Anda di halaman 1dari 42

Oleh

Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt. M.kes


PENGERTIAN ANALGETIKA
 Analgetika atau obat penghalang nyeri
adalah zat-zat yang mengurangi rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran
 Analgetika juga dapat berkhasiat
sebagai Antipiretika atau anti Inflamasi
Pengertian Antipiretika
 Demam adalah tingkat suhu yg lebih tinggi;
gejalapenyerta infeksi; reaksi tangkis bagi
tubuh terhadapinfeksi.
 Suhu > 37°C limfosit & makrofag lebih aktif;
suhu> 40 - 41°C menjadi kritis & fatal (tidak
terkendalikan oleh tubuh).
 Reseptor suhu & pusat termoregulasi
terletak di hipotalamus.
 Antipiretika adalah zat yg menurunkan
suhu tubuh sampai nilai ambang normal
(37°C).
Antiinflamasi
 Merupakan analgetika yang dapat
meredakan radang
Patofisiologi Nyeri
 Nyeri adalah perasaan sensoris dan
emosional yang tidak enak dan yang
berkaitan dengan (ancaman) kerusakan
jaringan.
 Nyeri merupakan suatu perasaan
pribadi dan ambang toleransi nyeri
berbeda-beda bagi setiap orang
NYERI
 Nyeri merupakan suatu gejala yang
berfungsi melindungi tubuh.
 Nyeri merupakan isyarat tentang adanya
gangguan pada jaringan seperti :
Peradangan, Infeksi jasad renik, Kejang
otot / kontraksi
 Nyeri dapat disebabkan oleh
rangsangan mekanis, kimiawi atau fisik.
Mediator dan Ambang Nyeri
1. Mediator nyeri antara lain :
 Histamin
 Serotonin
 Leukotrin
 Prostaglandin

2. Ambang nyeri adalah tingkat dimana


nyeri dirasakan untuk pertama kali
Penatalaksanaan nyeri & kualitas
hidup
 Tujuan penatalaksanaan nyeri hebat
tidak hanya meredakan nyeri tapi juga
meningkatkan kualitas pasien sehingga
dapat hidup normal.
 Kebanyakan ditujukan untuk penderita
kanker
Pedoman penatalaksaan /
penanganan nyeri
1.Tentukan diagnosa nyeri dg tepat
2.Bila belum perlu, jangan memberi obat
analgetik.
3.Libatkan faktor psikologis (kesabaran &
kekuatan individu) untuk mengatasi
nyeri.
4.Tentukan jenis obat & dosis secara
individual.
Penatalaksanaan nyeri
1.Berdasarkan proses terjadinya / menurut
jenisnya, nyeri dapat dihalau dg cara
 Analgetik perifer → merintangi
terbentuknya impuls pd reseptornyeri
 Anestetika lokal → merintangi
penyaluran impuls di saraf sensoris.
 Analgetik sentral/narkotika & anestetika
umum → keduanyamemblokir pusat
nyeri di SSP
Penatalaksanaan nyeri (Lanjutan……)
2.Menurut derajat nyeri
 Nyeri ringan / nyeri disertai demam → obat
analgetika perifer (parasetamol, asetosal,
mefenaminat, propifenazon,aminofenazon).
 Nyeri sedang → analgetik perifer + opiat lemah
(kodein) atau ditambah kofein.
nyeri sedang + bengkak / akibat trauma (jatuh,
tabrakan) →analgetik, antipiretik, antiinflamasi
(NSAIDs & aminofenazon).
 Nyeri hebat → morfin atau analgetik opiat
lainnya. (lihat tangga analgetika menurut
WHO).
Klasifikasi analgetik
Berdasarkan kerja farmakologinya, analgetika
dibagi :
1. Analgetika perifer (non-narkotika)
Tidak bekerja sentral (bekerja terutama pd
perifer) & tidak bersifat narkotika
Berkhasiat lemah (sampai sedang)
Bersifat antipiretika & kebanyakan bersifat anti
inflamasi & anti reumatik.
2. Analgetika narkotika
bekerja sentral (hipno analgetika)
berkhasiat kuat
Menghalau rasa nyeri hebat (kanker).
Tangga Analgetika (WHO)

1. Non-Opioid

2. Opioid Lemah

3. Opioid Kuat
1. Non-Opioid
Aspirin,
Parasetamol

Untuk Nyeri Non- Adjuvan dapat


Ringan Opioid diberikan

Bila Nyeri
menetap atau
bertambah
terus ketahap
berikutnya
2. Opiod Lemah
Untuk Nyeri
Ringan-
Sedang

Dapat
diberikan Opioid Contoh
Codein atau
Pengobatan
adjuvan Lemah Tramadol

Dapat
dikombinasi
dengan
Parasetaml
3. Opioid Kuat
Untuk Nyeri
Sedang-Kuat

Dapat
ditambahkan
Opioid Contohnya,
Morfin,
methadon,
Adjuvan Kuat Fentanyl patch

Dapat
ditambahkan
analgetika
non-opioid
Terapi Adjuvan
 Sebagai tata laksana dari efek samping
analgetika (Contoh : Anti emetika dan
laksativa)
 Peningkatan efek anti nyeri (Contoh :
Kortikosteroid pada nyeri kompresi
syaraf)
 Sebagai tata laksana dari gangguan
psikologis (Contoh : Sedativa dan
antidepressan dan ansiolitik)
Golongan NSAID
 NSAID adalah Non Steroidal Anti-
inflammatory Drugs
 Merupakan obat untuk mengurangi
peradangan, meredakan nyeri dan
menurunkan demam
 Bekerja dengan cara menghambat
medioator nyeri yaitu prostaglandin
 Umum digunakan untuk mengobati OA
(osteo Arthritis), GA (Gout arthritis) dan
Rheumatoid arthritis
1. Golongan salisilat (Aspirin)
 Saat ini cukup jarang digunakan sebagai anti
radang  digantikan oleh ibuprofen, dll

 Mekanisme aksi :
1. Efek anti inflamasi  inhibitor non selektif COX
2. Efek analgetik  secara sentral bekerja di
hipotalamus yaitu bagian otak yang
mempengaruhi pengaturan rasa nyeri (efektif
untuk nyeri ringan sampai sedang)
3. Efek antipiretik  inhibitor interleukin 1
(dilepaskan dari makrofag selama inflamasi)
4. Efek antiplatelet  menghambat platelet COX
secara irreversibel
 Aspirin umumnya dijual bebas  OTC
 Dosis tinggi salisilat dapat menimbulkan efek
toksik pada SSP, efeknya diawali dengan
stimulasi (perangsangan), kemudian diikuti
dengan depresi. Timbul rasa bingung, pusing,
tuli terhadap nada tinggi, mual dan muntah.
 Pada pemberian oral, salisilat dapat diserap
dengan cepat (sebagian di lambung dan
sebagian di usus halus bagian atas)
 Pada pemberian secara rektal, absorbsi
salisilat terjadi lebih lambat sehingga tidak
dapat diharapkan
 Sediaan :
- Asam Asetilsalisilat / Asetosal tablet 300 mg dan
500 mg.
- Nama branded : Naspro 300mg tablet dan
Aspirin 500 mg tablet
- Asam Asetilsalisilat 80 mg,160 mg (anti platelet)
- Nama branded : Aspilet 80 mg tablet, Ascardia
80 mg tablet dan Cafenol 100mg tablet

 Efek samping : GI upset, ulcer (ulkus peptik),


mual, muntah, hepatotoksik, asma, skin rash,
pendarahan GI
 Efek antiplatelet pada aspirin  kontraindikasi
pada pasien hemofilia
2. Golongan salisilat non-asetilasi
a. Inhibitor selektif COX 2
• tujuan utama : menghambat COX 2 tanpa mempengaruhi
efek COX 1 (pada saluran GI)  efek buruk pada GI dapat
menurun drastis
• Inhibitor selektif COX 2 tidak memiliki efek kardioprotektif
• Banyak terjadi kasus trombosis kardiovaskuler (rofecoxib dan
valdecoxib)  withdrawal
• Contoh : celecoxib, meloxicam, valdecoxib,
b. Inhibitor COX non selektif
• efek merugikan yang utama : GI upset, GI bleeding, GI ulcer,
• Contoh obat : Na-diklofenak, K-diklofenak, ibuprofen,
indometasin, ketoprofen, ketorolak, asam mefenamat,
fenilbutazon, piroxicam
 Pasien insufisiensi renal  pilih golongan
salisilat non-asetilasi
 Diklofenak  diasosiasikan dengan fungsi hati
yang menurun, risiko efek negatif pada
kardiovaskuler
 Inhibitor selektif COX 2  lebih mahal dibanding
yang lain + paling aman untuk pasien gangguan
lambung, namun berisiko tinggi pada gangguan
kardiovaskuler
 Pemilihan NSAID harus mempertimbangkan :
efficacy, cost-effectiveness, safety, dan faktor
personal pasien (ex : obat lain yang sedang
dipakai, penyakit penyerta, kepatuhan pasien) 
tidak ada NSAID terbaik untuk semua pasien
 Sediaan :
- Asam Mefenamat (analgetik)
Dosis : 3 kali 250mg-500mg/hari
Nama branded : Ponstan 500 mg/kaplet
- Meklofenamat Natrium (anti inflamasi)
Dosis : untuk penyakit sendi 200-400mg/hari
Nama branded : Meclomen 50 mg kapsul dan 100 mg
kapsul
- Diklofenak Natrium :
Dosis : 25-50 mg 2-3 kali sehari. (maks 100 mg/hari)
Nama branded : Renadinac 25-50 mg/ tablet, voltadex 50
mg/tablet
 Sediaan :
- Ibuprofen (analgesik dengan daya anti
inflamasi yang tidak terlalu kuat)
Dosis : 4 x 400 mg
Nama branded : Proris suspensi 100
mg/5ml
II. DMARDS (DISEASE MODIFYING ANTIRHEUMATIC DRUGS)

1. METOTREKSAT

 Saat ini digunakan sebagai first choice


(DOC) untuk mengatasi RA
 Dosis yang digunakan lebih rendah
dari dosis kemoterapi
 Mekanisme aksi : menghambat
timidilat sintetase
 Nama branded ?
2. KORTIKOSTEROID

 Penggunaan pada pasien RA sekitar


60-70%
 Kortikosteroid mampu memperlambat
timbulnya erosi tulang
 Untuk terapi jangka panjang  dosis
tidak melebihi 7,5 mg/hari dan perlu
tappering dose  mengapa ?
III. ANALGETIK GOLONGAN LAIN
1. PARASETAMOL

 Efek analgetik : Paracetamol sama dengan


salisilat dapat menghilangkan nyeri ringan
sampai sedang
 Dapat diberikan 3-4 jam untuk keadaan-
keadan seperti sakit kepala, nyeri haid,
artralgia (nyeri sendi), mialgia, dll
 Efek Antipiretik : menurunkan demam
berdasarkan efek sentral mirip salisilat
 Efek anti inflamasi : sangat lemah (hampir
tidak ada), tidak digunakan sebagai anti
reumatik
 Paracetamol diserap cepat dan sempurna
melalui saluran cerna.
 Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai
dalam waktu setengah jam, masa paruh
dalam plasma antara 1 – 3 jam.
 Indikasi / Penggunaan : analgetik-antipiretik
 Sediaan :
- Paracetamol 500mg tablet dan Parasetamol
sirup 125mg/5ml
- Nama branded : Panadol 500 mg tablet,
Panadol sirup 125 mg/5ml
 Efek samping : hepatotoksik (mual muntah,
diare, nyeri abdomen), pusing, disorientasi
B. ANTIPIRAI

 Pirai = gout arthritis (GA)  hiperurisemia


 Kadar asam urat lebih tinggi dari normal
> 7 mg/dL pada pria (normal : 3,5-7 mg/dL)
> 6 mg/dL pada wanita (normal : 2,6-6 mg/dL)
(WHO)
 Hiperurisemia asimtomatik  tidak perlu terapi
 GA kronis  deposit tofus (tophaceous) 
merupakan komplikasi hiperurisemia
 terapi penurun kadar asam urat (dengan
urikosurik atau urikostatik) efektif bagi pasien
dengan lebih dari 2x serangan GA per tahun
 kelompok obat pirai, yaitu :
1. Obat pada serangan akut :
- Obat yang menghentikan proses inflamasi akut
yaitu : NSAID, colchicine (Colchicine IV 
discontinued)
- Pasien GA yang kontraindikasi dengan NSAID
(PUD, gangguan ginjal/hati, hipersensitif) atau
tidak dapat menelan obat (ex : tidak sadar) 
kortikosteroid IV (intra vena)/ IA (intra articular)
2. Obat profilaksis :
Serangan GA berulang dicegah dengan terapi
penurun kadar asam urat :
a. urikosurik
b. urikostatik
COLCHICINE

 adalah suatu anti inflamasi yang unik terutama


untuk penyakit pirai
 Sifat anti radang colchicine spesifik untuk
penyakit pirai
 Absorbsi melalui saluran cerna baik
 Efek samping : mual, muntah, kadang-kadang
diare berat, terutama dengan dosis maksimal.
Bila efek ini terjadi, pengobatan harus
dihentikan, walaupun efek terapi belum
tercapai  maka jarang digunakan
 SEDIAAN ?
 NAMA BRANDED ?
 POTENSI ?
URIKOSURIK
 Mekanisme aksi :
Meningkatkan kliren renal dari asam urat
dengan menghambat reabsorpsi asam
urat di tubulus ginjal
 Contoh : probenesid, sulfinpirazon
 Urikosurik harus dihindari pada pasien
dengan gangguan ginjal (CrCl <
50/menit)
 SEDIAAN ?
 NAMA BRANDED ?
 POTENSI ?
URIKOSTATIK
ALLOPURINOL

 Allopurinol  xantine oxidase inhibitor


 Waktu paruh panjang  penggunaan 1x
sehari
 Dosis allopurinol  adjusment dari dosis
rendah (100 mg/hari) ke dosis optimal
(300 mg/hari)
 Allopurinol tidak direkomendasikan bagi
pasien dengan fungsi hati yang menurun
 SEDIAAN ?
 NAMA BRANDED ?
 POTENSI ?

Anda mungkin juga menyukai