MATERI PRAKTIKUM 5
ANALISIS EFEK TOKSISITAS AKUT OBAT PADA HEWAN UJI
DISUSUN OLEH :
KELAS : IV B FARMASI
KELOMPOK : KLOTER A3/KELOMPOK 3
NAMA ANGGOTA : 1. SIFA RADIANA P. (P27241020118)
2. SUSTRININGSIH K. (P27241020119)
3. UMAHATUL KIROM (P27241020120)
4. UUN ROCHMAWATI (P27241020121)
HARI/ TGL PRAKTIKUM : SENIN/ 11 APRIL 2022
DOSEN PEMBIMBING : apt. Nur Atikah, M.Sc.
Muhammad Anugerah Alam W., M.Si., Apt
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN FARMASI
PRODI DIII FARMASI
2021/2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Tujuan Praktikum............................................................................................2
C. Manfaat Praktikum..........................................................................................2
B. Mencit................................................................................................................5
A. Alat.....................................................................................................................8
B. Bahan.................................................................................................................8
C. Cara Kerja.........................................................................................................8
B. Pembahasan....................................................................................................12
A. Kesimpulan......................................................................................................19
B. Saran................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20
LAMPIRAN...............................................................................................................21
Belum fiks
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Toksisitas adalah kemampuan suatu bahan atau senyawa kimia untuk
menimbulkan kerusakan pada saat mengenai bagian dalam atau permukaan
tubuh yang peka. Untuk dapat mengetahui informasi efek toksik dari suatu obat
atau bahan tertentu, maka dapat diperoleh dari percobaan menggunakan hewan
uji sebagai model yang dirancang pada serangkaian uji toksisitas yang meliputi
uji toksisitas akut oral, toksisitas subkronis oral, toksisitas kronis oral
teratogenisitas, sensitisasi kulit, iritasi mata, iritasi akut dermal, iritasi mukosa
vagina, toksisitas akut dermal, dan toksisitas subkronis dermal.
Pemilihan uji tersebut, tergantung dari tujuan penggunaan suatu zat
dan kemungkinan terjadinya risiko akibat pemaparan pada manusia. Banyak
faktor dapat mempengaruhi validitas hasil uji toksisitas diantaranya faktor dari
sediaan uji, penyiapan sediaan uji, hewan uji, dosis, teknik dan prosedur
pengujian, serta kemampuan SDM sehingga sangat diperlukan pemahaman
terhadap bermacam-macam faktor tersebut.
Informasi awal terhadap bahan yang akan diuji toksisitasnya akan
sangat mempengaruhi hasi uji toksisitas, oleh karena ini penting untuk
menyediakan informasi yang akurat terhadap sampel uji toksisitas. Informasi
itu dapat berupa :
1. Sediaan uji yang berupa zat kimia memerlukan informasi berikut:
a. Identitas bahan
b. Sifat fisiko- kimia
c. Kemurnian
d. Kadar cemaran
2. Sediaan uji yang berupa simplisia tanaman obat memerlukan informasi
berikut:
a. Nama latin dan nama daerah tanaman
b. Deskripsi daerah penanaman
c. Bagian tanaman yang digunakan
d. Pemerian simplisia
e. Cara pembuatan dan penanganan simplisia
f. Kandungan kimia simplisia
1
Beberapa Faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan Uji
Toksisitas:
1. Dosis Uji
Dosis uji harus disesuaikan dengan dosis penggunaan yang lazim pada
manusia. Dosislain meliputi dosis dengan faktor perkalian tetap yang
mencakup dosis yang setara dengan dosis penggunaan lazim pada
manusia sampai mencapai dosis yang dipersyaratkan untuk tujuan
pengujian atau sampai batas dosis tertinggi yang masih dapat diberikan
pada hewan uji.
2. Kelompok Kontrol
Pada setiap percobaan digunakan kelompok kontrol yang diberi
pelarut/pembawa sediaan uji tanpa sampel uji dan dapat juga digunakan
kelompok kontrol tanpa perlakuan tergantung dari jenis uji toksisitas.
3. Cara Pemberian Sediaan Uji
Misalnya peroral (PO), topikal, injeksi intravena (IV), injeksi
intraperitoneal (IP), injeksi subkutan (SK), injeksi intrakutan (IK),
inhalasi, melalui rektal dll.
4. Hewan Uji
Kriteria hewan yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut:
No. Jenis Hewan Bobot Minimal Umur
1 Mencit 20 g 6-8 minggu
2 Tikus 120 g 6-8 minggu
3 Marmut 250 g 4-5 minggu
4 Kelinci 1800 g 8-9 minggu
Tabel 1.1 Kriteria hewan uji yang digunakan dalam uji toksisitas
(Atikah dan Muhammad, 2022).
B. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu memberikan obat sesuai rute pemberian pada
hewan uji mencit (Mus musculus L).
C. Manfaat Praktikum
1. Setiap mahasiswa mampu memahami dan menberikan obat sesuai rute
pemberian pada hewab uji mencit (Mus musculus L).
2. Mahasiswa paham dan mampu menghitung konversi dosis pada hewan uji.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
3. Mekanisme Kerja Obat
Menekan korteks sensorik dan motorik, serebelum. Aktivitas
antiseizure terjadi terutama di mana GABA memediasi neurotransmisi.
Efek hipnotis barbiturat dihasilkan dari aktivitas pada reseptor GABA di
formasi reticular otak tengah polisinaps (mengendalikan gairah SSP).
Penggunaan di luar label untuk hiperbilirubinemia: Fenobarbital
menginduksi glukuronil transferase dan protein Y pengikat bilirubin
hepatik untuk menurunkan konsentrasi bilirubin serum (Medscape, 2022).
4. Indikasi
Epilepsi, semua jenis, kecuali petit mal, status epileptikus (BPOM RI,
2017).
5. Kontraindikasi
Depresi pernapasan berat, porfiria (BPOM RI, 2017).
7. Cara Pemakaian
Minum obat ini melalui mulut dengan atau tanpa makanan, biasanya
sekali sehari sebelum tidur untuk mengontrol kejang, atau seperti yang
diarahkan oleh dokter Anda. Ambil dengan makanan atau susu jika sakit
perut terjadi. Jika Anda menggunakan obat ini dalam bentuk cair, ukur
dosisnya dengan hati-hati menggunakan alat/cangkir pengukur khusus.
Jangan gunakan sendok rumah tangga karena Anda mungkin tidak
mendapatkan dosis yang tepat. Dosis didasarkan pada kondisi medis Anda,
kadar fenobarbital darah, dan respons terhadap pengobatan.
Dosis pada anak-anak mungkin juga didasarkan pada berat badan.
Ikuti instruksi dokter Anda dengan hati-hati. Jangan mengonsumsi obat ini
lebih atau kurang dari yang ditentukan. Mungkin perlu beberapa minggu
4
untuk mencapai dosis terbaik untuk Anda dan mengendalikan kejang Anda
sepenuhnya. Obat ini bekerja paling baik ketika jumlah obat dalam tubuh
Anda dijaga pada tingkat yang konstan. Minumlah pada waktu yang sama
setiap hari. Jangan berhenti minum obat ini (dan obat antikonvulsan
lainnya) tanpa berkonsultasi dengan dokter Anda. Kejang Anda dapat
memburuk atau menyebabkan kejang yang sangat parah yang sulit diobati
(status epileptikus) ketika obat ini tiba-tiba dihentikan. Jika Anda tiba-tiba
berhenti menggunakan obat ini, Anda mungkin mengalami gejala
penarikan (seperti kecemasan, halusinasi, kedutan, kesulitan tidur). ).
Penarikan dari fenobarbital bisa parah dan termasuk kejang dan (jarang)
kematian. Untuk membantu mencegah penarikan, dokter Anda mungkin
menurunkan dosis Anda secara perlahan. Penarikan lebih mungkin terjadi
jika Anda telah menggunakan fenobarbital untuk waktu yang lama atau
dalam dosis tinggi. Beri tahu dokter atau apoteker Anda segera jika Anda
mengalami penarikan. Meskipun obat ini membantu banyak orang, obat ini
terkadang dapat menyebabkan kecanduan. Risiko ini mungkin lebih tinggi
jika Anda memiliki gangguan penggunaan zat (seperti penggunaan
berlebihan atau kecanduan obat-obatan/alkohol). Minum obat ini persis
seperti yang ditentukan untuk menurunkan risiko kecanduan.
Fenobarbital hanya boleh digunakan untuk waktu yang singkat untuk
kecemasan atau tidur. Bicarakan dengan dokter Anda jika obat ini berhenti
bekerja dengan baik. Beri tahu dokter Anda jika kecemasan atau kontrol
kejang Anda memburuk (seperti jumlah kejang meningkat) (Medscape,
2022).
8. Efek Samping
Mengantuk, letargi, depresi mental, ataksia, nistagmus, iritabel dan
hiperaktif pada anak: agitasi, resah dan bingung pada lansia; reaksi alergi
pada kulit, hipoprotrom binemia, anemia megaloblastik (BPOM RI, 2017).
9. Interaksi Obat
Peningkatan efek sedatif pada pengunaan bersama alkohol (BPOM RI,
2017). Beberapa produk yang dapat berinteraksi dengan obat ini meliputi:
darunavir, etravirine, orlistat, rilpivirine. Obat ini dapat mempercepat
pembuangan obat lain dari tubuh Anda, yang dapat memengaruhi cara
5
kerjanya. Contoh obat yang terpengaruh termasuk artemeter/lumefantrine,
asunaprevir, atazanavir, cobicistat, lurasidone, ranolazine, sofosbuvir,
sorafenib, vorikonazol, penghambat saluran kalsium tertentu seperti
felodipine/nimodipine. Phenobarbital sangat mirip dengan primidon.
Jangan menggunakan obat yang mengandung primidon saat menggunakan
fenobarbital (Medscape, 2022).
B. Mencit
Mencit (Mus musculus) adalah hewan coba yang mudah ditangani. Ia
bersifat penakut, fotofobia, cenderung berkumpul sesamanya, serta lebih aktif
di malam hari dari pada siang hari. Aktivitas mencit dapat terganggu dengan
keberadaan manusia. Suhu tubuh normal 37,4°C dan laju respirasi normal 163
kali per menit (Refdanita, dkk., 2018).
C. Toksisitas
Toksisitas akut didefinisikan sebagai efek berbahaya yang terjadi dala
waktu singkat setelah pemberian obat dalam waktu 24 jam hingga beberapa
hari umumnya 3-14 hari, tergantung gejala yang ditimbulkan. Dewasa ini,
penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik didalam maupun didalam
negeri semakin berkembang pesat. Penelitian yang berkembang terutama
pada segini farmakologi maupun fitokimia berdasarkan indikasi tumbuhan
obat yang telah digunakan sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji
secara empiris. Hasil penelitian tersebut tentunya telah memantapkan para
pengguna tumbuhan obat atas khasiat maupun kegunaannya (Masfufah,
dkk., 2018).
Pengujian toksisitas akut dengan menggunakan hewan percobaan
diperlukan untuk mendeteksi efek toksik yang muncul dalam waktu singkat
setelah pemberian suatu zat dalam dosis tunggal atau dosis berulang yang
diberikan secara dalam waktu tidak lebih dari 24 jam; apabila pemberian
dilakukan secara berulang, maka interval waktu tidak kurang dari 3 jam.
Hasil toksisitas akut dievaluasi berdasarkan kriteria bahaya dari GHS
(Globally Harmonised Classification System for Chemical Substances and
Mixtures) yang tercantum dalam Thirteenth Addendum to The OECD
Guidelines for The Tesing of Chemicals (2001). Kriteria penggolongan
menurut OECD (2001) digunakan untuk penentuan kategori toksisitas akut
6
bahan kimia seperti pestisida serta untuk pelabelannya (Atikah dan
Muhammad, 2022).
Tabel 2.1 Kriteria penggolongan toksisitas menurut OECD (pada tikus)
Dosis (mg/ kg/ BB) Kematian Kategori
5 2 dari ekor mati 1
Tingkat
LD50 oral (pada tikus) Klasifikasi
Toksisitas
1 1 mg/ kg Sangat toksik
2 1-50 mg Toksis
3 50-500 mg Toksik sedang
4 500-5000 mg Toksik ringan
5 5-15 g Praktis tidak toksik
6 15 g Relatif tidak membahayakan
(Atikah dan Muhammad, 2022).
7
Pada awalnya toksistas akut diuji menggunakan metode konvensional,
namun metode ini mempunyai kelemahan yaitu hewan uji yang dibutuhkan
dalam menentukan parameter akhir cukup banyak, dimana bertentangan
dengan animal welfare. Oleh karena itu pada tahun 1984 telah dibuat metode
alternatif dimana hewan yang digunakan jumlahnya lebih sedikit yaitu
metode Up and Down Procedure, Fixed Dose Method dan Toxic Class
Method (Atikah dan Muhammad, 2022).
Metode Alternatif ini merupakan revisi metode OECD tahun 1984
untuk mendapatkan jalan pintas dalam mengklasifikasikan senyawa kimia.
Pada metode alternatif, hanya menggunakan satu jenis kelamin hewan uji.
Hal ini disebabkan karena dari literatur tidak ada perbedaan nilai LD50 yang
signifikan akibat perbedaan jenis kelamin, tetapi pada keadaan yang berbeda
nilai LD50 umumnya jenis kelamin betina lebih sensitif, maka pada uji
alternatif hanya menggunakan hewan betina. Jumlah hewan yang digunakan
pada uji alternatif lebih sedikit dibandingkan dengan metode konvensional.
Dalam pedoman ini hanya dibahas uji toksisitas akut metode konvensional
dan Fixed Dose Method (Atikah dan Muhammad, 2022).
8
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat
1. Batang pengaduk
2. Beaker
3. Erlenmeyer
4. Gelas ukur
5. Hot plate
6. Mixer
7. Spoit 1 mL
8. Spoit oral
9. Stopwatch
10. Timbangan analitik
11. Timbangan berat badan
12. Kertas perkamen
B. Bahan
1. Alkohol 70%
2. Aqua destilata
3. Natrium CMC
4. Fenobarbital
C. Cara Kerja
1. Cara Pembuatan Natrium CMC 1%
9
2. Cara Pembuatan Suspensi Fenobarbital 1,56% b/v
10
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Konversi dosis BB 20 g
1) Kelompok III
Konversi dosis BB 23 g
% kadar fenobarbital
12
2) Kelompok I
Konversi dosis BB 27 g
% kadar fenobarbital
3) Kelompok II
13
Dosis ini diberikan dalam volume
% kadar fenobarbital
4) Kelompok IV
Konversi dosis BB 18 g
14
% kadar fenobarbital
15
5 - + + - - -
I
10 + + + - - -
Fenobar
20 + + + - - -
bital 0,1 0
40 + + + - - -
mL/ 30
80 + + + + - -
g BB
120 - - - + - -
5 + - - - + +
II
10 + - - - - +
Fenobar
20 + - - - - +
bital 0,2 0
40 + + - + - -
mL/ 30
80 + - - + - +
g BB
120 + - - + + -
5 + + + - - -
III
10 + + - - - -
Fenobar
20 + + - - - +
bital 0,4 0
40 + + + - - +
mL/ 30
80 + + + - - +
g BB
120 + + + - - +
5 - - - - - -
IV
10 + + - - - +
Fenobar
20 + + + - - +
bital 0,8 0
40 + + + - - +
mL/ 30
80 + + + + + +
g BB
120 + + + + + +
Tabel 4. 1 Hasil pengamatan gejala toksisitas fenobarbital pada mencit
B. Pembahasan
16
Jawaban:
kelompok 1 = 0, kelompok 2 =
1, kelompok 3 = 3, dan
kelompok 4 = 5, maka
urutannya = 0,1,3,5
17
Jadi, LD50 pada fenobarbital adalah 649,680 mg/kg atau 0,6496 g/kg.
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Mahasiswa dapat memberikan rute pemberian obat secara sub kutan, oral
dan intra peritoneal serta dapat menghitung konversi dosis yang akan
digunakan pada hewan uji (mencit).
2. .
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
21
Gambar 5 Pemberian obat dengan rute Gambar 6 Pemberian obat dengan rute
oral pada mencit jantan 2 intra peritoneal pada
mencit jantan 3
22
23