Anda di halaman 1dari 3

http://greenhati.blogspot.

com/2009/05/obat-analgetik-dan-
farmakodinamikanya.html

obat Analgetik dan farmakodinamikanya

Obat analgetik atau obat penghilang atau mengurangi rasa nyeri pada tubuh.
ANALGETIKA
Obat analgetik atau bahasa simpelnya adalah obat penghilang atau setidaknya mengurangi rasa
nyeri yang hebat pada tubuh seperti patah tulang dan penyakit kanker kronis
Analgetika merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit
atau nyeri (diakibatkan oleh berbagai rangsangan pada tubuh misalnya rangsangan mekanis,
kimiawi dan fisis sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan yang memicu pelepasan
mediator nyeri seperti brodikinin dan prostaglandin yang akhirnya mengaktivasi reseptor nyeri di
saraf perifer dan diteruskan ke otak) yang secara umum dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu
analgetika non narkotik (seperti: asetosat, parasetamol) dan analgetika narkotik (seperti :
morfin).
Terkadang, nyeri dapat berarti perasaan emosional yang tidak nyaman dan berkaitan dengan
ancaman seperti kerusakan pada jaringan karena pada dasarnya rasa nyeri merupakan suatu
gejala, serta isyarat bahaya tentang adanya gangguan pada tubuh umumnya dan jaringan
khususnya. Meskipun terbilang ampuh, jenis obat ini umumnya dapat menimbulkan
ketergantungan pada pemakai
Untuk mengurangi atau meredakan rasa sakit atau nyeri tersebut maka banyak digunakan obat-
obat analgetik (seperti parasetamol, asam mefenamat dan antalgin) yang bekerja dengan
memblokir pelepasan mediator nyeri sehingga reseptor nyeri tidak menerima rangsang nyeri.
Terdapat perbedaan mencolok antara analgetika dengan anastetika umum yaitu meskipun sama-
sama berfungsi sebagai zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri namun, analgetika
bekerja tanpa menghilangkan kesadaraan. Nyeri sendiri terjadi akibat rangsangan mekanis,
kimiawi, atau fisis yang memicu pelepasan mediator nyeri. Intensitas rangsangan terendah saat
seseorang merasakan nyeri dinamakan ambang nyeri (Tjay, 2002).
Analgetika yang bekerja perifer atau kecil memiliki kerja antipiretik dan juga komponen kerja
antiflogistika dengan pengecualian turunan asetilanilida (Anonim, 2005).
Nyeri ringan dapat ditangani dengan obat perifer (parasetamol, asetosal, mefenamat atau
aminofenazon). Untuk nyeri sedang dapat ditambahkan kofein dan kodein. Nyeri yang disertai
pembengkakan sebaiknya diobati dengan suatu analgetikum antiradang (aminofenazon,
mefenaminat dan nifluminat). Nyeri yang hebat perlu ditanggulangi dengan morfin. Obat
terakhir yang disebut dapat menimbulkan ketagihan dan menimbulkan efek samping sentral yang
merugikan (Tjay, 2002).
Kombinasi dari 2 analgetik sangat sering digunakan karena terjadi efek potensial misalnya kofein
dan kodein khususnya dalam sediaan parasetamol dan asetosal
Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar yaitu:

1. Obat Analgetik Narkotik


Obat Analgetik Narkotik merupakan kelompok obat yang memiliki sifat opium atau morfin.
Analgetika narkotik, khusus digunakan untuk mengahalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura
dan kanker.Meskipun memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain, golongan obat
ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri yang hebat. Meskipun
terbilang ampuh, jenis obat ini umumnya dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakai.
Obat Analgetik Narkotik ini biasanya khusus digunakan untuk mengahalau rasa nyeri hebat,
seperti pada kasus patah tulang dan penyakit kanker kronis.

2. Obat Analgetik Non-Narkotik

Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah
Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari
obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik
Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau
meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga
efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini
juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan
Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Efek samping obat-pbat analgesik perifer: kerusakan lambung, kerusakan darah, kerusakan hati
dan ginjal, kerusakan kulit
Penggunanan analgetik dalam dosis tinggi dan lama sangat tidak dianjurkan
Interaksi: kebanyakan analgetik memperkuat efek antiguakulansia kecuali parasetamol dan
glafenin. Kedua obat ini pada dosis biasa dapat dikombinasi dengan aman untuk jangka waktu 2
minggu

Pada wanita hamil obat analgesik sangat tidak dianjurkan kecuali parasetamol karena dapat
mengganggu perkembangan janin

Penggunaan analgetika perifer mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri, tanpa
mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kombinasi
dari dua atau lebih analgetika sering kali digunakan, karena terjadi efek potensiasi (Tjay, 2002).
Analgetika narkotik merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau
morfin. Meskipun memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain, golongan obat ini
terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri yang hebat. Meskipun
terbilang ampuh, jenis ini dapat menimbulkan ketergantungan pada si pemakai. Seiring
berjalannya waktu, ditemukannya obat yang bersifat campuran agonis dan antagonis jenis ini
yang mampu meniadakan ketergantungan fisik, maka penggunaan istilah analgesik narkotik
untuk pengertian farmakologik tidak sesuai lagi (Anonim, 1995).
V

Analgesik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang digunakan
sebagai penahan sakit. Obat analgesik termasuk oban antiradang non-steroid (NSAID) seperti
salisilat, obat narkotika seperti morfin dan obat sintesis bersifat narkotik seperti tramadol.

NSAID seperti aspirin, naproksen, dan ibuprofen bukan saja melegakan sakit, malah obat ini
juga bisa mengurangi demam dan kepanasan. Analgesik bersifat narkotik seperti opioid dan
opidium bisa menekan sistem saraf utama dan mengubah persepsi terhadap kesakitan (noisepsi).
Obat jenis ini lebih berkesan mengurangi rasa sakit dibandingkan NSAID.

Analgesik seringkali digunakan secara gabungan serentak, misalnya bersama parasetamol dan
kodein dijumpai di dalam obat penahan sakit (tanpa resep). Gabungan obat ini juga turut
dijumpai bersama obat pemvasocerut seperti pseudoefedrin untuk obat sinus, atau obat
antihistamin untuk alergi.

Jenis-jenis obat analgesik ialah:

 Aspirin
 Asetaminofen
 Kodein

Anda mungkin juga menyukai