Anda di halaman 1dari 11

KOMPETENSI MENGAWAL JASA KEPARMASIAN (Amanat PP 51 tahun 2009)

Landasan Hukum
Pasal27(l)
Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya
Pasal 4 huruf(a)
Tujuan pengaturan Pekerjaan Kefarmasian untuk :
memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam memperoleh dan/atau
menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian.
Makna :
1. Mendapatkan IMBALAN adalah hakSetiap Tenaga Kesehatan
2. Ada hubungan erat/tertutup antara IMBALAN dengan PERLINDUNGAN HUKUM
(dihubungkan dengan kata dan")
3. Dalam PP51: Imbalan (kefarmasian) diterjemahkan sebagai Jasa Kefarmasian ; dan terkait erat
dengan Penetapan Sediaan Farmasi.
Penetapan Sediaan Farmasi adalah bagian dari Tindakan Apoteker dalam pekerjaan
keparmasian
Ini berarti:
IMBALAN merupakan satuan terukur dari Kecakapan Seorang Apoteker dalam Menjalankan
Tugas Profesinya
Ini berarti:
IMBALAN merupakan satuan terukur dari Kecakapan Seorang Apoteker dalam
Menjalankan
Tugas Profesinya
y =f(x). f (z)
IMBALAN = f (Omset) x f (Kebaikan PSA)

IMBALAN = f(c) x f (Act)

IMBALAN adalah variabel tergantung terhadap tingkat kompetensi dan aktifitas


NORMA/Etika :
Tidak ada IMBALAN tanpa kompetensi dan aktifitas
Oleh karena itu:
1. Pemerintah (UU/PP) menuntut peningkatan dan bukti-bukti Kompetensi Apoteker dalam
menjalankan tugasnya.
2. ORGANISASI sangat Serius dalam mengelola fungsi-fungsi Kompetensi
1. Agar masyarakat mertdapatkan layanan profesi secara sempurna.

2. Apoteker mendapat imbalan yang 'pantos' sesuai 'harga kompetenstnya'


Bagaimana OP mengelola Kompetensi ?
1. Melaksanakan Program Sertiftkasi.
2. Melaksanakan pelatihan-pelatihan teknis -> Keseminatan (HISFARMA)
3. Mengembangkan mekanisme Kredensial
4. Mengontrol Proses yang berjalan
IAIJABAR Mengawal Kompetensi
1. Tahu Fakta Anggota
a. Jumlah
b. Kapasitas/kemampuan Dasar
c. Potensi-potensi yang dapat dikembangkan
2. Tahu Masalah2 Keanggotaan
a. Kemampuan Teknis & Managerial
b. Permodalan & Ketergantungan pada Pihak Ketigac.
c. TingkatKesejahteraan -> StandarUMR ???
3. Tuntutan Publik/Pemerintah
a. Tanggung Jawab
b. KuaNtaslayanan Sediaan dan Profesi
c. Peningkatan Kompetensi
4. Tujuan Pelayanan Kefarmasian

1.
2.
3.
4.
5.
6.

IAI JABAR Mengawal Kompetensi


Menggiatkan Pelatihan2 Praktis
Penatalaksanaan SOP
Teknik komunikasi dan Konsultasi
Pendalaman Farmakoterapi (slfatdan karaterlstik Obat terhadap efektifitas pengobatan). Tidak hanya
sebatas Obat apuntuk sailt apa....
Tatalaksana Skrining Resep
Tatalaksana Penyusunan PMR
Managemen Praktis Apotek Dan Iain-Iain
Kerjasama : CABANG, Himpunan
Seminat(HISFARMA), Bidang Ventura
dan Iain-Iain

Notifikasi PRAKTIK sebagai Sistem


Bertujuan:
a. Tahu Kesiapan Anggota
b. Tahu Fitik Aktifitas (Lokasi)
c. Komitmen & Intensitas {Jadwal Praktik)
d. Tahu alamat domisili vs tempat Apotek
e. Tahu tingkat kemampuan Managerial
f. Tahu hubungan Apoteker - Pemodal
g. Tahu masalah-masalah yang akan muncul

Untuk Menentukan Kebijakan Organisasi Selanjutnya.....


Fakta NOTIFIKASI :
a. 60% Apoteker ke Apotek Jauh (Luar Kota)
b. Perjanjian Notaris -> PP25, Gaji, Tunjangan
c. Tidak siap/tidak tahu dakumen profesi
d. Apoteker PAPAN NAMA, 80%
e. Sbg Pegawai Apotek (franchise)
f. Dan Iain-Iain
Berapa % dukungan thd PRAKTIK ?
Instrumen
Instrumen
Notifikasi
Rekomendasi
Apa yg pertu dilakukan OP ?
a.
b.
c.
d.

PRAKTIKAPOTEKER
Merupakan Tanggung Jawab Individu Profesi
Tidak ada Apoteker, tidak ada Praktik Kefarmasian [DefinisiApotek PP51)
Langsung, tidakdapat diwakilkan
MemberikanJasa Kefarmasian (JualJasa Praktik Profesi, bukanJualan Obat)
Rekomendasi PRAKTIK APOTEKER
Bukan
Rekomendasi Pengelolaan/
Pendirian apotek

PETA PASAR OBAT


GP Farmasi: Pangsa pasar obat resep(et/i?co7) INDONESIA pada
2010 sebesar 59,9% atau Rp 22,48 T (dari Total Rp 34 T).
Jika 60% berwujud Resep = 13,5 T
Pangsa Pasar Jawa Barat = 18% Indonesia = 2,4 T
a. Jika 1 lembar Resep rata rata harga Rp 200.000,- = 12 juta lembar atau 1 lembar per bulan
b. Jumlah Apotek di Jawa Barat = 2500 = jumlah Apoteker Praktik-> 4800 lembar Resep sebulan atau
200 lembar sehari (tergantung kepadatan, tinqkat ekonomi dll)
c. Jasa Kefarmasian Rp?
STRATEGI ORGAN ISASI
a. Tata Ruang Apotek.
b. Alur dan Mekanisme Pelayanan Kefarmasian
c. Dokumen-dokumen Profesi (Skrining,
d. Kompondtng, PMR)
e. Aturan main Kerjasama Modal

f.
g.

Jadwal Praktik Apoteker


Pengendalian Apoteker di PBF
Sertifikat Kompetensi
SKP Praktik
NOTIFIKASI
REKOMENDASI

Terima Kasih
Sekretariat PD IAI JABAR
Jl. Padjadjaran No.42 Bandung Telp. 022-61050143
il: sekretariat.iaiiabar@smail.com
Search

Link Wajib Apoteker


Blogger news
Archives
Pengikut
Landasan Hukum
Pasal27(l)
Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya
Pasal 4 huruf(a)
Tujuan pengaturan Pekerjaan Kefarmasian untuk :
memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam memperoleh
dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian.

Makna :
1. Mendapatkan IMBALAN adalah hakSetiap Tenaga Kesehatan
2. Ada hubungan erat/tertutup antara IMBALAN dengan PERLINDUNGAN HUKUM
(dihubungkan dengan kata dan")
3. Dalam PP51: Imbalan (kefarmasian) diterjemahkan sebagai Jasa Kefarmasian ;
dan terkait erat dengan Penetapan Sediaan Farmasi.

Penetapan Sediaan Farmasi adalah bagian dari Tindakan Apoteker dalam


pekerjaan keparmasian
Ini berarti:
IMBALAN merupakan satuan terukur dari Kecakapan Seorang Apoteker dalam
Menjalankan Tugas Profesinya

Ini berarti:
IMBALAN merupakan satuan terukur dari Kecakapan Seorang Apoteker
dalam Menjalankan
Tugas Profesinya
y =f(x). f (z)

IMBALAN = f (Omset) x f (Kebaikan PSA)

IMBALAN = f(c) x f (Act)

IMBALAN adalah variabel tergantung terhadap tingkat kompetensi dan aktifitas


NORMA/Etika :
Tidak ada IMBALAN tanpa kompetensi dan aktifitas

Oleh karena itu:


1. Pemerintah (UU/PP) menuntut peningkatan dan bukti-bukti Kompetensi Apoteker
dalam menjalankan tugasnya.
2. ORGANISASI sangat Serius dalam mengelola fungsi-fungsi Kompetensi

1. Agar masyarakat mertdapatkan layanan profesi secara sempurna.


2. Apoteker mendapat imbalan yang 'pantos' sesuai 'harga kompetenstnya'

Bagaimana OP mengelola Kompetensi ?


1. Melaksanakan Program Sertiftkasi.
2.

Melaksanakan pelatihan-pelatihan teknis -> Keseminatan (HISFARMA)

3. Mengembangkan mekanisme Kredensial


4. Mengontrol Proses yang berjalan

IAIJABAR Mengawal Kompetensi


1. Tahu Fakta Anggota
a. Jumlah
b. Kapasitas/kemampuan Dasar
c. Potensi-potensi yang dapat dikembangkan
2. Tahu Masalah2 Keanggotaan
a. Kemampuan Teknis & Managerial
b. Permodalan & Ketergantungan pada Pihak Ketigac.
c. TingkatKesejahteraan -> StandarUMR ???
3. Tuntutan Publik/Pemerintah
a. Tanggung Jawab
b. KuaNtaslayanan Sediaan dan Profesi
c. Peningkatan Kompetensi
4. Tujuan Pelayanan Kefarmasian

IAI JABAR Mengawal Kompetensi


Menggiatkan Pelatihan2 Praktis
1. Penatalaksanaan SOP
2. Teknik komunikasi dan Konsultasi
3.

Pendalaman Farmakoterapi (slfatdan karaterlstik Obat


pengobatan). Tidak hanya sebatas Obat apuntuk sailt apa....

4. Tatalaksana Skrining Resep


5. Tatalaksana Penyusunan PMR
6. Managemen Praktis Apotek Dan Iain-Iain

terhadap

efektifitas

Kerjasama : CABANG, Himpunan


Seminat(HISFARMA), Bidang Ventura
dan Iain-Iain

Notifikasi PRAKTIK sebagai Sistem


Bertujuan:
a. Tahu Kesiapan Anggota
b. Tahu Fitik Aktifitas (Lokasi)
c. Komitmen & Intensitas {Jadwal Praktik)
d. Tahu alamat domisili vs tempat Apotek
e. Tahu tingkat kemampuan Managerial
f. Tahu hubungan Apoteker - Pemodal
g.

Tahu masalah-masalah yang akan muncul

Untuk Menentukan Kebijakan Organisasi Selanjutnya.....


Fakta NOTIFIKASI :
a. 60% Apoteker ke Apotek Jauh (Luar Kota)
b. Perjanjian Notaris -> PP25, Gaji, Tunjangan
c. Tidak siap/tidak tahu dakumen profesi
d. Apoteker PAPAN NAMA, 80%
e. Sbg Pegawai Apotek (franchise)
f. Dan Iain-Iain

Berapa % dukungan thd PRAKTIK ?


Instrumen

Instrumen

Notifikasi

Rekomendasi

Apa yg pertu dilakukan OP ?

PRAKTIKAPOTEKER
a.

Merupakan Tanggung Jawab Individu Profesi

b.

Tidak ada Apoteker, tidak ada Praktik Kefarmasian [DefinisiApotek PP51)

c.

Langsung, tidakdapat diwakilkan

d.

MemberikanJasa Kefarmasian (JualJasa Praktik Profesi, bukanJualan Obat)

Rekomendasi PRAKTIK APOTEKER


Bukan
Rekomendasi Pengelolaan/
Pendirian apotek

PETA PASAR OBAT


GP Farmasi: Pangsa pasar obat resep(et/i?co7) INDONESIA pada
2010 sebesar 59,9% atau Rp 22,48 T (dari Total Rp 34 T).
Jika 60% berwujud Resep = 13,5 T
Pangsa Pasar Jawa Barat = 18% Indonesia = 2,4 T

a.

Jika 1 lembar Resep rata rata harga Rp 200.000,- = 12 juta lembar atau 1 lembar per
bulan

b.

Jumlah Apotek di Jawa Barat = 2500 = jumlah Apoteker Praktik-> 4800 lembar Resep
sebulan atau 200 lembar sehari (tergantung kepadatan, tinqkat ekonomi dll)

c.

Jasa Kefarmasian Rp?


STRATEGI ORGAN ISASI

a.

Tata Ruang Apotek.

b.

Alur dan Mekanisme Pelayanan Kefarmasian

c.

Dokumen-dokumen Profesi (Skrining,

d.

Kompondtng, PMR)

e.

Aturan main Kerjasama Modal

f.

Jadwal Praktik Apoteker

g.

Pengendalian Apoteker di PBF


Sertifikat Kompetensi
SKP Praktik

NOTIFIKASI
REKOMENDASI

Terima Kasih
Sekretariat PD IAI JABAR
Jl. Padjadjaran No.42 Bandung Telp. 022-61050143
il: sekretariat.iaiiabar@smail.com
Posting Lama Beranda
1 komentar:
Belajar mengatakan...

makasih gan.... infonya ini yg aq cari


23 Januari 2013 15.48
Poskan Komentar
Link ke posting ini

Buat sebuah Link


Search

Link Wajib Apoteker


Blogger news

Archives
Pengikut

9 Stars Of Pharmacist

Ilmu Farmasi : 7 Stars Farmasi + 2 poin, 9 Stars Farmasi, Seven Stars Farmasi.
7 Stars Of Pharmacist adalah istilah yang diungkapkan World Health Organization (WHO), untuk
menggambarkan peran seorang farmasis dalam pelayanan kesehatan yang seiring waktu bertambah
menjadi 9 stars farmasi. oke baiklah sobat IF, langsung saja, 9 stars farmasi antara lain
1. Care-Giver
Seorang Farmasi/apoteker merupakan profesional kesehatan yg peduli, dalam wujud nyata memberi
pelayanan kefarmasian kepada pasien dan masyarakat luas, berinteraksi secara langsung, meliputi
pelayanan klinik, analitik, tehnik, sesuai dengan peraturan yang berlaku (PP No 51 tahun 2009), misalnya
peracikan obat, memberi PIO (Pelayanan Informasi Obat), konseling, konsultasi, screening resep,
monitoring, visite, dan banyak tugas kefarmasian lainnya.
2. Decision-Maker
Seorang farmasi/apoteker merupakan seorang yang mampu menetapkan/ menentukan keputusan terkait
pekerjaan kefarmasian, misalnya memutuskan dispensing, penggantian jenis sediaan, penyesuaian dosis,
pengantian obat jika ditemukan bahaya yg signifikan, serta keputusan2 lainnya yg bertujuan agar
pengobatan lebih aman, efektif dan rasional.
3. Communicator
Seorang farmasi/apoteker harus mampu menjadi komunikator yang baik, sehingga pelayanan
kefarmasian dan interaksi kepada pasien, masyarakat, dan tenaga kesehatan berjalan dengan baik,
misalnya menjadi komunikator yang baik dalam PIO (Pelayanan Informasi Obat), Penyuluhan, konseling
dan konsultasi obat kepada pasien, melakukan visite ke bangsal/ruang perawatan pasien, Pengajar,
Narasumber, dan sebagainya.
4. Manager

Seorang farmasi/apoteker merupakan seorang manajer dalam aspek kefarmasian non klinis, kemampuan
ini harus ditunjang kemampuan manajemen yang baik, contoh sebagai Farmasis manajer (APA) di apotek
, Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit, harus mampu mengelola perbekalan farmasi dan mengelola
karyawan agar dapat melayani dg optimal dan produktif dalam hal kinerja & profit. contoh lainnya
sebagai Pedagang Besar Farmasi/PBF), manager Quality Control (QC), Quality Assurance (QA), Manajer
Produksi, dan lain lain.
5. Leader
Seorang farmasi/apoteker harus mampu menjadi seorang pemimpin, mempunyai visi dan misi yang jelas,
dan dapat mengambil kebijakan yg tepat untuk memajukan institusi/perusahaan/lembaga yang
dipimpin, misalnya sebagai Rektor, Dekan, Direktur Rumah Sakit, Direktur Utama di industri farmasi,
Direktur marketing, Direktur bagian produksi dan sebagainya.
6. Life-Long Learner
Seorang farmasi/apoteker harus memiliki semnangat belajar sepanjang waktu, karna informasi/ilmu
kesehatan terutama farmasi (obat, penyakit dan terapi) terus berkembang pesat dari waktu ke waktu,
sehingga kita perlu meng-update pengetahuan dan kemampuan agar tidak ketinggalan.
7. Teacher
Seorang farmasi/apoteker dituntut dapat menjadi pendidik/akademisi/edukator bagi pasien, masyarakat,
maupun tenaga kesehatan lainnya terkait ilmu farmasi dan kesehatan, baik menjadi guru, dosen, ataupun
sebagai seorang farmasis/apoteker yg menyampaikan informasi kepada pasien masyarakat dan tenaga
kesehatan lain yang membutuhkan informasi.
8. Research
Seorang farmasi/apoteker merupakan seorang peneliti terutama dalam penemuan dan pengembangan
obat-obatan yang lebih baik. disamping itu farmasi juga dapat meneliti aspek lainnya misal data
konsumsi obat, kerasionalan obat, pengembangan formula, penemuan sediaan baru (obat, alat kesehatan,
dan kosmetik).
9. Entrepreneur
Seorang farmasi/apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha dalam mengembangkan kemandirian
serta membantu mensejahterakan masyarakat. misalnya dengan mendirikan perusahaan obat, kosmetik,
makanan, minuman, alat kesehatan, baik skala kecil maupun skala besar, mendirikan apotek, serta bisnis
tanaman obat dan lai lainnya.

Anda mungkin juga menyukai