STUDI KELAYAKAN
Disusun oleh:
Selynita, S.Farm. 168115036
Vicky Wijoyo, S. Farm. 168115040
Abednego Yoga Dwi Prasetyo, S.Farm. 168115044
2. LATAR BELAKANG
Definisi apotek berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1027/MENKES/SK/IX/2004 adalah tempat tertentu, tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan
lainnya kepada masyarakat. Sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku,
sebuah apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam
pengelolaan apotek, apoteker harus memiliki kemampuan untuk menyediakan dan
memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik antar tenaga kesehatan, mempunyai jiwa
pemimpin, memiliki kemampuan pengelolaan SDM yang efektif, serta menjadi
long life learner.
Perkembangan pelayanan kefarmasian telah bergeser dari product oriented
(fokus pada pengelolaan obat) menuju patient oriented (fokus pada pasien untuk
meningkatkan kualitas hidupnya). Sebagai konsekuensinya, apoteker dituntut
untuk melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Interaksi tersebut dapat
berupa pelaksanaan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat dan
mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik.
Apoteker juga harus memahami & menyadari kemungkinan terjadinya medication
error.
Dalam mendirikan apotek, seorang pendiri atau pengelola apotek perlu
melakukan studi kelayakan (feasibility study). Studi kelayakan merupakan suatu
metode penjajagan yang menilai layak atau tidaknya gagasan (ide) suatu proyek
untuk dilaksanakan. Adapun tujuan dari studi kelayakan antara lain memudahkan
a. Visi
Menjadi apotek yang memberikan layanan prima, terjangkau,
menerapkan Pharmaceutical Care secara menyeluruh, menguntungkan
bagi konsumen, karyawan apotek, serta pemilik modal.
b. Misi
a. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang tepat, cepat, ramah,
informatif dengan menerapkan pharmaceutical care secara profesional,
b. Menyediakan obat, alat kesehatan serta perbekalan farmasi lainnya
yang bermutu, berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.
c. Meningkatkan kesejahteraan seluruh karyawan dan pemilik modal.
Serta selalu mengutamakan kepentingan pasien dalam setiap praktek
kefarmasian.
d. Menerapkan prinsip Eight Star Pharmacist (care giver, decision maker,
communicator, manager, life long learner, researcher, leader, teacher).
e. Menjadi salah satu apotek rujukan dan kepercayaan konsumen dengan
mengutamakan customer satisfication.
f. Mengutamakan keselamatan dan kepentingan pasien.
g. Melaksanakan sistem manajemen yang efektif dan efisien.
c. Strategi
Strategi dari apotek adalah:
5. ASPEK LOKASI
Menurut keputusan Menkes No 278/1981 tentang persyaratan apotek, lokasi
apotek harus mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan
kesehatan, jumlah penduduk, jumlah dokter yang berpraktek, sarana pelayanan
kesehatan, higienisitas lingkungan, dan faktor lainnya. Lokasi apotek sangat
menentukan keberhasilan apotek dan erat hubungannya dengan aspek pasar.
Lokasi apotek sebaiknya berada di daerah yang ramai, aman, dekat dengan rumah
sakit, klinik, atau praktek dokter; daerah yang mudah dijangkau, mudah dicapai
oleh masyarakat banyak dengan kendaraan.
1 Ruangan :
a. Status tanah dan bangunan : sewa
2
b. Luas bangunan : 7 m x 10 m = 70 m
2. Denah
Denah Lokasi Bee Farma
3 Data-data pendukung
a. Kepadatan Penduduk
Apotek Bee Farma berada di Jalan HOS Cokroaminoto,
Kecamatan Wirobrajan, Kelurahan Pakuncen, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jumlah penduduk Kelurahan Pakuncen adalah +10.501 jiwa
(laki-laki dan perempuan). Kelurahan Pakuncen merupakan salah satu
kelurahan dari Kecamatan Wirobrajan yang paling padat penduduknya
dibandingkan dengan kelurahan lain yang berada di Kecamatan
Wirobrajan.
Apotek bertempat di wilayah ramai penduduk, dimana disekitar
apotek terdapat hotel, perumahan warga, pasar tradisional, sekolah-
sekolah, rumah sakit, dan praktek dokter. Jalan Hos Cokroaminoto
merupakan jalan besar yang ramai kendaraan lalu lalang dan memiliki
lalu lintas dua arah yang tidak memiliki pembatas jalan, sehingga
mempermudah masyarakat untuk singgah ke Apotek Bee Farma.
d. Apotek Pesaing
Apotek pesaing di sekitar lokasi berjumlah 4 apotek antara Apotek
XP (+600 m) dan Apotek Lumbung Obat (+700 m), Apotek Budi Asih
Farma (+450 m). Dengan melihat lokasi yang strategis maka diharapkan
apotek dapat bersaing dengan apotek lainnya secara sehat.
e. Aman
Lingkungan Apotek Bee Farma relatif aman, dekat Pos Polisi ( +
300 m).
f. Mudah dijangkau
Lokasi Apotek Bee Farma sangat mudah dijangkau karena terletak
di pinggir jalan dengan jalur dua arah. Bisa dijangkau dengan berbagai
jenis kendaraan umum termasuk angkutan umum yang ramai. Apotek ini
juga memiliki area parkir yang cukup dan tidak mengganggu lalu lintas
sekitar apotek.
6 ASPEK PEMASARAN
7 ASPEK PASAR
Analisis SWOT :
A. Kekuatan/ Strength
Yang menjadi kekuatan kompetitif Apotek Bee Farma yang akan didirikan
adalah sebagai berikut :
D Ancaman/ Threats
1 Adanya kompetitor lain seperti, apotek yang dekat di sekitar lokasi,
toko atau warung terdekat yang menjual obat-obat bebas dan obat bebas
terbatas.
2 Adanya dokter dan bidan yang memberikan obat (dispensing) juga
perlu menjadi pertimbangan dan perhatian, sebab akan mengurangi
jumlah pendapatan resep di apotek.
Berdasarkan analisis SWOT tersebut diharapkan Apotek Bee Farma akan
dapat berdiri dan bertahan serta mampu menunjukkan eksistensinya di lingkungan
masyarakat sekaligus menanamkan kepercayaan kepada masyarakat tentang peran
seorang Apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Dengan memahami analisis ini, Apotek Bee Farma akan
senantiasa berusaha dengan inovasi-inovasi ataupun terobosan baru demi
kemajuan apotek tanpa melanggar peraturan-peraturan yang berlaku.
Untuk dapat mengelola sebuah apotek diperlukan tenaga kerja yang sesuai
bidangnya, oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia yang efektif dan
efisien sehingga tujuan organisasi tercapai. Apotek Bee Farma merekrut 4
karyawan dengan susunan sebagai berikut :
; A. Bangunan
)
Bangunan apotek terdiri dari ruang pelayanan resep/ OTC , ruang
peracikan, ruang tunggu pasien, ruang praktek dokter, ruang konsultasi, ruang
usaha,ruang dokumentasi/arsip, tempat parkir dan kamar mandi.
)
Bangunan dilengkapi dengan penerangan, AC, kipas angin, sumber
air yang memenuhi persyaratan, alat pemadam kebakaran, ventilasi dan
sanitasi yang mendukung dan tempat sampah.
)
Papan nama berukuran minimal panjang 60 cm dan lebar 40 cm
dengan tulisan hitam di atas dasar abu-abu, tinggi huruf minimal 5 cm dengan
tebal 5 mm, dilengkapi dengan neon box. Papan nama terdiri dari papan nama
apotek dan papan nama Apoteker dengan SIPA terpasang jelas.
; B. Perbekalan Farmasi
Perbekalan Farmasi yang diperlukan
a Obat Keras (Obat dengan Resep dan OWA).
b Obat Bebas (OTC) dan Bebas Terbatas.
c Alat Kesehatan : masker, termometer, perban, sarung tangan, kateter,
spuit, dll.
d Produk jamu, makanan dan minuman kesehatan (susu, madu, energy
drink,dll).
e Bahan tambahan obat.
f Kosmetik dan perlengkapan bayi (bedak, botol susu bayi, sabun,
susu, pasta gigi, antiseptik, kapas kecantikan dll.)
C Perlengkapan peracikan
Alat pembuatan, pengolahan, dan alat peracikan
D Alat penyimpanan perbekalan farmasi
a Lemari pendingin
b Lemari dan rak untuk penyimpanan obat
F Alat administrasi
a Blanko pesanan obat
b Blanko kartu stock obat
c Blanko salinan resep
d Blanko faktur dan blanko nota penjualan
e Buku defecta
f Buku ED
g Buku farmakope
h Buku ISO atau MIMS
i Buku pembelian
j Buku penerimaan
k Buku pembukuan keuangan
l Buku pencatan penyerahan resep
m Buku resep jika dokter akan beli obat
n Kwitansi, alat-alat tulis dan kertas
G SPO (Standard Prosedur Operating )
a SPO Pelayanan OTC
b SPO Pelayanan OWA
c SPO Pelayanan Resep
d SPO Peracikan Obat
e SPO Swamedikasi OTC
f SPO Konseling OWA
g SPO Konseling Resep
h SPO Penerimaan Barang dan Penyimpanan
11 ASPEK FINANSIAL
1. Permodalan
b. Biaya Operasional
Catatan :
- setiap lembar resep yang masuk diasumsikan 2 x R/ dengan
pendapatan tiap R/-nya Rp.50.000
- setiap pasien yang membeli OWA diasumsikan bernilai Rp. 50.000 per
pasien
- setiap pasien yang membeli produk OTC diasumsikan bernilai Rp.
30.000 per pasien
- dari tahun ke tahun jumlah pasien OWA & OTC naik 30%
Catatan :
- Faktor harga jual obat resep sebesar 1,3
- Faktor harga jual OWA sebesar 1,2
- Faktor harga jual produk OTC sebesar 1,1
Catatan:
- Laba kotor (margin) didapatkan dari total pendapatan dikurangi HPP
- Laba bersih merupakan laba kotor yang telah dikurangi biaya
operasional per tahun.
- Biaya operasional diasumsikan mengalami kenaikan sebesar 10%
setiap tahunnya.
Payback Period
Laba bersih dikurangi total investasi (pada tabel) digunakan untuk mencari
waktu pengembalian investasi (Payback Period). Payback Period
didapatkan ketika hasil pengurangan tidak negatif, yakni pada tahun ke 3
atau tepatnya selama 2 tahun 4 bulan. Hal ini menunjukkan proyek layak
untuk dilanjutkan.
Return of Investment
kembalinya investasi lebih besar dari bunga bank (12-15%) sehingga proyek
ini layak dilanjutkan.
Catatan:
- df : discount factor , didapatkan dari suku bunga pinjaman bank (12-
15%)
- NPV2 : Net Present Value, didapatkan dari perkalian antara arus kas
dengan df
- NPV1 : total investasi awal
- Apabila hasil pengurangan NPV2 NPV1 bernilai positif, maka
proyek tersebut layak untuk dilanjutkan.
IRR=df 2+ { 2
2
1
x ( df 1df 2 )}
IRR=12 + { Rp548.182Rp.846Rp
548.182.846
473.776.733
x ( 15 12 ) }
34
Catatan:
- df2 : discount factor terkecil
- df1 : discount factor yang sama dengan bunga pinjaman bank
- Nilai IRR yang didapatkan lebih besar dari bunga pinjaman bank
(15%) sehingga proyek layak dilanjutkan
biayatetap
BEP=
biaya variabel
1( )
pendapatan
Rp108.713 .500
BEP=
Rp 1.044 .720 .000
1( )
Rp1.260 .000 .000
BEP=Rp 636.283 .027 per tahun
BEP=Rp 53.023 .586 per bulan
BEP=Rp 1.767 .453 per hari
PENUTUP
Berdasarkan studi kelayakan yang dikaji dari aspek lokasi, aspek pasar, aspek
teknis, dan aspek finansial, maka apotek Bee Farma layak untuk didirikan. Studi
kelayakan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pedoman pelaksanaan dan
untuk mengambil peluang yang ada atau menghindari resiko kerugian yg mungkin
akan terjadi
Lampiran
1 SPO pelayanan OTC
a Pasien datang
b Menyapa pasien dengan ramah dan menyakan kepada pasien
obat apa yang dibutuhkan
c Bila perlu tanyakan terlebih dahulu keluhan atau penyakit yang
diderita pasien, untuk siapa obat digunakan kemudian bantu
pasien untuk mendapatkan obat yang tepat
d Menghitung harga dan meminta persetujuan terhadap nominal
harga
e Bila sudah terjadi persetujuan, ambilkan obat yang diminta
sesuai dengan permintaan pasien meliputi nama obat dan jumlah
obat yang diminta
f Serahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi tentang
obat meliputi dosis, frekuensi pemakaian sehari, waktu
penggunaan obat, cara penggunaan, efek samping yang
mungkin timbul setalah pemakaian, serta cara penyimpanan
yang baik.
2 SPO pelayanan OWA
a Pasien datang
b Menyapa pasien dengan ramah dan menanyakan kepada pasien
obat apa yang dibutuhkan
c Tanyakan pada pasien apa keluhan yang dialaminya dan gejala
penyakitnya, untuk siapa obat digunakan.
d Tanyakan pada pasien apakah sebelumnya pernah menggunakan
obat tertentu dan bagaimana hasilnya (kondisi membaik dan
bertambah parah)