْ بِيَّ ٍۙة يَّ َكا ُد َز ْيتُهَا ي‬
‫اس َوهّٰللا ُ بِ ُك ِّل‬ ‫هّٰللا‬ ۤ ‫هّٰللا‬
ِ ۗ َّ‫نُوْ ۗ ٍر يَ ْه ِدى ُ لِنُوْ ِر ٖه َم ْن يَّ َشا ۗ ُء َويَضْ ِربُ ُ ااْل َ ْمثَا َل لِلن‬
‫ۙ َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬
Artinya : "Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit
dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah
lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada
pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca (dan)
tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan,
yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di
timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja)
hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh
api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah

64
memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang
yang Dia kehendaki, dan Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (Q.s
Annur :35)

F. KAJIAN ETNOSAINS

N NAMA KANDUNGAN MANFAAT


O
1. Minuman Senyawa aktif atau Secara
Kunyit bahan kimia yang alamiah
Asam terkandung dalam memang
kunyit adalah kunyit
Curcumine. dipercaya
memiliki
kandungan
bahan aktif
yang dapat
berfungsi
sebagai
analgetik,

65
antipiretik
dan
antiinflamasi.
Selain itu
dijelaskan
bahwa
minuman
kunyit
sebagai
pengurang
rasa nyeri
pada
dismenorhoea
primer
memiliki efek
samping
minimal.
2. Rebusan Rebusan ini memiliki Jahe, sereh
dari air berbagai fitonutrien d dan ketumbar
jahe, an senyawa mengandung
antibiotik, yang dapat
sereh dan minyak atsiri
membantu tubuh
ketumbar yang akan

66
menghilangkan memperlancar
demam lebih cepat. peredaran
Kunyit mengandung darah juga
curcumin,
berfungsi
antimikroba dengan
sebagai
kualitas antivirus
analgetik
yang terbukti. Selain
untuk
itu mengandung
minyak atsiri
mengurangi
sakit di kepala

3. Daun Daun pepaya Daun pepaya


pepaya mengandung mengandung
berbagai senyawa flavonoid yang
seperti flavonoid, diketahui
enzim papain, mampu
sakarosa, dekstrosa, menghambat
levulosa, protein, pembentukan
karbohidrat, kalsium, radang
fosfor, zat besi penyebab
vitamin A, vitamin nyeri.
B1, vitamin C, air Flavonoid
dan kalori menghambat

67
enzim
siklooksigenas
e I yang
berperan dalam
biosintesa
prostaglandin
sebagai
mediator
pembentukan
rasa nyeri,
sehingga
penghambatan
COX I ini akan
menyebabkan
penghambatan
timbulnya rasa
nyeri.

4 Temulaw Temulawak Temulawak


ak mengandung protein, bisa untuk
lemak, serat, menghambat
karbohidrat, masuknya ion
kurkumin, kalium, kalsium ke
natrium, kalsium, dalam sel epitel

68
magnesium, zat besi, rahim,
mangan, cadmium, sehingga rahim
Curcumin, akan
curcumenol berelaksasi dan
membuat rasa
nyeri
berkurang atau
bahkan hilang.

5 Daun Daun kelor mengand Penggunaan da


kelor ung nutrisi seperti un kelor 
kalsium dan mineral terhadap
seperti tembaga, besi, mencit
seng (zinc), memberikan
magnesium, silika respon
dan mangan. penurunan
nyeri dengan
dosis terbaik
pada dosis 400
mg/kgBB
mencit. Dalam
pengobatan
rematik untuk
mengurangi

69
rasa sakit pada
sendi dan
mengurangi
penumpukan
asam urat pada
sendi, yang
sangat penting
dalam
mengatasi
masalah
rematik atau
asam urat. Juga
bisa untuk
rematik, pegal
linu, nyeri.

MINUMAN KUNYIT ASAM

Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi


antara masa anak dan dewasa dimana terjadi pacu
tumbuh (growth spurt) dan relatif belum mencapai tahap
kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus
menghadapi tekanan emosi dan sosial yang saling

70
bertentangan. Minuman kunyit adalah suatu minuman
yang diolah dengan bahan utama kunyit. Secara alamiah
memang kunyit dipercaya memiliki kandungan bahan
aktif yang dapat berfungsi sebagai analgetik, antipiretik
dan antiinflamasi. Selain itu dijelaskan bahwa minuman
kunyit sebagai pengurang rasa nyeri pada dismenorhoea
primer memiliki efek samping minimal. Senyawa aktif
atau bahan kimia yang terkandung dalam kunyit adalah
Curcumine. Berdasarkan studi pendahuluan yang
diperoleh dari hasil wawancara pada 20 mahasiswi
program studi kebidanan STIKES Harapan Bangsa
Purwokerto menunjukkan bahwa 45 % mengatakan nyeri
ringan, 40 % nyeri sedang, 15 % nyeri berat dan masih
banyak mahasiswa yang belum mengetahui manfaat
minuman kunyit sebagai pereda rasa nyeri saat
menstruasi. Pada dasarnya minuman kunyit telah diakui
masyarakat tradisonal sebagai minuman yang meredakan
nyeri haid (Safitri et al., 2017).

REBUSAN DARI AIR JAHE, SEREH DAN


KETUMBAR

71
Pada sebagian orang ketika sakit kepala, mereka
akan mengobatinya dengan menggunakan obat berbahan
kimia, seperti oskadon, mixagrib, dan lain sebainya.
Pada dasarnya, obat yang berbahan kimia jika
dikonsumsi secara terus-menerus tidak baik untuk
kesehatan, seperti halnya akan merusak kesehatan ginjal.
Oleh karena itu, masyarakat harus mengetahui bahwa
minuman tradisional dapat meredakan sakit kepala.
Minuman tradisional tersebut yaitu air rebusan dari jahe,
sereh dan ketumbar. Semua bahan dalam air rebusan ini
bersifat antimikroba yang kuat. Biji ketumbar dipenuhi
dengan sifat antimikroba, yang membantu sistem
kekebalan tubuh dalam mencegah infeksi. Rebusan ini
memiliki berbagai fitonutrien dan senyawa antibiotik,
yang dapat membantu tubuh menghilangkan demam
lebih cepat. Kunyit mengandung curcumin, antimikroba
dengan kualitas antivirus yang terbukti. Bahan aktif ini
ampuh melawan berbagai virus. Jahe segar dapat
merangsang sel-sel lendir untuk mengeluarkan interferon
atau protein yang melawan virus. Kombinasi bahan-
bahan yang kuat ini dapat memberi perlindungan dari
virus. Di sisi lain, jahe, sereh dan ketumbar mengandung

72
minyak atsiri yang akan memperlancar peredaran darah
juga berfungsi sebagai analgetik untuk mengurangi sakit
di kepala (Sudarmin, 2014).

DAUN PEPAYA

Daun pepaya mengandung berbagai senyawa seperti


flavonoid, enzim papain, sakarosa, dekstrosa, levulosa,
protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi vitamin A,
vitamin B1, vitamin C, air dan kalori. Flavonoid adalah
senyawa yang dapat melindungi membran lipid dari
kerusakan dan menghambat enzim cyclooxygenase I
yang merupakan jalur pertama sintesis mediator nyeri
seperti prostaglandin. Daun pepaya yang mengandung
berbagai macam enzim salah satunya yaitu enzim papain
memiliki aktifitas sebagai analgetik dan anti inflamasi
(Afrianti et al., 2015).

TEMULAWAK

73
Kurkumin yang terkandung dalam temulawak berfungsi
untuk menghambat masuknya ion kalsium ke dalam sel
epitel rahim, sehingga rahim akan berelaksasi dan
membuat rasa nyeri berkurang atau bahkan hilang.
Kurkumin merupakan senyawa fitofarmaka yang
memiliki beberapa efek biologis, yaitu efek
antidislipidemia, antioksidan, antiinlamasi, antiviral,
antifungal, menghambat pembentukan plak
aterosklerosis, menghambat pertumbuhan bakteri
Helicobacter pylori, mengikat merkuri dan kadmium,
mencegah kanker, serta dapat melindungi hati.
Temulawak juga kaya akan kandungan minyak atsiri.
(Sukini et al., 2017)

DAUN KELOR

Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu


tanaman hias asli yang digunakan pada daerah tropis dan
sub tropis. Di Indoesia sendiri, tanaman ini tersebar luas
diberbagai daerah, dan sering digunakan sebagai bahan
masakan (Fatmawati, et al., 2016).

74
RANGKUMAN

1. Analgentik pada umumnya disebut analgesik


merupakan obat yang selektif mengurangi rasa sakit
dengan bertindak dalam sistem saraf pusat atau pada
mekanisme nyeri perifer, tanpa menghilangkan
kesadaran.
2. Analgetik dibagi menjadi 2 kelompok besar, yakni:
(1) Analgetik perifer (non narkotik), yang terdiri dari
obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak
bekerja sentral
3. Analgetik opioid berfungsi untuk meredakan atau
menghilangkan rasa nyeri seperti pada fraktur dan
kanker. Sedangkan, analgetik non-narkotik atau obat
analgesik perifer berfungsi untuk menghilangkan
atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada
sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek
menurunkan tingkat kesadaran.
4. Merek dagang kodein antara lain, codeine phosphate
hemihydrate, Merek dagang fentanil antara lain
durogesic, fentanyl citrate dan fentanyl. Merek
dagang asetosal antara lain Acetylsalicylic Acid,

75
Apstor, Ascardia, Aspilets, Astika, Bodrexin, Cardio
Aspirin, Cartylo, Thrombo Aspilets. Merek dagang
ibuprofen antara lain, Arbupon, Bodrex Extra,
Bodrexin IBP, Ibuprofen, Intrafen, Neo Rheumacyl,
Novaxifen, Oskadon SP, Paramex Nyeri Otot,
Procold Obat Sakit Kepala, Proris. Merek dagang
asam mefenamat antara lain, mefinal, anastan,
opistan, lapistan, omestan, asmef, trifastan, ponstan,
novastan, mefinter. Merek dagang benzyldamine di
pasaran antara lain, tanflex, tantum verde, pharixia,
benficlam, Coolora Mouthwash, dan Pharixia
Alcohol Free.
5. Ada beberapa obat tradisional yang bisa
menghilangkan rasa nyeri diantaranya jahe, kunyit,
temulawak, cabe puyang, bawang merah, minyak
zaitun, cengkeh, dan daun pappermint.
6. Kajian etnosains yang digunakan untuk analgesik
yaitu minuman kunyit asam, rebusan dari air jahe,
sereh dan ketumbar serta papaya. Ketiga produk
local tersebut digunakan untuk meredakan nyeri.

76
LATIHAN SOAL
1. Asam mefenamat berfungsi untuk meredakan
nyeri seperti sakit gigi, sakit kepala, dan nyeri
haid. Dalam penggunaan obat ini terdapat
beberapa peringatan karena dapat menyebabkan
bahaya bagi tubuh jika terdapat kesalahan pada
penggunaannya. Bagaimana penggunaan (dosis)
obat asam mefenamat yang tepat dan efek
samping apa yang dapat dialami oleh tubuh jika
mengkonsumsi asam mefenamat?
2. Nyeri tenggorok dan suara serak merupakan
komplikasi pascaoperasi yang dapat terjadi pada
pasien yang menjalani operasi dengan anestesi
umum dan intubasi pipa endotrakeal. Obat apa
yang dapat mengatasi nyeri tenggorok pada kasus
tersebut? Bagaimana mekanisme kerja obat
tersebut dalam mengatasi nyeri tenggorok?
3. Seorang pasien mengeluh mengalami gejala-
gejala flu, mulai dari demam dan pegal-pegal di
seluruh tubuh. Oleh karena itu, untuk meredakan
deman dan pegal-pegal dari gejala-gejala flu

77
tersebut, pasien mengonsumsi aspirin. Apa
intervensi yang tepat untuk dilakukan?
Bagaimana cara pencegahan jika terdapat gejala-
gejala baru yang tidak inginkan dari konsumsi
aspirin tersebut?
4. Seorang anak “jalanan” mengalami
ketergantungan fisik dari analgetik narkotika.
Oleh karena itu, ketika dia mengalami berbagai
masalah, dia akan mengonsumsi obat-obatan dari
analgetik narkotik secara terus-menerus. Apa
efek samping serius dari analgetik narkotik?
Kapan gejala-gejala putus obat analgetik narkotik
terjadi? Jelaskan gejala-gejalanya!
5. Obat Paracetamol biasanya digunakan untuk
menurunkan panas namun terkadang penggunaan
paracetamol dalam beberapa hari terkadang
belum tentu menurunkan panas saat demam. Nah
bagaimana mekanisme kerja dari obat
paracetamol dalam tubuh sehingga dapat
menurunkan panas saat demam dan mengapa
penggunaan paracetamol belum tentu
menurunkan panas saat demam?

78
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, R., Yenti, R., & Meustika, D. (2015). Uji
Aktifitas Analgetik Ekstrak Etanol Daun Pepaya
(Carica papaya L.) pada Mencit Putih Jantan yang
di Induksi Asam Asetat 1%. Jurnal Sains Farmasi
& Klinis, 1(1), 54.
https://doi.org/10.29208/jsfk.2014.1.1.12

Bahrir, A. J. (2019). Penyalahgunaan Obat Kodein dan


Tahapan Pembuktiannya: Tiga Laporan Kasus.
Chemica: Jurnal Ilmiah Kimia dan Pendidikan
Kimia, 20(2), 102.
https://doi.org/10.35580/chemica.v20i2.13631

Firza, T. A., Umar, N., & Ihsan, M. (2017).


Perbandingan Obat Kumur Benzydamine
Hydrochloride 22,5 mg dan Ketamin 40 mg dalam
Mengurangi Nyeri Tenggorok dan Suara Serak
Akibat Intubasi Endotrakeal. Jurnal Anestesi
Perioperatif, 5(1), 10–20.
https://doi.org/10.15851/jap.v5n1.997

Gunawan, S. G. (2012). Farmakologi dan Terapi Edisi

79
5. Badan Penerbit FKUI.

Harimurti, S., Ulandari, S., Widada, H., & Damarwati,


V. L. (2020). Identifikasi Parasetamol dan Asam
Mefenamat pada Jamu Pegel Linu dan Asam Urat
yang Beredar di Daerah Istimewa Yogyakarta.
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and
Clinical Research, 5(2), 179.
https://doi.org/10.20961/jpscr.v5i2.41929

Indijah, S. W., & Fajri, P. (2016). Farmakologi. Pusdik


SDM Kesehatan.

Kuntari, T. Aprianto, R. Hadiyati Noor, B. (2017).


OBAT SAKIT KEPALA DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV. 6(1), 31–40.

Lubis, N. M. D., & Ramadhania, Z. M. (2018). Efek


Samping Penggunaan Kodein Pada Pediatrik.
Farmaka, 16(2), 64–70.

Mita, R. S., & Husni, P. (2017). Pemberian Pemahaman


Mengenai Penggunaan Obat Analgesik Secara
Rasional Pada Masyarakat Di Arjasari Kabupaten
Bandung. Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat, 6(3),

80
193–194.

Oktaviana, E., Hidayati, I. R., & Pristianty, L. (2019).


Pengaruh Pengetahuan terhadap Penggunaan Obat
Parasetamol yang Rasional dalam Swamedikasi
(Studi pada Ibu Rumah Tangga di Desa Sumberpoh
Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo). Jurnal
Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 4(2),
44. https://doi.org/10.20473/jfiki.v4i22017.44-50

Rudi Hartono, Wiwi Jaya, D. R. B. (2013). Pengaruh


Pemberian Fentanyl 1µg/Kgbb Sebagai Ajuvan
pada Bupivacaine 0,5% Pada Pasien yang Akan
Dilakukan Epidural di Rumah Sakit Saiful Anwar
Malang Terhadap Onset Blok Motorik dan Sensorik
The. Jurnal anestesi, 5(2), 22–33.

Safitri, M., Utami, T., & Sukmaningtyas, W. (2017).


Pengaruh Minuman Kunyit Asam terhadap
Penurunan Skala Nyeri Haid Primer pada
Mahasiswi D3 Kebidanan. Jurnal Kesehatan, 3–8.

Siswandono. (2016). KIMIA MEDISINAL 2, Edisi


Kedua (Nomor October 2016). Airlangga

81
University Press.

Sudarmin. (2014). Pendidikan Karakter Etnosains dan


Kearifan Lokal. Fakultas MIPA Universitas Negeri
Semarang.

Tjay, T. H., & Rahardja, K. (2007). Obat-obat Penting


Khasiat, Penggunaan dan Efek Sampingnya. PT
Elex Media Komputindo.

Wardoyo, A. V., & Zakiah Oktarlina, R. (2019).


LITERATURE REVIEW Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Terhadap Obat Analgesik Pada
Swamedikasi Untuk Mengatasi Nyeri Akut.
Association Between the Level of Public Knowledge
Regarding Analgesic Drugs And Self-Medication in
Acute Pain, 10(2), 156–160.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.138

82

Anda mungkin juga menyukai