Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bioavailabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan jumlah obat

dalam persen terhadap dosis yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk

aktif/utuh. Sedangkan bioekivalensi atau kesetaraan biologis dapat diartikan

sebagai kesetaraan kadar atau jumlah obat bentuk aktif dalam darah dan jaringan

antara satu sediaan obat dengan sediaan obat lain yang memiliki zat berkhasiat

sama. Dua sediaan obat berekuivalensi kimia tetapi tidak berekuivalensi biologik

dikatakan bio in ekuivalensi. Perbedaan bioavailabilitas sampai dengan 10%

umumnya tidak menimbulkan perbedaan yang berarti dalam efek kliniknya

artinya memperlihatkan ekuivalensi (BE) dengan obat inovatornya (obat

pendahulu, dan dijadikan referensi untuk sediaan-sediaan obat yang diproduksi

berikutnya oleh perusahaan farmasi lain) dapat diklaim sebagai obat yang

memiliki kualitas setara dengan obat innovator

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Bioavailibility obat?

2. Bagaimana tablet salut gula?

3. Bagaimana bioavaibility tablet salut gula metronidazol?

1.3 Tujuan

Mengetahui bioavaibiliti obat, tablet salut gula, dan bioavaibility tablet salut

gula metronidazol
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bioavaibility

2.1.1 Definisi

Bioavailability (BA) adalah presentase obat yang diabsorbsi tubuh dari suatu

dosis yang diberikan dan tersedia, untuk melakukan efek terapeutisnya.

Bioavailabilitas adalah suatu istilah yang menyatakan jumlah/proporsi (extent)

obat yang diabsorbsi dan kecepatan (rate) yang diabsorbsi itu terjadi.

2.1.2 Penggolongan Bioavailabilitas

Bioavailabilitas terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Bioavailabilitas absolut : bioavailabilitas zat aktif yang mencapai sirkulasi

sistemik dari suatu sediaan obat dibandingkan dengan bioavailabilitas zat

aktif tersebut dengan pemberian intra vena.

2. Bioavailabilitas relatif : bioavailabilitas zat aktif yang mencapai sirkulasi

sistemik dari suatu sediaan obat dibandingkan dengan bentuk sediaan lain

selain intra vena.

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi

1. Obat : sifat fisiko-kimia zat aktif, formulasi, dan teknik pembuatan.

2. Subjek : karakteristik subjek (umur, bobot badan), kondisi patologis, posisi,

dan aktivitas tubuh (pada subjek yang sama)

2
3. Rute pemberian

4. Interaksi obat/makanan : misalnya grisovulvin sukar larut dalam air. Apabila

dIberikan bersama makanan berlemak jadi mudah larut. Di dalam tubuh,

digunakan surfaktan alami sehingga baik diabsorbsi. Pemberian vitamin B12

dengan coca cola menghasilkan absorbs yang lebih baik.

2.1.4 Tujuan bioavailabilitas :

1. Pengembangan ilmu

2. Pengembangan produk/formulasi

3. Pengembangan senyawa baru

4. Jaminan mutu produk (quality control)

2.1.5 Metode penentuan bioavailabilitas :

a. Konsentrasi obat dalam plasma (Cp) :

- Cpmax

 Indikasi efektifitas atau toksisitas terapi

 Indikasi secara kasar kecepatan absorbsi


-
AUC

 Jumlah total obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik

 Ukuran level bioavailabilitas

 Metode trapezoid

 Eliminasi tak terjenuhkan sebanding dengan dosis

3
b. Ekskresi obat dalam urin (Cu) :

- (jumlah kumulatif obat terekskresi di urin)

Indikasi jumlah total obat terabsorbsi

- dDu / dt (kecepatan ekskresi obat)

 Umumnya merupakan proses orde 1 yang tergantung k dan Cp

 Bentuk kurva serupa dengan profil Cp

 Waktu tercapainya maksimum kecepatan ekskresi = tmax

- (waktu total obat terekskresi)

Penting sebagai pembanding bioavailabilits berbagai tipe obat.

c. Efek farmakodinamik akut

- Beberapa obat : assay Cp tidak mudah

- Obat dengan tujuan non sistemik : Cp tidak mencermikan bioavailabilitas di

tempat aksi.

- Bioavailabilitas ditentukan berdasarkan profil kurva dosis-respon

- Uji bioekuivalen

 AUC profil farmakodinamik vs time

 Puncak efek farmakodinamik

 Waktu untuk mencapai puncak efek farmakodinamik

- Contoh :

Bronkodilator penurunan volume pernapasan

Pemakaian topical preparat steroid pemucatan kulit

d. Observasi klinik

- Akurasi, sensitifitas, dan reproduksibilitas paling rendah

4
- Hanya digunakan jika metode dengan Cp, Du, dan efek farmakologi tidak

memungkinkan.

e. Metode in vitro

- Uji disolusi sebagais ektimasi kecepatan proses adsorbsi

- Uji kesetimbangan dan kinetic pengikatan pada garam-garam asam empedu,

misalnya kolesterami resin.

2.2 Tablet Salut Gula

2.2.1 Definisi

Tablet salut gula (sugar coated tablets) adalah tablet kempa yang disalut
dengan penyalut tambahan yaitu gula

2.2.2 Tujuan Penyalutan


a. Untuk memberikan rasa, bau dan warna obat
b. Untuk memberikan perlindungan fisik dan kimia pada obat
c. Untuk mengendalikan penglepasan obat dari tablet
d. Untuk memperbaiki penampilan
obat dengan menggunakan warna khusus dan pencetakan kontras

2.2.3 Kekurangan dan Kelebihan


Kekurangan :

1. Ukuran dan bobot tablet salut jadi mengakibatkan peningkatan biaya


pengemasan dan pengiriman
2. Kerapuhan dari penyalut dapat mengakibatkan rentannya tablet terhadap
kerusakan yang mungkin terjadi jika salah ditangani
3. Penyimpanan mutu ekstrik yang tinggi
4. Pengkilapan dapat membuat pencetakan menjadi sulit
5. Kerumitan prosedur, formulasi, dan proses membuat otomatisasi lebih sulit

5
Kelebihan :
1. Efek lebih cepat atau mudah terabsorbsi dalam tubuh
2. First passv efek metabolit dapat di hindari
3. Lebih stabil
4. Menghindari rasa mual akibat menelan obat
5. Bahan-bahan yang diinaktifkan oleh asam lambung sehingga dengan
penyalutan akan melindungi bahan tersebut dari kerusakan di dalam lambung

2.2.4 Contoh Tablet salut gula:


1. Neurobion
2. Ferro sulfat
3. Enervon-C
4. Metronidazole

2.3 Pembahasan Jurnal


2.3.1 Judul
“Bioavailabilitas metronidazol dari tablet berlapis gula pada manusia. Ii.
Evaluasi anjing beagle sebagai hewan model”

2.3.2 Bahan
Bahan. Lima persiapan komersial metronidazole, yang digunakan dalam tes
bioavailabilitas manusia yang dijelaskan sebelumnya dan ditetapkan sebagai tablet
A, B, C, D dan E .

2.3.3 Prosedur Kerja


Pembubaran secara in vitro. Tingkat pelarutan metronidazol dari tablet

ditentukan pada 37 ° C menggunakan keranjang berosilasi dengan meja (1000 ml

media pembubaran; OB), keranjang berputar (120 rpm, 900 ml medium; RB),

labu berputar (6,8 rpm, 1000 ml medium; RF) dan dayung (120 rpm, 900 ml

medium; PD). PH media pembubaran yang digunakan adalah 1,2 (cairan pertama,

uji disintegrasi JP IX), 3,0 (0,1 M buffer asetat), 4,0 (0,1 M asetat penyangga), 5,0

6
(0,1 M potasium fosfat monobasic) dan 6,0 (0,1 M kalium) fosfat monobasic) dan

7,2 (0,1 M natrium fosfat dibasik)

Beagle dog study. pH cairan lambung diukur satu kali pada setiap hewan dalam

beberapa minggu sebelum studi bioavailabilitas. Anjing beagle, yang berpuasa

semalam (sekitar 22 jam), diberi 100 ml air. Lima sampai 7 ml cairan lambung

dikumpulkan dengan cara kateter dimasukkan ke dalam perut 10 menit setelah

Kewenangantion air dan pH cairan ditentukan dengan pH meter. Jika

pengumpulan cairan tidak berhasil, 100 ml air lagi diberikan dan prosedur

diulang.

Studi bioauailability. Sebelas anjing jantan sehat yang digunakan dalam

penelitian. Studi I. Sepuluh ekor anjing beagle jantan sehat (No. L-10) dengan

berat 8,9-11,4 kg (rata-rata 9,98 kg), digunakan dalam penelitian in vivo. Setelah

puasa semalam (sekitar 22 jam), satu tablet dari masing-masing persiapan yang

dijelaskan di atas diberikan secara oral bersama dengan 50 ml air menurut desain

persegi Latin (5 X 5) untuk masing-masing dari lima kelompok dua anjing pada

interval mingguan . Anjing beagle tidak diberi makan sampai 10 jam setelah

pemberian obat. Sampel darah diambil 0,5, 1, 2, 3, 4, 6, 8, 10 dan 24 jam setelah

pemberian obat. Sampel plasma disimpan dalam freezer (- 2O'C) sampai teruji.

Studi II. Untuk menentukan hubungan antara dosis metronidazol dan AUC,

125, 250 dan 500 mg metronidazol diencerkan dua kali lipat dengan pati jagung

diberikan secara oral ke tiga anjing beagle (No. 5, 7 dan ll), melalui kateter,

menurut ke desain persegi Latin (3 X 3) dengan interval mingguan.

Pengujian kadar logam. 0,5 ml etil alkohol yang mengandung dimetridazole (5

7
pg / ml) ditambahkan ke 0,2 ml plasma sebagai standar internal dan larutan

tersebut diguncang dengan kuat dan dibiarkan berdiri pada suhu kamar selama 20

menit. Setelah sentrifugasi pada 3000 rpm selama 10 menit, 25 ~ 1 dari

supernatan dianalisis dengan HPLC.

Peralatan HPLC terdiri dari pompa (M-6000A; Waters Associates), injektor

(U6K; Waters Associates), detektor (UVIDEC-10011; Japan Spectroscope) dan

perekam integrator (C-RlA; Shimadzu Seisakusho). Kondisi untuk HPLC adalah

sebagai berikut: kolom, PBondapack Cl8 (300 mm X 4 mm; Waters Associates)

dengan pra-kolom yang dikemas dengan Bondapack Cl8 Corasil; fase gerak, 8%

asetonitril dalam 0,005 M potasium fosfat monobasa (pH 4,0); laju alir, 2 ml /

menit; detektor, 324 nm. Batas bawah uji adalah 0,1 pg / ml untuk metronidazol m

plasma.

2.3.4 Hasil
Anjing beagle menunjukkan pH lebih rendah dari 3 sebagai keasaman lambung
tinggi dan mereka menunjukkan pH lebih tinggi dari 3 sebagai keasaman lambung
rendah. Ini sesuai dengan evaluasi keasaman lambung manusia menggunakan
Gastrotest

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bioavailability (BA) adalah presentase obat yang diabsorbsi tubuh dari suatu
dosis yang diberikan dan tersedia, untuk melakukan efek terapeutisnya. Tablet
salut gula (sugar coated tablets) adalah tablet kempa yang disalut dengan penyalut
tambahan yaitu gula.

Berdasarkan pengujian Bioavailibility metronidazol dari tablet berlapis gula


pada manusia. Evaluasi anjing beagle sebagai hewan model Anjing beagle
menunjukkan pH lebih rendah dari 3 sebagai keasaman lambung tinggi dan
mereka menunjukkan pH lebih tinggi dari 3 sebagai keasaman lambung rendah.
Ini sesuai dengan evaluasi keasaman lambung manusia menggunakan Gastrotest.

3.2 Kritik dan Saran


Kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan demi perbaikan
makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

H. Ogata I, N. Aoyagi ‘, N. Kaniwa ‘, T. Shibazaki I dkk. 1984 Bioavailability of


metronidazole from sugar-coated tablets in humans. II. Evaluation of beagle
dogs asan animal model: National Institutes of Hygienic Sciences,

Anief.Moh.2008.Ilmu meracik Obat.Yogyakarta:Gajah Mada University press

Drs.H.Syamsuni,Apt.2005.Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi.Jakarta:EGC

Syamsuni,A.2007.Ilmu Resep.Jakarta:Buku Kedokteran EGC

10

Anda mungkin juga menyukai