PREDIKSI KINERJA SODIUM DIKLOFENAK DARI MODIFIKASI
PELEPASAN BENTUK SEDIAAN
Pendahuluan Beberapa tahun ini dilakukan upaya meminimalkan percobaan In Vivo untuk mengevaluasi kinerja obat baru pendekatan yang saat ini digunakan : korelasi in vitro-in vivo (IVIVC) Korelasi IVIVC telah ditetapkan FDA US tahun1997 Untuk memprediksi disolusi produk obat baru secara in vitro biorelevant media Komposis Media uji disolusi in vitro : cairan yang menyerupai saluran pencernaan manusia (lambung dan usus) Media disolusi faktor yang mempengaruhi kelarutan
Keuntungan USP apparatus 3 dan 4 : menentukan pelepasan dari berbagai bentuk sediaan didalam kondisi simulasi fisiologi GI dan dapat digunakan bebrapa seri media dalam sekali
Pelepasan sodium diklofenak menggunakan metode Bio Dis dan Flow-through cell dibandingkan dengan USP apparatus 1 (basket) dan 2 (paddle assembly).
Hasil in vitro dibandingkan dengan data farmakokinetik yang diperoleh dari subjek manusia yang berpuasa dan yang tidak dan dianalisis distribusi RRSBW (weilbull) untuk menilai prediktabilitas model in vitro.
BAHAN dan METODE
BAHAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Kapsul natrium diklofenak Asetonitril dan metanol Fosfatidilkolin Gliseril monooleat Asam klorida Kalsium klorida Asam orto fosfat dan pepsin Asam maleat Sodium oleat Sodium taurocholate Amonium dihidrogen fosfat Diklorometana monohydrate natrium fosfat dihidrogen dan tetrahidrofuran (THF) Isopropyl alkohol dan n- heksana Asam asetat glasial, natrium asetat trihidrat, natrium klorida, natrium dihidrogen fosfat monohidrat dan pellet sodiumhydroxide METODE
1. Analisis kuantitatif natrium diklofenak 2. Modifikasi pelepasan formulasi 3. Pengujian disolusi Metode pengendalian kualitas Metode Biorelevant Metode Aliran Studi bioavailabilitas komparatif 4. Analisis Data disolusi in vitro 5. Analisis Data farmakokinetik secara in vivo 6. Korelasi in vitro -in vivo
Hasil dan diskusi Media disolusi yang digunakan dapat mensimulasikan kondisi saluran pencernaan manusia yaitu terdiri media disolusi yang menggambarkan saluran pencernaan manusia saat puasa (FaSSGF dan FaSSIF) dan saat makan (FeSSIF dan FeSSGF) Komposisi media yang digunakan :
Parameter yang dipertimbangan yang dapat mempengaruhi disolusi obat meliputi: tingkat sekresi empedu produk lipolitik dan enzim pH kapasitas buffer dan osmolalitas,
Media FaSSIF-sans digunakan untuk keadaan puasa dan makan di saluran pencernaan.
Demikian juga, SCoF adalah media dissolusi untuk mewakili kondisi usus besar manusia baik di pra-dan postprandial. Analisis kuantitatif natrium diklofenak
Validasi metode kromatografi natrium diklofenak dari uji in vitro : batas deteksi (LOD) adalah 0,09g/mL batas kuantifikasi (LOQ) 0,3g/mL. Rata-rata prosentasi perolehan kembali 99,0% pada konsentrasi 15- 150 g / mL. Pengujian Akurasi dan presisi <5% Valiadasi metode kromatografi natrium diklofenak dari uji in vivo LOD pada analisis konsentrasi natrium diklofenak dalam plasma, adalah 2 ng / mL dan LOQ adalah 10 ng /mL. Rata-rata prosentasi perolehan kembali yaitu 99.7 % pada rentang konsentrasi sampel 10-2000 ng / mL. Akurasi dan presicion yang diperoleh yaitu < 10%.
Uji Disolusi
Metode yang digunakan sebagai kontrol kualitas yaitu apparatus 1 (basket) dan apparatus 2 (paddle).
Profil disolusi pelet MR natrium diklofenak menggunakan metode apparatus 3 reciprocating cylinder (Bio Dis) dan metode apparatus 4 (flow-through cell) saat puasa dan makan
Pada keadaan puasa kecepatan pengosongan lambung cepat sehingga waktu tinggal di lambung pendek, selanjutnya obat akan menuju duodenum sehingga kelarutan obat akan meningkat.
Sedangkan setelah mencerna makanan pH lambung akan meningkat yaitu pH 5.0 dimana pada kondisi ini kelarutan natrium diklofenak pada lambung lebih meningkat daripada saat tanpa adanya makanan.
Dengan adanya penundaan kecepatan pengosongan lambung pada saat adanya makanana, disolusi tercapai selama 2- 4 jam .
Konsentrasi diklofenak dalam plasma Profil Fa plasma puasa dan makan Curve Comparisons
In vitro-in vivo correlations
KESIMPULAN
Uji disolusi pada proses pelepasan dan disolusi obat berjalan lebih lambat pada keadaan puasa (tidak ada makanan ) diibandingkan saat kondisi dengan medium ada makanan yang dibandingkan dengan metode kompendial sebagai metode kontol kualitasnya. Hubungan korelasi proses disolusi secara in vitro dan in vivo baik Metode dissolution in vitro dapat menggambarkan proses absropsi in vivo